Salin Artikel

Dahsyatnya Ledakan di Blitar Bikin Warga Trauma, Genteng Rumah Sampai Rontok, Yayuk: Suaranya "Krotok-krotok"

KOMPAS.com - Ledakan yang terjadi di Desa Karangbendo, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, Minggu (19/2/2023), membuat sejumlah warga trauma.

Malam itu, Yayuk, warga yang rumahnya berada di timur tempat kejadian perkara (TKP), mendengar ledakan yang sangat keras saat menonton televisi.

"Suaranya sangat keras. Setelah suara ledakan langsung muncul suara krotok-krotok, ternyata material dari atap rumah berjatuhan. Alhamdulillah keluarga tidak ada yang terluka, tapi saya masih trauma," ujarnya, Senin (20/2/2023), dikutip dari Tribun Jatim.

Akibat ledakan itu, genteng rumah Yayuk rontok, dindingnya retak-retak, dan pintunya lepas.

Trauma juga menghinggapi Jumali.

"Masih trauma. Kondisi genteng atap rumah saya rontok," ucap pria yang tinggal sekitar 50 meter dari lokasi kejadian ini.

Berbeda dengan Yayuk, Jumali dan keluarga kala itu sedang tidur. Mereka terbangun karena mendengar ledakan.

"Saya kira Gunung Kelud meletus. Sebab, setelah terdengar ledakan keras, dari atap rumah berjatuhan material," ungkapnya.

Ia bersama istri dan anaknya langsung bergegas keluar rumah.

"Ternyata di luar sudah banyak warga. Mereka juga minta tolong karena atap rumahnya rontok," tuturnya.

Kepala Jumali bahkan sempat tertimpa reruntuhan genteng. Sedangkan, istri dan anaknya tak mengalami luka.

Usai kejadian itu, Jumali mengaku kakinya bergetar dan jantungnya berdetak kencang sewaktu mengingat kerasnya ledakan.

Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Blitar Kota AKBP Argowiyono mengatakan, ledakan itu berdampak hingga radius sekitar 500 meter dari lokasi kejadian. Sebanyak 25 bangunan mengalami kerusakan.

"Yang pasti kekuatan ledakan sangat besar," jelasnya, Senin.

Peristiwa ini juga mengakibatkan 24 orang terluka. Salah satu korban adalah bayi berusia empat bulan, ia harus menjalani observasi di rumah sakit karena mengalami gegar otak ringan.

“Gegar otak ringan. Tapi harus dilakukan observasi karena bayi tersebut tinggalnya hanya dipisahkan satu rumah dari sumber ledakan. Jadi cukup dekat,” terang Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar Christine Indrawati, Senin.

Sedangkan, 23 korban lainnya sudah diperbolehkan pulang usai menjalani pemeriksaan dan pengobatan di rumah sakit. Para korban ini mayoritas mengalami luka ringan, seperti luka gores dan memar karena tertimpa material bangunan rumah yang jatuh saat adanya ledakan.

Adapun korban tewas dalam kejadian ini sebanyak empat orang. Mereka adalah Darman, Aripin, Widodo, dan Wawa. Darman merupakan pemilik rumah.

"Aripin dan Widodo adalah anak Darman, sedangkan Wawa merupakan kerabat mereka," beber Kepala Seksi Humas Polres Blitar Kota AKP Ahmad Rochan, Senin.

Padan Senin, polisi telah melakukan olah TKP.

Kapolres Blitar Kota AKBP Argowiyono menerangkan, tim menemukan tiga panci yang diduga dipakai sebagai tempat menyimpan bahan peledak.

“Tadi ada tiga panci sudah hancur semua. Kemungkinan di situ tempat menyimpan bubuk, black powder itu,” paparnya.

Diperkirakan bahan petasan yang meledak berjumlah sekitar 10-15 kilogram.

“Analisa pengamatan tim Jibom tiga panci itu. Cuma berapa banyak persisnya, sulit kita pastikan karena sudah meledak. Cuma kita perkirakan 10 sampai 15 kilogram,” sebutnya.

Dia menambahkan, berdasarkan hasil identifikasi tim Laboratorium Forensik Polda Jatim, pusat ledakan berada di bagian belakang rumah yang diduga dipakai sebagai dapur.

“Titik pusat ledakan ini berlubang dengan ukuran lebar sekitar dua meter dan kedalaman 0,5 meter,” kata Argo.

Ia mengungkapkan, berdasarkan keterangan warga, korban kerap membuat petasan menjelang Ramadhan.

Namun, saat ditanya apakah ledakan itu terjadi ketika korban sedang meracik petasan, Argo enggan menjawabnya.

“Kami fokus dulu ke olah TKP. Hal-hal seperti itu akan tetap akan kita selidiki,” tandasnya.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Blitar, Asip Agus Hasani | Editor: Dheri Agriesta, Pythag Kurniati, Andi Hartik)

Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Lagi Tidur, Warga Blitar Syok Dengar Suara Dentuman, Seketika Trauma: Saya Kira Gunung Kelud Meletus

https://surabaya.kompas.com/read/2023/02/21/151800578/dahsyatnya-ledakan-di-blitar-bikin-warga-trauma-genteng-rumah-sampai-rontok

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com