Salin Artikel

Sungai Brantas, Sungai Terpanjang Kedua di Jawa yang Konon Pernah Membelah Kerajaan Medang

KOMPAS.com - Sungai Brantas adalah sungai terpanjang kedua di Pulau Jawa setelah Sungai Bengawan Solo.

Panjang Sungai Brantas adalah sekitar 320 kilometer, dengan Daerah Aliran Sungai (DAS) seluas 1.194.593 hektare.

Hulu Sungai Brantas berada di Desa Sumber Brantas, Kota Batu, tepatnya di lereng Gunung Arjuno dan Gunung Anjasmoro.

Aliran Sungai Brantas melewati wilayah Kabupaten Malang, Kabupaten Blitar, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Kediri, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Jombang, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Sidoarjo, Kota Malang, Kota Batu, Kota Blitar, Kota Kediri, Kota Mojokerto, Kota Pasuruan, dan Kota Surabaya.

Aliran Sungai Brantas kemudian mengalir ke Kali Porong di Kota Mojokerto dan bermuara ke Selat Madura.

Sejarah Sungai Brantas

Sejak dulu Sungai Brantas menjadi sungai yang penting bagi masyarakat Jawa Timur.

Selain menjadi jalur transportasi yang berpengaruh pada peradaban di sekitar bantaran Sungai Brantas, sepanjang aliran sungai ini juga berfungsi sebagai persawahan dan lahan pertanian.

Dikutip dari laman arkeologijawa.kemdikbud.go.i, bukti arkeologis tertua yang berkaitan dengan Sungai Brantas adalah Prasasti Kamalagyan (1037 M).

Prasasti Kamalagyan yang mencatat bahwa para pedagang dari jauh datang ke Jawa melalui jalur sungai ini.

Selain itu, sejarah Sungai Brantas juga lekat dengan keberadaan Kerajaan Medang yang pernah berdiri di masa lalu.

Dikutip dari laman tribunnewswiki.com, terdapat legenda mengenai Prabu Airlangga, raja dari Kerajaan Medang yang ingin membagi wilayahnya secara adil kepada dua putranya.

Prabu Airlangga kemudian meminta bantuan Empu Baradha, yang kemudian datang dengan membawa kendi berisi air.

Air dalam kendi ditumpahkan di tengah wilayah Kerajaan Medang yang alirannya lantas berubah menjadi Sungai Brantas.

Sungai Brantas kemudian membagi wilayah Kerajaan Medang menjadi dua, sebelah timur bernama Kerajaan Jenggala dan Sebelah barat bernama Kerajaan Kediri.

Sementara dikutip dari Kompas.com, Sungai Brantas kemudian menjadi saksi era kerajaan yang muncul silih berganti mulai dari Kerajaan Mataram Mpu Sindok di akhir abad ke-9 Masehi, hingga masa akhir Kerajaan Majapahit di abad ke-16 Masehi.

Di masa Kerajaan Mapapahit, Sang Raja Hayam Wuruk mengeluarkan Dalam Prasasti Canggu (1358 Masehi) yang dibuat pada masa Kerajaan Majapahit yang dipimpin Hayam Wuruk Prasasti menyebutkan hak-hak istimewa pada penjaga tempat penyeberangan di Sungai Brantas.

Sungai Brantas Saat Ini

Sungai Brantas dulu memang dapat dilayari oleh perahu untuk mengakses berbagai daerah di tepi sungainya.

Namun pendangkalan dan debit air yang terus menurun membuat Sungai Brantas tidak lagi bisa dilayari seperti dulu.

Fungsi Sungai Brantas perlahan beralih sebagai sumber irigasi dan bahan baku air minum bagi sejumlah wilayah di sepanjang alirannya.

Karena itu beberapa bendungan dibangun di sepanjang aliran sungai ini, seperti Bendungan Sengguruh, Bendungan Sutami, Bendungan Lahor, Bendungan Selorejo, Bendungan Wlingi, Bendungan Bening, dan Bendungan Serut.

Sumber:
arkeologijawa.kemdikbud.go.id  
tribunnewswiki.com  
p3ejawa.menlhk.go.id  
ubaya.ac.id 
regional.kompas.com (Editor : Rachmawati)

https://surabaya.kompas.com/read/2022/11/10/183624778/sungai-brantas-sungai-terpanjang-kedua-di-jawa-yang-konon-pernah-membelah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke