Salin Artikel

Cerita Kakak Korban Penculikan di Surabaya, Sebut Keluarga dan Polisi Kejar Pelaku sampai Rembang

Komplotan tersebut bermodus memberi kabar palsu bahwa suami FA mengalami kecelakaan.

Dwi Muji Haryanto, kakak korban menjelaskan, aksi penculikan yang menimpa adiknya terjadi pada Jumat (13/1/2023).

Dwi baru menerima informasi bahwa adiknya dibawa pergi oleh orang tak dikenal pada Jumat (13/1/2023) malam sekitar pukul 23.00 WIB.

"Suami adik saya sebenarnya melarang saya untuk lapor polisi, namun saya tetap melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Asemrowo," katanya saat dikonfirmasi, Jumat (18/1/2023).

Petugas Polsek Asemrowo selanjutnya mengajak Dwi berkoordinasi dengan Polres Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.

Di sana diketahui lokasi sang adik, yakni di sekitar Lamongan.

Dwi mengaku saat itu bisa berkomunikasi dengan adiknya namun hanya satu arah. Sementara sang adik aktif membagikan lokasi terkini kepadanya.

"Adik saya tidak leluasa berkomunikasi karena dia mengoperasikan ponselnya secara diam-diam," terangnya.

Dwi lalu memutuskan mengejar kendaraan yang membawa adiknya. Dwi memakai sebuah mobil, sedangkan anggota Polsek Asemrowo membawa mobil yang berbeda.

Sementara suami korban memutuskan mengejar mobil pelaku dengan menaiki motor.

Sesampainya di Rembang, Jawa Tengah, kendaraan yang ditumpangi anggota polisi memutuskan kembali karena ada informasi korban sudah berhasil melarikan diri saat mobil pelaku berhenti di SPBU.

Sementara mobil yang ditumpangi Dwi melanjutkan perjalanan untuk menjemput suami adiknya di Pekalongan.

"Kalau ada yang bilang polisi tidak menerima laporan, diminta menunggu 1x24 jam apalagi menelantarkan itu tidak benar, karena kami terus berkoordinasi dengan anggota Polsek Asemrowo, mereka bahkan membuntuti sampai di Rembang," ucapnya.

Singkat cerita setelah adiknya berhasil lolos, Dwi mengarahkan adiknya bertemu kerabatnya di Bogor. Setelah itu sang adik baru pulang ke Surabaya pada Senin (16/1/2023).

Kapolsek Asemrowo Kompol Hari Kurniawan mengaku sudah memproses pengaduan dugaan penculikan tersebut. Polisi pun melakukan penyelidikan.

"Hanya saja korban belum bisa dimintai keterangan karena masih syok," katanya.

Dia juga membantah pihak kepolisian tidak merespons laporan keluarga FA.

Hari Kurniawan menjelaskan polisi mulanya menerima laporan dari keluarga korban dalam hal ini kakak korban bernama Dwi Muji Haryanto.

Dwi mendatangi Polsek Asemrowo pada Jumat (13/1/2023) tengah malam tepatnya pukul 00.05 WIB dan melaporkan kehilangan adik perempuannya.

"Karena yang dilaporkan perempuan, setelah koordinasi dengan Polres Pelabuhan Tanjung Perak petugas mendampingi pelapor ke Unit Perlindungan Perempuan dan anak Polres Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya," katanya.

"Lagi pula saat itu, tempat kejadian sebenarnya bukan di wilayah hukum Polsek Asemrowo, melainkan di wilayah Kecamatan Waru Sidoarjo, karena korban dilaporkan hilang sejak dari lokasi tersebut," lanjutnya.

Hari mengeklaim, pihaknya memutuskan membantu pencarian dan proses pelaporan.

FA sebelumnya diduga menjadi korban penculikan dan penipuan dengan modus informasi palsu.

Pada Jumat (13/1/2023), FA mendapatkan informasi dari orang tak dikenal bahwa suaminya mengalami kecelakaan.

FA lantas diminta menjemput suaminya di sekitaran terminal Purabaya Bungurasih, Kecamatan Waru Sidoarjo. FA yang tak bisa terhubung dengan suaminya melalui telepon panik dan naik ojek menuju Bungurasih.

Padahal saat itu suaminya sedang bekerja di daerah Tandes Surabaya dan belum pulang kerja.

Sesampainya di Bungurasih, punggung FA ditepuk oleh seorang laki-laki dan dimasukkan dalam mobil Elf warna hitam oleh orang yang tidak dikenal. Di dalam mobil sudah ada 4 orang lelaki dan 3 perempuan.

Di dalam mobil tersebut korban diminta menyerahkan barang-barangnya berupa 2 ponsel, dompet dan cincin. Korban juga diminta menguras isi rekening melalui mobile banking sebesar Rp 3 juta.

Korban ternyata masih memegang satu ponsel lain sehingga bisa mengabarkan posisinya.

Pengakuan keluarga, FA dibawa sampai ke Semarang, Pekalongan hingga ke arah Jakarta. 

FA berhasil kabur saat izin buang air di toilet sebuah SPBU.

https://surabaya.kompas.com/read/2023/01/18/180600178/cerita-kakak-korban-penculikan-di-surabaya-sebut-keluarga-dan-polisi-kejar

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com