Salin Artikel

Di Blitar, Sekjen PDI-P Kembali Dorong Pemerintah Sampaikan Maaf kepada Soekarno

Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kritiyanto mengatakan, permintaan maaf Pemerintah harus disampaikan atas perlakuan yang tidak pantas oleh Pemerintah Orde Baru terhadap Sang Proklamator.

"Nah, ini tentu saja yang disampaikan sebagai suara kebenaran (permintaan maaf) itu juga sebaiknya direspons oleh Pemerintah," kata Hasto di sela ziarah ke Makam Bung Karno di Blitar, Kamis (10/11/2022).

Pernyataan Hasto tersebut menjawab pertanyaan wartawan tentang perlu tidaknya Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan permintaan maaf mewakili negara kepada Presiden Soekarno.

Desakan serupa telah disampaikan Ketua DPP PDI Perjuangan Ahmad Basarah yang juga Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).

Menurut Hasto, Presiden Soekarno bukan hanya telah ditetapkan sebagai pahlawan nasional tapi juga salah satu founding fathers negara Indonesia.

Kepemimpinan dan pemikiran Soekarno, kata dia, tidak hanya disegani di dalam negeri tapi juga di tataran global.

Banyak negara-negara di Asia dan Afrika yang di era tahun 1960an masih kolonialisme dan imperialisme Barat, menganggap Soekarno sebagai pahlawan termasuk sejumlah negara-negara Islam.

Namun ironisnya, lanjut Hasto, Soekarno mendapatkan perlakuan yang tidak pantas dari rezim pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto.

Pada lanskap politik global, kata Hasto, jatuhnya Soekarno dari kekuasaan tidak dapat dilepaskan dari konstelasi politik global pada era perang dingin.

Setelah Soekarno diturunkan dari kekuasaannya, perlakuan rezim Orde Baru terhadap Soekarno dan keluarganya melebihi batas kepatutan bagi pemimpin yang berjasa besar bagi bangsa dan negara.

"Kita tahu bagaimana perlakuan pemerintahan yang sangat otoriter saat itu terhadap Bung Karno dan juga keluarganya. Sampai, misalnya, Ibu Megawati untuk sekolah saja tidak bisa melanjutkan kuliahnya karena aspek-aspek politik," tutur Hasto.

Hasto menunjuk Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai kepala pemerintahan yang telah menunjukkan sikap kenegarawanan yang patut dicontoh setelah menyatakan permintaan maaf kepada keluarga dan korban tragedi politik tahun 1965 yang kemudian lazim disebut dengan peristiwa Gerakan 30 September 1965.

Orde Baru menyebutnya dengan peristiwa Gerakan 30 September PKI.

"Presiden Gus Dur saja menyampaikan permohonan maaf kepada korban 1965. Nah kita lihat sebagaimana menjadi semboyan Bung Karno dan Ibu Mega, 'satyam eva jayate', pada akhirnya kebenaran sejati itulah yang akan membimbing kita," tuturnya.*

https://surabaya.kompas.com/read/2022/11/10/150148378/di-blitar-sekjen-pdi-p-kembali-dorong-pemerintah-sampaikan-maaf-kepada

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com