Salin Artikel

Viral, Video Bapak Tua di Pasar Patok Lumajang Ditipu, Uang Segepok Ternyata Hanya Koran

Video berdurasi 22 detik itu diunggah beberapa kali, antara lain di media sosial Facebook dan Instagram. Salah satunya di grup Facebook Lumajang Satu.

Dalam video, tampak seorang pria dengan kopiah hitam dan kemeja motif kotak-kotak lengan panjang sedang membuka satu demi satu bungkusan koran lalu membuangnya dengan raut wajah muram.

Dalam percakapan yang terdengar dalam video, sang bapak tua mengaku kehilangan uang tunai miliknya Rp 350.000 yang ditukar dengan satu gepok kertas koran.

"Duik dadi koran guys (uang jadi koran gaes)," kata perekam video tersebut.

Koordinator Pengelola Pasar Patok Lumajang Darsun membenarkan adanya kejadian yang menimpa seorang peternak sapi tersebut.

Namun, ia mengaku tidak mengenali sosok pria tua malang itu. Pasalnya, korban bukan pedagang yang biasa datang ke pasar patok untuk berjualan sapi.

"Iya benar ada yang kena tipu, tapi saya tidak kenal, itu petani sapi bukan pedagang yang biasa ke pasar," kata Darsun di Lumajang, Rabu (22/2/2023).

Darsun mengatakan, peristiwa itu terjadi pada Senin (20/2/2023) sore, menjelang pasar hewan terbesar di Lumaiang itu tutup.

Awalnya, pelaku yang tidak dikenal berpura-pura menjatuhkan segepok kertas seolah-olah uang tunai di sekitar korban.

Lalu, pelaku memberi tahu pria tersebut bahwa uangnya jatuh. Merasa itu bukan miliknya, korban pun enggan mengambil uang tersebut.

"Namun, pelaku membujuk korban mengambil dan menjelaskan bahwa itu adalah rezekinya," kata dia.

Pelaku pun mengajak korban ke tempat sepi untuk menghitung segepok uang itu bersama dan berniat membagi dua dengan pelaku.

Belum sampai menghitung, pelaku langsung minta bagian uang yang ditemukan bersama tersebut dengan meminta uang korban.

Seakan terhipnotis, kata Darsun, pria itu memberikan uang Rp 350.000 asli dari sakunya. Peristiwa itu terjadi begitu cepat.

Saat pelaku pergi, korban baru menyadari bahwa segepok kertas yang dikira uang tersebut adalah kertas koran.

"Orangnya awalnya menjatuhkan uang ke petani. Itu kalau dilihat dari luar kayak uang banyak karena yang luar itu uang asli Rp 100.000 tapi dalamnya koran," kata Darsun.

"Bilangnya kan gini pelaku ke korban: sudah, Pak saya tidak dapat bagian ini tidak apa-apa saya minta bagian sedikit aja sampean (anda) bawa uang berapa ini buat sampean semua rejekinya sampean. Ya namanya orang udah percaya kalau itu uang ya dikasihkan saja," lanjutnya.

Menurut Darsun, modus penipuan semacam ini sering terjadi di Pasar Patok Lumajang. Biasanya, pelaku mengincar para petani sapi.

"Ya sering, tapi kalau sudah kejadian gini mungkin nanti lama baru ada lagi. Biasanya sasarannya itu petani yang enggak pernah ke pasar, kalau pedagang kan sudah tahu jadi enggak bisa ditipu. Terus juga yang orangnya sudah tua," pungkas dia.

https://surabaya.kompas.com/read/2023/02/22/145708878/viral-video-bapak-tua-di-pasar-patok-lumajang-ditipu-uang-segepok-ternyata

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com