Salin Artikel

Cerita Herman Kembangkan Layanan Kesehatan E-Lahab, Raih Juara Nakes Teladan Nasional

Penghargaan itu diraih berkat inovasinya mengembangkan layanan kesehatan berbasis online, yang disebut Elektronik Layanan HIV/AIDS Bersahabat (e-Lahab).

Layanan itu mengacu pada pemakaian saluran-saluran online. Termasuk media sosial yang diaplikasikan pada klinik voluntary counselling and testing (VCT) di puskesmasnya.

Herman Trimawan mengatakan, lomba yang digelar oleh Kementerian Kesehatan tersebut diikuti secara berjenjang. Mulai tingkat daerah, provinsi, hingga nasional.

"Ada sesi penilaian lapangan dengan petugas juri yang datang ke puskesmas untuk cek kinerja dan program saya. Bahkan mengecek rumah juga," ujar Herman di Kediri, Selasa (22/11/2022).

Dia pun tidak menyangka bisa melewati tiap tahapan pada jenjang itu dan menyisihkan puluhan peserta lainnya. Semua diraihnya dengan predikat juara pertama.

"Pada enam besar tingkat nasional, penilaian via daring. Presentasi dan wawancara. Kemudian hasilnya saya mendapat juara 1 kategori perawat puskesmas," ungkapnya.

Latar Belakang e-Lahab

Herman mengatakan, layanan tersebut telah berlangsung sejak 2019. Tepatnya setelah Herman ditunjuk menjadi koordinator klinik VCT pada akhir 2018.

Inovasi itu lahir dari keresahannya karena capaian program layanan VCT di klinik itu cukup rendah, sekitar 38 persen dari target.

Dari penelusurannya, terungkap beberapa faktor penyebab. Mulai dari ketidaktahuan masyarakat perihal adanya layanan itu di puskesmas, hingga klien yang malu datang.

"HIV/AIDS ini kan penyakit yang dijauhi. Klien merasa malu kalau harus datang langsung," ujar pria yang telah bertugas menjadi nakes sejak 2010.

Sehingga, dia mulai memikirkan strategi agar layanan klinik tersebut dapat menjangkau masyarakat seluas-luasnya.

Dari masukan-masukan yang ada, akhirnya dipilih metodologi pelayanan online untuk memudahkan kliennya. Herman pun mulai mengembangkan e-Lahab.

Pada layanan e-Lahab itu ada empat fokus utama yaitu edukasi kesehatan, konsultasi kesehatan yang dipandu langsung konselor HIV, janji temu, serta pendampingan bagi klien yang telah terpapar HIV/AIDS.

"Untuk mendapatkan layanan, klien bisa mengakses langsung melalui akun-akun e-Lahab di Facebook, Instagram, YouTube, email, TikTok, dan lain-lain," lanjut perawat yang hobi bersepeda ini.


Capaian Layanan e-Lahab

Sejak beroperasi pada awal 2019, kata Herman, capaian program meningkat dratis hingga mencapai 100 persen dan pada 2020 bahkan mencapai 200 persen.

Dengan dibukanya secara online itu, semakin banyak masyarakat yang memanfaatkannya. Apalagi tren perkembangan zaman di mana akses informasi lebih mudah seiring dengan majunya teknologi.

"Dari pengalaman yang ada, klien ini tidak tahu ke mana mengakses layanan program HIV/AIDS, jadi banyak yang mengakses internet," lanjut bapak satu anak itu.

Bahkan para pengakses layanan tersebut rupanya tidak hanya berasal dari Kediri. Namun, banyak juga warga dari daerah lain seperti Jakarta, Kalimantan, hingga Papua.

Bahkan dari e-Lahab itu, menurutnya ada beberapa klien yang datang langsung secata rutin tiap tiga bulan sekali untuk pemeriksaan.

"Yang datang langsung itu dari Ngawi, Ponorogo, Trenggalek untuk periksa rutin," ungkapnya.

Herman berharap inovasi itu ke depannya bisa semakin berkembang. Misalnya dengan lahirnya e-Lahab dalam suatu bentuk aplikasi khusus.

Itu agar semakin banyak masyarakat yang menjangkaunya dan sejalan dengan tujuan program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS.

Respons Pemkot

Capaian Herman Trimawan tersebut mendapatkan apresiasi dari para pejabat. Selain dianggap berperan dalam meningkatkan layanan kesehatan di Kota Kediri, capaian itu mengharumkan nama daerah di tingkat nasional.

Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar mengatakan, inovasi tersebut sangat tepat mengingat orang yang positif HIV biasanya malu menyampaikan penyakitnya dan cenderung menutup diri.

“Inovasi berbasis elektronik ini juga menjamin privasi pasien yang berkonsultasi,” ujar Abu Bakar dalam suatu siaran pers.

Perawat seperti Herman Trimawan itu, menurutnya, adalah salah satu role model bagi para perawat agar bisa eksis dan mengembangkan ilmunya dalam melayani masyarakat.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Kediri Fauzan Adima mengatakan, capaian itu merupakan apresiasi sekaligus penyemangat para nakes di Kota Kediri. Apalagi, di tengah perjuangan menghadapi pandemi.

"Saya bersyukur ada nakes yang bisa menorehkan prestasi sebagai nakes teladan juara 1 tingkat nasional," ujar Fauzan.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/11/23/172446278/cerita-herman-kembangkan-layanan-kesehatan-e-lahab-raih-juara-nakes-teladan

Terkini Lainnya

Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com