Salin Artikel

Hidup Sederhana, Kakek Pengayuh Becak di Madiun Tolak Bansos, Ini Alasannya

KOMPAS.com - Seorang kakek berusia 68 tahun yang bekerja sebagai tukang becak dan pemulung menolak bantuan pemerintah.

Kakek bernama Sukadi, warga Kelurahan Munggut, Kecamatan Wungu, Madiun, mengaku masih mampu mengidupi dirinya sendiri dan tidak ingin merepotkan orang lain.

“Keseharian Pak Sukadi ini sebagai pemulung dan tukang becak. Tetapi dia tidak mau menerima segala bentuk bantuan. Alasannya karena masih mampu bekerja sendiri,” kata Ketua RT 8 RW 2 Kelurahan Munggut, Suwarno.

Tak hanya menolak bantuan dari pemerintah, Sukadi juga ternyata enggan menerima bantuan dari kampung atau tetangga sekitarnya.

“Enggak mau (terima bantuan). Alasannya dia tidak mau merepotkan orang lain,” jelas Suwarno, Senin (28/11/2022).

Hidup sebatang kara

Menurut Suwarno, Sukadi hidup sebatang kara dan tak ada keluarga di rumahnya.

Kondisi rumah Sukadi jauh dari kata layak. Dinding rumahnya hanya dari papan bekas dan atapnya dari plastik yang ditindih kayu.

“Kami sudah berusaha memperbaiki atap rumah diganti dengan genteng juga tidak mau karena tidak ingin menyusahkan orang lain. Ia ingin berdiri sendiri,” katanya.

Seperti diberitakan sebelumnya, Sukadi dikenal pekerja keras. Selain mengayuh becak, Sukadi juga memulung barang bekas.

Dalam sehari, Sukadi mengaku bisa mengumpulkan uang Rp 50.000.

Video saat Sukadi menolak bantuan yang diberikan petugas Bhabinkamtibas Polres Madiun menjadi viral di media sosial usai diunggah akun TikTok @om_bhabin99, pada Rabu (23/11/2022).

(Penulis : Kontributor Solo, Muhlis Al Alawi | Editor : Andi Hartik)

https://surabaya.kompas.com/read/2022/11/30/110000778/hidup-sederhana-kakek-pengayuh-becak-di-madiun-tolak-bansos-ini-alasannya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke