Salin Artikel

Biografi Ario Soerjo, Gubernur Pertama Jawa Timur

KOMPAS.com - Ario Soerjo yang memiliki nama lengkap Raden Mas Tumenggung Ario Soerjo (R.M.T. Soerjo) adalah gubernur pertama Jawa Timur.

Tak hanya menyandang predikat gubernur pertama Jawa Timur, beliau juga dianugerahi predikat sebagai Pahlawan Nasional.

Nama Gubernur Soerjo bahkan diabadikan sebagai nama jalan utama di depan Gedung Negara Grahadi, Kota Surabaya.

Berikut adalah biografi Ario Soerjo atau Gubernur Soerjo yang sosoknya masih dikenang hingga saat ini.

Biografi Singkat Ario Soerjo

Ario Soerjo atau Gubernur Soerjo merupakan sosok putra daerah kelahiran Magetan, Jawa Timur, pada 9 Juli 1898.

Beliau merupakan anak kedua dari sepuluh bersaudara dari Raden Mas Wiryosumarto yang bertugas sebagai Ajun Jaksa di Magetan, dan Raden Ayu Kustiyah.

Gubernur Soerjo juga memiliki seorang istri bernama Raden Ayu Mustopeni.

Sehingga ia juga dikenal sebagai menantu Raden Mas Arja Hadiwinoto, Bupati Magetan yang ke-12 yang bergelar Raden Tumenggung Surohadinegoro.

Pendidikan dan Karir Ario Soerjo

Dilansir dari laman Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Magetan, Ario Soerjo menempuh pendidikan di OSVIA atau Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren (Sekolah Pendidikan Pribumi).

Setelah lulus dari OSVIA, beliau sempat bekerja sebagai calon pegawai negeri di kantor kontroler di Ngawi.

Ario Soerjo juga sempat mengikuti sekolah pendidikan polisi, di mana setelah selesai pendidikan kemudian diangkat menjadi camat.

Beliau kemudian diangkat menjadi wedana atau pimpinan wilayah daerah tingkat II di Pacitan.

Sosoknya mulai menjadi sorotan ketika diangkat sebagai Bupati Magetan yang ke-13 pada tahun 1938, dan menjabat sampai tahun 1943.

Jabatan Ario Soerjo sebagai Bupati Magetan berakhir pada masa penjajahan Jepang karena ia kembali diangkat sebagai Su Cho Kan (Residen) Bojonegoro pada tahun 1943 sampai tahun 1945.

Ario Soerjo menyelesaikan tugas-tugasnya sebagai Residen Bojonegoro sampai tanggal 11 Oktober 1945, sebelum kemudian pindah ke Surabaya untuk menjadi gubernur Jawa Timur.

Ario Soerjo Gubernur Pertama Jawa Timur

Sebagai gubernur pertama Jawa Timur, Ario Soerjo atau Gubernur Soerjo menjabat pada periode tahun 1945 sampai tahun 1948.

Pengangkatan Ario Soerjo sebagai gubernur dilakukan berdasarkan Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945 yang dikeluarkan pada tanggal 19 Agustus 1945 oleh PPKI.

Setelah Gubernur Soerjo menyelesaikan tugas-tugasnya sebagai Residen Bojonegoro, ia pindah ke Surabaya, ibukota Provinsi Jawa Timur pada 12 Oktober 1945.

Kepindahan Gubernur Soerjo ke Surabaya pada hari itu menandai dimulainya pemerintahan Provinsi Jawa Timur di Indonesia.

Sehingga sesuai Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 6 Tahun 2007, tanggal 12 Oktober ditetapkan sebagai Hari Jadi Provinsi Jawa Timur.

Peran Ario Soerjo dalam Peristiwa Pertempuran Surabaya

Peristiwa Pertempuran Surabaya 10 November terjadi pada saat Ario Soerjo menjabat sebagai gubernur Jawa Timur.

Sebagai pimpinan tertinggi, Gubernur Suryo menanggapi permintaan Sekutu dengan mendeklarasikan bahwa Surabaya harus dipertahankan.

Hal ini dilakukan setelah sebelumnya Gubernur Suryo sempat menempuh jalan perundingan namun tidak mencapai kesepakatan yang mengikat.

Pemerintah pusat di Jakarta juga telah menyerahkan keputusan sepenuhnya kepada Gubernur Suryo.

Ketika ultimatum dari pasukan Sekutu untuk menyerahkan Surabaya dikeluarkan, Gubernur Suryo dengan para pejuang di Surabaya dengan keras menolaknya.

Sehari sebelum pecahnya pertempuran, lewat pidatonya pada 9 November 1945, Gubernur Suryo menyerukan kepada arek-arek Surabaya untuk melawan pasukan Sekutu demi memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Seruan Gubernur Suryo pun segera ditanggapi oleh arek-arek Surabaya dengan berjuang sekuat tenaga dalam peristiwa Pertempuran Surabaya 10 November 1945.

Tragedi Pembunuhan Soerjo

Ario Soerjo diketahui tewas dalam Tragedi Pembunuhan Soerjo pada 10 November 1948.

Sebelum tragedi tersebut, Pada 18 September 1948, PKI yang dipimpin Musso melakukan pemberontakan di Madiun.

Namun kelompok tersebut kemudian dapat dipukul mundur TNI ke pelosok Jawa Timur.

Sisa-sisa gerombolan PKI pun melakukan pembunuhan terhadap orang-orang yang dianggap feodal (susunan masyarakat yang dikuasai kaum bangsawan) pada November 1948.

Salah satu yang menjadi korban gerombolan PKI adalah adik dari Gubernur Suryo yang bernama R.M. Sarjoeno yang merupakan Wedana (camat) di Sepanjang.

Pada 10 November 1948, Soerjo berangkat dari Yogyakarta menuju Madiun untuk menghadiri peringatan 40 hari meninggalnya sang adik.

Gubernur Suryo tiba sore hari di Surakarta dan melanjutkan perjalanannya ke Madiun pagi-pagi sekali menggunakan mobil.

Saat itulah mobil yang ditumpangi Gubernur Suryo berpapasan dengan sisa-sisa gerombolan PKI.

Gubernur Suryo dan penumpang lainnya yaitu Kolonel Polisi Duryat dan Mayor Polisi Suroko diperintahkan untuk turun dari mobil, dibawa ke hutan, dan kemudian dibunuh oleh PKI.

Jenazah Gubernur Suryo baru ditemukan empat hari kemudian, di Kali Kakah, Ngawi yang kemudian dibawa ke Madiun dan dimakamkan di Sawahan, Magetan.

Tempat terjadinya Tragedi Pembunuhan Soerjo kemudian didirikan berdiri Monumen Soerjo yang diresmikan pada 28 Oktober 1975 oleh Pangdam Brawijaya Mayjen TNI Witarmin.

Sumber:
disperpusip.jatimprov.go.id  
arpus.magetan.go.id  
kompas.com (Penulis : Widya Lestari Ningsih, Verelladevanka Adryamarthanino | Editor : Widya Lestari Ningsih, Nibras Nada Nailufar)

https://surabaya.kompas.com/read/2022/11/02/175222978/biografi-ario-soerjo-gubernur-pertama-jawa-timur

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke