Salin Artikel

Lomba Dekorasi Pohon di Kota Batu Dikecam Aktivis Lingkungan, Begini Jawaban Wali Kota

Wali Kota Batu, Dewanti Rumpoko mengatakan ada sejumlah syarat yang diberlakukan dalam perlombaan tersebut.

Di antaranya, peserta tidak boleh melakukan pengecatan dan memasang staples langsung ke pohon.

"Itu ada syarat-syaratnya, jadi kita tidak boleh ngecat langsung, tapi itu ada lapisan baik kertas, artifisial apa pun yang kemudian dicat di situ bukan dicat di pohonnya, staples juga tidak dibolehkan, jadi mengikat itu dengan tali atau kawat yang itu bisa dilepas," kata Dewanti, Jumat (23/12/2022).

Soal apakah ada peserta yang melanggar atau tidak, menurutnya berbagai syarat dan ketentuan sudah diberitahukan kepada para peserta.

"Syaratnya itu, artinya kalau ada peserta yang melanggar, yang tidak tahu sebetulnya edukasi awal syarat-syarat itu sudah dilaksanakan," katanya.

"Beberapa waktu lalu saya ke Korea, semua pohon itu ada hiasannya, dari kain, dari apa itu, dan itu tidak apa-apa menambah keindahan dan membuat suasana lebih indah," katanya.

Kegiatan Batu Art Festival atau perlombaan dekorasi pohon di sekitar jalan-jalan umum, Kota Batu, Jawa Timur yang telah dilaksanakan beberapa waktu lalu mendapat kecaman dari kelompok pemerhati lingkungan. Aktivitas itu dinilai telah merusak pepohonan.

Sebagai informasi, kegiatan Batu Art Festival digagas oleh salah satu tempat wisata dengan didukung Pemkot Batu. Kegiatan tersebut telah dilaksanakan pada bulan November hingga Desember tahun 2022.

Founder Gerakan Kesadaran Alamku Hijau, Fitri Harianto mengatakan, pihaknya menemukan ada beberapa pohon yang mengalami kerusakan akibat kegiatan itu.

Di antaranya adanya pohon yang dicat sehingga berakibat tertutupnya kulit pohon.

Kemudian ada juga hiasan dengan cara memasang paku dan staples pada pohon.

Selain itu terdapat batang pohon yang dibungkus dengan bahan kedap air. Hal itu mengakibatkan pohon menjadi lembap serta menimbulkan sarang hama.

"Ketika pohon kena cat dapat mengakibatkan mengeringnya kambium karena pori-porinya tertutup, lama-lama pohonnya bisa mengering. Kemudian, dampak dipaku ya melukai, lama-lama mengakibatkan ketidaknormalan pada batang pohon. Ketiga, ditutup dengan kain secara rapat ternyata didalamnya jadi sarang rayap, apalagi musim hujan jadi lembab," ungkap Harianto pada Jumat (23/12/2022).

https://surabaya.kompas.com/read/2022/12/23/142931178/lomba-dekorasi-pohon-di-kota-batu-dikecam-aktivis-lingkungan-begini-jawaban

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com