Salin Artikel

Ayah Korban Tragedi Kanjuruhan Minta Otopsi Ulang dengan Melibatkan Dokter Independen

MALANG, KOMPAS.com - Devi Athok Yulfitri, ayah dari dua korban tragedi Kanjuruhan, Natasya Debi Ramadani (16) dan Naila Debi Anggraini (13), meminta otopsi ulang terhadap kedua anaknya. Sebab, ia tidak percaya dengan hasil otopsi yang disampaikan Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia (PDFI) Cabang Jawa Timur.

Sebelumnya, PDFI Cabang Jawa Timur menyatakan bahwa kematian kedua korban itu bukan akibat gas air mata.

Sebaliknya, kematian mereka berdua, menurut penyampaian Ketua PDFI Cabang Jawa Timur dr Nabil Bahasuan, akibat patah tulang iga dan tanda bekas kekerasan benda tumpul.

Ketua Tim Advokasi Tragedi Kanjuruhan, Imam Hidayat selaku kuasa hukum Devi Athok Yulfitri menyangkal hasil otopsi itu.

Ia meminta untuk melakukan otopsi ulang pada kedua anak Devi Athok dengan melibatkan dokter independen dan pihak keluarga dalam proses otopsi.

"Kita mempertanyakan lagi dan memohon kembali untuk otopsi ulang disertai oleh dokter independen dan pihak keluarga juga," ungkapnya melalui sambungan telepon, Jumat (2/12/2022).

Sebab, ia mencurigai adanya rekayasa dalam proses otopsi hingga hasilnya keluar.

"Sejak awal kita sudah memprediksi hal ini akan terjadi. Karena pada saat pelaksanaan otopsi, baik keluarga maupun kuasa hukum dan LPSK dilarang untuk mengikuti jalan proses otopsi," tuturnya.

Kemudian, Imam mengaku keberatan saat dr Nabil menolak menyampaikan hasil otopsi kepada keluarga korban. Saat itu, dr Nabil menyebut pihak yang berwenang menyampaikan hasil otopsi itu hanya penyidik.

"Sekarang kita sebagai penasihat hukum juga mempertanyakan apakah berhak penyidik Polda Jatim itu mendelegasikan kepada dokter pemeriksa forensik untuk menyampaikan otopsinya, kalau berhak aturannya di mana?" tegasnya.

Sementara itu, Devi Athok Yulfitri membenarkan bahwa pihaknya keberatan dengan hasil otopsi kedua anaknya.

Sebab, ia menyaksikan langsung saat kedua korban itu tewas. Menurutnya, tidak ada indikasi kematian yang mengarah pada bekas benturan benda tumpul di tubuh korban.

"Saat meninggal, mulut Nayla ini berbusa. Masak diinjak-injak itu sampai berbusa? Kan tidak masuk akal, kalau bukan karena racun gas air mata yg kedaluwarsa itu," kata Devi Athok melalui sambungan telepon, Jumat.

"Indikasi kekerasan benda tumpul itu tidak terlihat, karena tubuhnya utuh. Bahkan, kausnya bersih. Kalau terinjak-injak, kan sebelum pertandingan Arema FC lawan Persebaya Surabaya hujan sempat turun. Artinya tanahnya becek. Kalau diinjak-injak pasti ada bekas dari sepatu yang menginjak-nginjak, ini enggak ditemukan sama sekali," sambungnya.

Atas dasar itu, ia menduga hasil otopsi itu dimanipulasi. Ia memohon untuk dilakukan otopsi ulang dengan melibatkan dokter independen.

"Kalau dibutuhkan otopsi lagi, saya siap dan rela anak saya diotopsi ulang. Karena hasil otopsi ini tidak masuk akal," pungkasnya.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/12/02/124719178/ayah-korban-tragedi-kanjuruhan-minta-otopsi-ulang-dengan-melibatkan-dokter

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke