Salin Artikel

Kronologi Bocah 7 Tahun di Malang Tewas Usai Terjatuh dari Odong-odong

MALANG, KOMPAS.com - Suasana duka menyelimuti rumah Budi Santoso, warga Desa Sengguruh, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang.

Sebab, salah satu anggota keluarganya, keponakan Budi Santoso, Aidan Syam Julian (7), meninggal dunia usai terjatuh dari kereta odong-odong atau kereta kelinci pada Rabu (22/2/2023). Saat itu, tubuh korban terlindas roda belakang odong-odong.

Kejadian jatuhnya anak yang masih duduk di bangku kelas 1 SD itu terekam CCTV salah satu rumah yang berada di area TKP di kawasan Jalan Sekolahan, Desa Sengguruh, Kecamatan Kepanjen.

Rekaman video CCTV itu kemudian viral di media sosial. Tampak saat kereta odong-odong melaju, korban yang duduk di gerbong tengah terguling ke jalan dan langsung terlindas oleh roda belakang kereta odong-odong itu.

Jatuh saat membenahi sandal

Budi Santoso mengatakan, berdasarkan keterangan teman korban, insiden tersebut terjadi saat korban menunduk untuk membenahi sendalnya yang terlepas.

Diduga karena tubuh korban tidak seimbang, korban langsung tersungkur dan terguling ke jalan.

"Peristiwa itu terjadi pada sekitar pukul 12.00 WIB," ungkapnya saat ditemui di rumahnya, Kamis (23/2/2023).

Melihat kejadian tersebut, pengemudi roda empat yang berjalan tepat di belakang kereta odong-odong langsung berhenti dan menolong korban.

"Aidan langsung dibawa pengemudi kendaraan roda empat itu, bersama sopir odong-odong dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kepanjen, namun di tengah perjalan korban diduga telah meninggal," jelasnya.

"Kami selaku keluarga awalnya tidak tahu pasti penyebab kematian korban, hanya dikabari bahwa korban jatuh dan dilarikan ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit kami semua terkejut karena telah menemui korban sudah meninggal dunia," ujarnya.

Saat kejadian, kereta odong-odong sedang berkeliling melewati rute di area Kecamatan Kepanjen dan Kanigoro. Semua penumpang adalah anak-anak.

"Nah, saat itu odong-odong itu sudah berkeliling dan hendak menuju pulang," terangnya.

Sementara saat naik odong-odong, korban sendirian, tidak ditemani oleh keluarganya.

"Saat itu ayahnya sedang bekerja, dan ibunya tengah mengandung adik korban. Sehingga tidak bisa ikut," tuturnya.

Pertama kali naik odong-odong

Saat peristiwa itu terjadi, korban baru pertama kali naik odong-odong. Sejak kecil, ia tidak pernah ikut, meskipun odong-odong selalu lewat di depan rumahnya paling tidak 2 sampai 3 kali dalam sepekan.

Orangtua korban selalu melarang lantaran tidak bisa memantau korban secara langsung, juga khawatir dengan keamanan kereta odong-odong.

"Sebenarnya orangtua ananda ini selalu melarang untuk naik odong-odong, dan korban selalu patuh. Namun, kemarin ibunya tidak tega karena selalu melarangnya, ketika ia merengek minta naik odong-odong. Akhirnya ibunya pun terpaksa mengizinkan," ujarnya.

Atas kejadian itu, keluarga mengikhlaskan kepergian korban dan menganggap kejadian itu sebagai musibah.

"Sopir odong-odong sudah bertemu dengan kami dan siap bertanggung jawab," jelasnya.

Namun, keluarga berharap ada evaluasi terkait keamanan odong-odong untuk mengantisipasi kejadian serupa di kemudian hari.


Polisi lakukan penyelidikan

Kasi Humas Polres Malang, Iptu Ahmad Taufik menyebut, jajaran Sat Lantas Polres Malang akan menindaklanjuti kejadian tersebut.

"Nanti kami akan mengunjungi rumah korban untuk meminta keterangan atas kejadian itu, dan akan mencari sopir odong-odong untuk penyelidikan lebih lanjut," ujarnya.

Taufik memastikan bahwa kendaraan kereta odong-odong itu tidak memiliki izin operasional.

"Sedangkan kereta odong-odong ini tidak ada izin. Semua kendaraan bermotor, apa pun bentuknya harus terverifikasi secara resmi di Samsat," pungkasnya.

https://surabaya.kompas.com/read/2023/02/24/071422978/kronologi-bocah-7-tahun-di-malang-tewas-usai-terjatuh-dari-odong-odong

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com