Salin Artikel

Banyak Rumah Warga Rusak akibat Angin Kencang, GM Ijen Geopark: Bukit Sudah Mulai Hilang...

Bahkan angin yang datang secara tiba-tiba itu seringkali membuat rumah roboh. Tak hanya itu, dampak angin kencang tersebut juga membuat banyak pohon tumbang.

Selain karena kondisi cuaca yang ekstrem, rupanya ada hal lain yang membuat banyaknya dampak kerusakan akibat angin kencang di Banyuwangi.

General Manager Ijen Geopark Abdillah Baraas menjelaskan, faktor pemicu banyaknya dampak kerusakan akibat angin kencang, salah satunya karena tidak adanya tanggul penahan atau pemecah angin.

"Sekarang bukit-bukit (gumuk) di sejumlah wilayah di Banyuwangi sudah mulai hilang karena ditambang. Ini yang jadi salah satu penyebab," kata Baraas, di sela kegiatan gesah bareng relawan di Kantor BPBD Banyuwangi, Rabu (4/1/2023).

"Kita bisa bayangkan kalau gumuk itu hilang, maka angin yang biasanya tertahan dan kemudian pecah oleh gumuk, langsung utuh melibas yang ada di jalurnya," ujarnya.

"Angin akan berembus seperti di lapangan bola begitu. Jadi tidak ada tanggul penahan angin karena tidak ada sesuatu yang menghalau," imbuh Baraas.

Selain banyaknya bukit yang hilang, berkurangnya jumlah pohon besar dan pohon bambu di desa-desa hingga di sekitar rumah warga juga menjadi salah satu faktor penyebab dampak angin kencang.

"Kalau bambu dan pohon besar berkurang atau bahkan hilang, apa lagi yang akan menghalau angin," tegasnya.

"Bisa jadi ratusan. Kita masih mengumpulkan informasi data itu. Kebetulan kami dibantu oleh teman-teman mahasiswa," tandas Baraas.


Plt Kalaksa BPBD Banyuwangi Mujito membenarkan angin kencang menjadi salah satu fenomena alam yang seringkali dilaporkan masyarakat beberapa hari terakhir.

"Informasi dari BMKG memang begitu. Sampai beberapa hari ke depan," katanya Kamis (5/1/2023).

Mujito mengakui, dampak angin kencang itu cukup beragam. Mulai dari pohon tumbang, bangunan rumah ambruk, hingga merusak fasilitas umum.

"Jumlahnya terus meningkat. Dan seringkali dapat laporan, bahkan hampir setiap hari," ungkap Mujito.

Untuk itu, BPBD Banyuwangi terus menambah Tim Reaksi Cepat (TRC) dan menambah Desa Tangguh Bencana (Destana).

"Agar dampak dari bencana bisa diminimalisir, termasuk juga dampak angin kencang," tandas Mujito.

Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Banyuwangi mencatat kecepatan angin mencapai 30 knot atau 55,56 kilometer per jam.

Prakirawan BMKG Banyuwangi, Gumintar mengatakan, angin kencang itu karena adanya low pressure area (LPA) atau daerah tekanan rendah menyebabkan gangguan cuaca (cuaca buruk).

"Sehingga, hampir seluruh wilayah bisa masih terjadi hujan intensitas sedang hingga lebat yang disertai angin kencang," kata Gumintar, Rabu (4/1/2023).

Dampak LPA itu menyebabkan angin kencang di seluruh wilayah. Baik di daerah pesisir, maupun kawasan pegunungan.

Khusus di wilayah pesisir, kecepatan angin bisa jauh lebih besar. Itu karena arah angin yang berhembus tidak pasti.

"Di pesisir pantai kecepatan angin bisa jauh lebih besar, yang mengakibatkan gelombang tinggi," terang Gumintar.

Akibat angin kencang itu, banyak potensi bencana yang terjadi. Mulai dari gelombang tinggi, pohon tumbang, rumah ambruk hingga puting beliung.

"Harus mewaspadai jika berteduh di bawah pohon, ditakutkan pohon bisa tumbang akibat diterjang angin kencang," ucap Gumintar.

https://surabaya.kompas.com/read/2023/01/05/224128278/banyak-rumah-warga-rusak-akibat-angin-kencang-gm-ijen-geopark-bukit-sudah

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com