Salin Artikel

Cerita Warga Terdampak Ledakan di Blitar, Bingung Rumah Rusak Padahal Akan Gelar Pesta Penikahan

Tak hanya trauma, sejumlah warga juga dibuat repot karena rumahnya rusak akibat imbas ledakan hebat yang terjadi di rumah Darman pada Minggu (19/2/2023) malam itu.

Seperti yang dirasakan Jumali (35), salah satu warga yang rumah keluarganya rusak parah dampak dari ledakan.

"Sampai sekarang saya masih trauma. Dengar suara pintu ditutup agak keras, saya langsung kaget ketakutan," kata Jumali di sela-sela memperbaiki rumah keluarganya bersama warga, Sabtu (25/2/2023).

Rumah keluarga Jumali berada persis di sebelah barat pusat ledakan dan hanya dipisahkan pekarangan kosong.

Rumah keluarga Jumali tergolong rusak berat terdampak ledakan. Seluruh genteng atap rumah rontok. Semua kaca jendela rumah pecah. Tembok bagian samping kiri rumah retak-retak.

Jumali mengaku keluarga kebingungan dengan kondisi rumah karena mereka akan menggelar hajatan.

"Keluarga masih bingung, karena sebentar lagi mau mengadakan hajatan mantu anaknya bude. Tanggalnya sudah ditetapkan 18 Maret 2023. Sekarang bingung mikir biaya dobel (acara nikah dan perbaikan rumah)," ujar bapak anak satu itu.

Rumah yang ditempati Jumali merupakan rumah induk keluarga besar dari mertuanya. Ada dua kepala keluarga (KK) yang terdiri atas tujuh orang yang menempati rumah itu.

Mereka adalah Jumali, istri, anak dan mertua perempuannya serta pakde, bude, dan anak budenya.

Rumah model lawas itu disekat menjadi dua bagian. Jumali bersama istri, anak, dan mertua perempuannya tinggal di bangunan sebelah kiri. Sedang pakde, bude, dan anaknya tinggal di rumah induk.

Sesuai rencana, bude Jumali akan mengadakan acara pernikahan anak perempuannya.

Pesta hajatan digelar di rumah keluarga besar mertuanya. Hari pesta pernikahan sudah ditetapkan pada 18 Maret 2023.

Keluarga juga sudah memesan perlengkapan hajatan mulai terop hingga pelaminan.

Keluarga juga sudah memberi tahu saudara dan tetangga terdekat untuk ikut membantu di acara hajatan pernikahan itu.

"Rencana ada dua pasangan pengantin di acara itu. Anak bude saya serta saya dan istri. Dulu nikah saya dan istri hanya akad saja. Rencananya, mau diramaikan bersamaan dengan nikahnya anak bude," kata pria yang bekerja sebagai tukang potong kayu itu.

Namun setelah ledakan yang membuat rumahnya rusak, Jumali belum tahu apakah pesta pernikahan tetap digelar atau tidak.

"Soal pestanya jadi diadakan atau tidak, kami masih bingung, belum tahu nanti seperti apa. Karena suasana lingkungan juga masih berduka. Tapi, yang pasti akad nikah anak bude tetap dilaksanakan pada hari yang sudah ditetapkan," ujarnya.

Saat ini, Jumali dengan dibantu warga mempercepat perbaikan rumah keluarganya. Selain itu Jumali mendapat sumbangan material seperti genteng dan kayu dari sejumlah temannya.

Warga juga gotong royong membantu memperbaiki rumah Jumali.

"Rumah saya perbaiki sendiri. Tenaganya dibantu warga, untuk bahan materialnya beberapa disumbang teman. Yang penting atap tertutup dulu, bisa buat tinggal," katanya.

Jumali mengaku belum mendapat bantuan material untuk perbaikan rumah dari pemerintah. Tapi, ia sudah didata oleh RT terkait warga yang terdampak ledakan petasan.

"Waktu bersih-bersih dibantu petugas. Tapi, kalau material belum ada," ujarnya.

Jumali sendiri tidak pernah menyangka akan terjadi peristiwa mengerikan seperti itu di lingkungan tempat tinggalnya.

Awalnya, ia mengira suara dentuman keras itu karena Gunung Kelud meletus.

"Sebab, setelah terdengar suara dentuman keras, lantai rumah bergerak seperti gempa. Lalu, material atap rumah berjatuhan. Ketika itu saya langsung mendekap anak saya," katanya mengenang peristiwa ledakan dahsyat tersebut.

Hingga saat ini, keluarga Jumali tidak mengungsi. Hanya istri dan anaknya yang masih balita yang sementara tinggal di rumah orang tua Jumali juga di Dusun Tegalrejo Sadeng.

Jik malam, mereka tidur di teras yang atapnya sudah diperbaiki.

Tetap tinggal di rumah yang rusak

Hal sama dirasakan, Yayuk, warga lain yang rumahnya juga rusak terdampak ledakan bahan petasan.

Rumah Yayuk berjarak sekitar 50 meter atau terpisah dua rumah lagi di sebelah timur dari pusat ledakan.

Kondisi rumah Yayuk juga tergolong rusak berat. Atap rumah rontok dan sebagian tembok di bagian samping rumah ambrol serta retak-retak.

Yayuk bersama keluarga juga tetap menempati rumahnya. Untuk sementara, rumah bagian depan yang rusak ditutup menggunakan terpal untuk berteduh.

Sedang rumah bagian belakang yang baru ia bangun sekitar dua tahun lalu, kondisinya rusak parah. Atapnya jatuh dan sebagian temboknya ambrol.

"Sekarang mau tidur saja susah, kalau hujan kadang masih bocor meski sudah ditutup terpal. Kondisinya repot, kerja tidak bisa, karena rumah masih berantakan," kata Yayuk.

Yayuk juga masih trauma dengan peristiwa ledakan keras itu. Ketika peristiwa terjadi, Yayuk dan anaknya sempat menangis karena ketakutan.

"Saya juga tidak pernah menyangka ada peristiwa seperti ini di lingkungan sini. Karena selama ini kondisinya baik-baik saja," ujarnya.

Diberitakan sebelumnya, ledakan dahsyat diduga dari bahan petasan terjadi di Dusun Tegalrejo Sadeng, Desa Karangbendo, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar, pada Minggu (19/2/2023) malam.

Pusat ledakan diduga terjadi di rumah milik Darman (65), warga setempat. Empat orang tewas dalam peristiwa itu yakni Darman dan dua anaknya, Arifin dan Deni Widodo serta kerabatnya Wawa.

BPBD Kabupaten Blitar juga mencatat ada 32 rumah dan dua tempat ibadah rusak akibat terdampak ledakan di lokasi.

Artikel ini telah tayang di Surya.co.id dengan judul Kisah Sedih Warga Terdampak Ledakan di Blitar, Bingung Rumah Rusak Saat Hendak Gelar Hajatan

https://surabaya.kompas.com/read/2023/02/25/222700178/cerita-warga-terdampak-ledakan-di-blitar-bingung-rumah-rusak-padahal-akan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke