Salin Artikel

Banjir Lahar Dingin Semeru Menerjang, Warga Cium Bau Belerang yang Menyengat

Banjir lahar dingin disertai bau belerang menyengat turun dari puncak Gunung Semeru setelah kawasan itu diguyur hujan dengan intensitas tinggi.

Rekaman seismofraf milik Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menunjukkan, banjir memiliki amplitudo maksimal 35 milimeter dengan durasi mencapai 18.000 detik.

Banjir mulai terekam seismograf pukul 12.44 WIB dengan amplitudo 6 milimeter. Getaran banjir terus meningkat hingga mencapai 35 milimeter pada pukul 15.09 WIB.

"Banjirnya agak besar, tadi kata pos pantau amak (amplitudo maksimal) 35," kata warga Dusun Sumberkajar, Desa Jugosari, Kecamatan Candipuro, Lumajang, bernama Bahri, Minggu.

Letusan sekunder juga menyebabkan munculnya bau belerang yang menyengat.

"Bau belerang, karena ini ada asapnya (letusan sekunder)," tambah Bahri.

Pantauan Kompas.com, banjir lahar yang turun dari puncak Gunung Semeru memiliki suhu yang cukup tinggi. Air bercampur lumpur yang menerjang cukup hangat.

Sementara, Kepala BPBD Kabupaten Lumajang Patria Dwi Hastiadi mengimbau, warga yang berada di sekitar sungai segera mengevakuasi diri ke tempat yang lebih aman.

"Curah hujan tinggi, kami imbau untuk tidak berada di sekitar sungai yang dialiri lahar. Khawatir banjir kembali terjadi dan meluber," imbau Patria.

https://surabaya.kompas.com/read/2023/02/13/062723178/banjir-lahar-dingin-semeru-menerjang-warga-cium-bau-belerang-yang-menyengat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke