Salin Artikel

Kasus Pembakaran Bus Berlogo PDI Perjuangan Milik Mantan Wali Kota Blitar, Polisi: Kita Masih Dalami

Kapolres Blitar Kota AKBP Argowiyono kembali menegaskan pihaknya tidak mempercayai begitu saja keterangan saksi bahwa bus milik mantan Wali Kota Blitar Samanhudi Anwar itu dibakar oleh dua anak usia SD yang merupakan warga sekitar lokasi.

Polisi, kata dia, masih mengumpulkan petunjuk-petunjuk lain dengan meminta keterangan sejumlah saksi termasuk pemilik bus, Samanhudi.

“Kita masih mendalami keterangan dari saksi-saksi termasuk pemilik yaitu Bapak SA. Sehingga nanti akan kita putuskan apakah status bisa ditingkatkan ke penyidikan atau tidak,” ujar Argo kepada Kompas.com, Jumat (23/12/2022).

Argo enggan mengungkapkan kemajuan dari penyelidikan.

Namun dia membenarkan bahwa penyelidikan juga berfokus pada apakah benar bus tersebut dibakar oleh dua anak usia SD yang menganggap bus tersebut angker.

Argo menduga anak-anak yang diduga menjadi pelaku pembakaran punya anggapan bus itu angker karena bus sudah lama tidak dioperasikan.

“Artinya sudah lama (bus) terbengkalai. Mungkin (anak-anak itu) melihat tayangan di YouTube dan menganggap bus ini angker. Kemudian mereka iseng memasukkan ranting-ranting di bekas lubang lampu belakang bus, kemudian dilakukan pembakaran,” ujar Argo tentang dugaan kronologi pembakaran.

Terduga pelaku pembakaran, S dan R yang berusia antara 8-10 tahun, kata Argo, akan diperiksa polisi dengan pendampingan dari personel Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) serta Komisi Perlindungan Anak (KPA).

Pemeriksaan akan dilakukan untuk menggali keterangan apakah betul kedua anak tersebut yang melakukan pembakaran. 

“Tentunya kita ingin memastikan apakah betul anak-anak itu atau ada yang lain,” ujarnya.

Argo mengaku tidak menutup kemungkinan adanya motif-motif bermuatan politik karena bus dimiliki oleh mantan Wali Kota Blitar yang juga pernah menjadi Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Blitar selama beberapa periode.

Argo juga menyebut bahwa upaya mediasi antara pihak keluarga S dan R dengan pihak Samanhudi Anwar masih berlangsung.

Hal itu dilakukan karena pihak Samanhudi Anwar sebagai pemilik bus membuat pengaduan ke pihak kepolisian atas terbakarnya bus berlogo PDI Perjuangan tersebut. 

Argo tidak mempermasalahkan jika pihak pemilik bus, Samanhudi, tidak percaya dengan dugaan pelaku pembakaran adalah dua anak usia SD. Karena itu, polisi terus melakukan penyelidikan agar kasus tersebut dapat terungkap berdasarkan fakta dan bukti yang kuat.  

“Percaya atau tidak itu hak pemilik. Sehingga di sini peran polisi membuat terang perkara berdasarkan fakta, barang bukti, dan keterangan saksi. Setelah ini baru kita akan simpulkan apakah memang betul ada hal-hal lain atau tidak,” ujarnya.

Sebelumnya diberitakan, sebuah bus berlogo PDI Perjuangan terbakar hingga hangus di sebuah lahan kosong yang difungsikan sebagai gudang.

Bus tersebut adalah milik organisasi masyarakat Kawulo Alit yang didirikan oleh Samanhudi.

Samanhudi adalah Wali Kota Blitar selama dua periode. Namun pada pertengahan periode kedua, dia terjaring operasi tangkap tangan (OTT) KPK pada Juni 2018. 

https://surabaya.kompas.com/read/2022/12/23/161057178/kasus-pembakaran-bus-berlogo-pdi-perjuangan-milik-mantan-wali-kota-blitar

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com