Salin Artikel

Jejak Pangeran Singosari, Tokoh yang Syiarkan Islam di Nganjuk sekaligus Penguasa Berbek

Plakat bertuliskan ‘Makam Pangeran Singosari’ itu hanya berjarak kurang lebih sepelemparan batu dari depan Masjid Al-Mubarok.

Siang itu, Sabtu (11/2/2023), seorang pria tampak sibuk mengerjakan lubang galian resapan air di belakang sebuah warung. Lokasinya persis di samping gapura Makam Pangeran Singosari.

Pria itu ialah Yani Laksono (56), juru kunci Makam Pangeran Singosari. Yani merupakan juru kunci generasi keempat, ia menjadi juru kunci sepeninggal kakak lelakinya.

Yani bercerita, Pangeran Singosari dulunya merupakan penguasa Toyomirah, suatu wilayah yang kini dikenal dengan nama Berbek.

“Sebelum Berbek namanya Toyomirah,” ujar Yani saat ditemui Kompas.com, Sabtu (11/2/2023)

Menurut Yani, Pangeran Singosari bukan hanya sekadar umara di Toyomirah atau Berbek, melainkan juga ulama yang turut mengembangkan agama Islam di wilayah yang kini masuk Kabupaten Nganjuk.

“Seperti Kanjeng Jimat juga, dia (Pangeran Singosari) juga bisa berdakwah,” tuturnya.

Dahulu, kata Yani, semasa pemerintahan Pangeran Singosari berdiri masjid megah yang desainnya menyerupai Masjid Al-Mubarok. Masjid tersebut berada tak jauh dari pusara Pangeran Singosari.

Namun kini masjid itu tidak ada. Kayu dan sejumlah material bangunan masjid dipakai untuk pembangunan masjid di Desa Bendungrejo.

‘Pemindahan’ masjid ini berlangsung di era pemerintahan Kanjeng Jimat.

“Masjidnya sekarang ditaruh di Bendungrejo, dihadiahkan kepada Kiai Salimin namanya. Tapi bangunan yang (dihadiahkan) di sana cuma kayu-kayu, bukan berwujud bangunan,” papar Yani.

Pegiat Sejarah dari Komunitas Pecinta Sejarah Nganjuk (Kotasejuk), Aris Trio Effendi menuturkan, Pangeran Singosari memerintah di Berbek sebelum era Kanjeng Jimat.

Untuk diketahui, Kanjeng Jimat menjadi Bupati di Kabupaten Berbek mulai tahun 1812 Masehi.

“Pangeran Singosari itu dulu jabat di Berbek menjadi Bekel (Demang), jadi pangkatnya Ronggo,” tutur Aris.

Aris menjelaskan, Pangeran Singosari memerintah setelah era Bupati Kadipaten Berbek Ngabehi Watsiana. Watsiana menjadi Bupati Berbek pada saat terjadi geger Trunojoyo.

“Setelah Bupati Berbek Watsiana lengser, itu kan ada kekosongan, terus baru diisi pemerintahan sementara oleh Pangeran Singosari,” beber Aris.

“Tapi Pangeran Singosari ini bukan bupati, di Berbek pada masa itu setelah Watsiana sudah tidak terdengar Kabupaten, tapi pemerintahan kecil dipimpin Pangeran Singosari. Jadi bukan kabupaten, tapi demang,” lanjutnya.

Menurut Aris, Pangeran Singosari dulunya dikenal sebagai salah satu tokoh yang mensyiarkan atau mengembangkan Islam di Berbek. Hal itu didukung oleh keberadaan masjid kuno yang kemudian dipindah ke Desa Bendungrejo.

“Waktu itu Islam sudah ada, jadi (Pangeran Singosari) mengembangkan agama Islam di Berbek,” jelas Aris.

Pegiat sejarah dari Kotasejuk lainnya, Sukadi menambahkan, masjid yang dibangun di era Pangeran Singosari desainnya mirip dengan Masjid Al-Mubarok Berbek.

“Masjid itu (yang dibangun era Pangeran Singosari) kemudian di eranya Kanjeng Jimat diberikan kepada seorang tokoh agama di Desa Bendungrejo,” sebut Sukadi.

Sementara di kemudian hari, lanjut Sukadi, putri Pangeran Singosari dipinang oleh Kanjeng Jimat, bupati pertama yang memerintah Kabupaten Berbek sejak tahun 1812 Masehi.

Artinya, Pangeran Singosari merupakan mertua dari Kanjeng Jimat.

“Anak perempuannya Pangeran Singosari itu ada yang dinikahi Kanjeng Jimat, dan makamnya juga ada di situ,” pungkas Sukadi.

https://surabaya.kompas.com/read/2023/02/12/095632078/jejak-pangeran-singosari-tokoh-yang-syiarkan-islam-di-nganjuk-sekaligus

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke