Salin Artikel

Tinggi Gelombang Pantai Selatan Capai 6-7 Meter, Nelayan Malang Berhenti Melaut

Pasalnya, sebagaimana prediksi BMKG terjadi cuaca ekstrem di kawasan tersebut.

Salah satu nelayan warga Desa Tambakrejo, Sih Budi Hari mengatakan ketinggian di pantai Sendang Biru mencapai 6-7 meter.

"Kalau di pinggir ombaknya tenang, tapi sejauh sekitar 10-20 mil ombaknya tinggi," ungkapnya melalui sambungan telepon, Kamis (29/12/2022).

Budi menyebut cuaca ekstrem tersebut dipicu oleh angin Baratan alias angin Antipasat yang bergerak dari arah barat ke timur, disertai hujan, dan menimbulkan ombak besar.

"Semua kapal nelayan mendarat, baik yang besar maupun kecil. Begitupun nelayan nomaden juga banyak yang pulang," tuturnya.

Sementara itu, Kepala Desa Tambakrejo, Yonathan Saptoes juga membenarkan cuaca ekstrem yang terjadi hingga menghentikan aktivitas seluruh nelayan.

"Sebagian nelayan terpaksa beralih profesi untuk sementara waktu," ungkapnya melalui sambungan telepon, Kamis.

Peristiwa cuaca ekstrem tersebut menurutnya rutin terjadi setiap akhir tahun, dan biasanya berlangsung hingga Maret tahun berikutnya. Artinya kondisi ini diprediksi sampai Februari 2023.

"Tahun ini, cuaca ekstrem yang sampai menghentikan aktivitas nelayan sebanyak dua kali. Yaitu pada Bulan April hingga bulan Agustus 2022 lalu. Kemudian sekarang ini," terangnya.

Cuaca ekstrem pada bulan April disebut sebagai Angin Timuran atau angin yang berhembus dari timur ke barat.

"Pada musim itu, semua nelayan juga berhenti melaut," pungkasnya.

Diberitakan sebelumnya, BMKG memberikan peringatan cuaca ekstrem di beberapa wilayah Jawa Timur, termasuk warga Kabupaten Malang pada malam tahun baru 2023 mendatang.

Sebab, wilayah Jawa Timur saat ini berada pada puncak musim penghujan. Kondisi dinamika atmosfer di wilayah Jawa Timur juga masih cukup signifikan, yang berpotensi mengakibatkan peningkatan potensi cuaca ekstrem di beberapa wilayah Jawa Timur dalam sepekan ke depan.

Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Karangploso, Edythya Ferlani Wua mengatakan hal itu dipicu dari adanya aktifitas signifikan Monsun Asia dalam beberapa hari terakhir, serta adanya seruakan dingin (Cold Surge) dan fenomena CENS (Cross Equatorial Northerly Surge atau arus lintas ekuatorial).

Sehingga mengindikasikan adanya aliran massa udara dingin dari utara yang masuk ke wilayah Indonesia, melintasi ekuator.

"Dampaknya, hal itu dapat meningkatkan potensi curah hujan dan kecepatan angin di wilayah Barat Indonesia, termasuk wilayah Jawa Timur," jelasnya.

Di sisi lain, masih aktifnya La Nina dengan intensitas lemah, MJO (Madden-Julian Oscillation), gelombang ekuatorial Rossby, gelombang atmosfer Kelvin, pola konvergensi atau pertemuan massa udara, serta kondisi suhu muka laut di perairan Jawa Timur yang masih hangat, mengakibatkan suplai uap air akan semakin banyak di atmosfer.

"Kondisi tersebut mempengaruhi pembentukan awan-awan Cumulonimbus yang semakin intens," jelasnya.

Hal itu juga mempengaruhi pada ketinggian gelombang di beberapa wilayah perairan Jawa Timur juga perlu diwaspadai. Sebab ketinggian gelombang sudah masuk kategori tinggi hingga sangat tinggi. Yakni 2,5-6,0 meter.

"Wilayah perairan Jawa Timur yang perlu menjadi perhatian yaitu laut dikawasan Masalembo, Kabupaten Sumenep, laut Bawean, perairan utara Madura, perairan kepulauan Sapudi, perairan Tuban-Lamongan, perairan Kepulauan Kangean, perairan selatan Jawa Timur, dan Samudera Hindia selatan Jawa Timur," pungkasnya.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/12/29/181348578/tinggi-gelombang-pantai-selatan-capai-6-7-meter-nelayan-malang-berhenti

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke