Salin Artikel

Keluarga Korban Tragedi Kanjuruhan Mengaku Tak Mendapat Keterangan Penyebab Kematian, Begini Tanggapan RSSA

MALANG, KOMPAS.com - Keluarga korban meninggal Tragedi Kanjuruhan mengaku tidak mendapatkan keterangan penyebab kematian korban. Akibatnya, mereka sempat kebingungan saat mengurus surat kematian di kantor kelurahan.

Hal ini terjadi pada keluarga korban Andi Setiawan (33). Andi Setiawan menjadi korban ke-133 dalam tragedi Kanjuruhan. Sebelum meninggal, dia dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Saiful Anwar (RSSA).

"Sempat kebingungan tidak ada pernyataan dari dokter penyebab kematiannya seperti apa," kata Ketua RT 14 RW 4 Kelurahan Mergosono, Kota Malang, M Sumbari, saat ditemui di rumah keluarga korban pada Selasa (1/11/2022).

Sumbari mengatakan, saat mengurus surat kematian untuk Andi Setiawan, petugas kantor kelurahan bertanya soal penyebab kematian korban. Sebab, dalam surat dari rumah sakit tidak ada keterangan penyebab kematian.

Namun, pengurusan surat kematian tetap dilayani.

Tanggapan RSSA

Menanggapi hal itu, Wakil Direktur Pelayanan Medik dan Perawatan RSSA, dr Syaifullah Asmiragani mengatakan bahwa setiap pasien yang meninggal pasti mendapat surat kematian dari rumah sakit dan tertera keterangan penyebab kematiannya.

Menurutnya, saat keluarga membawa jenazah dari rumah sakit, akan langsung diberikan surat kematian serta keterangan penyebab kematiaanya.

"Harusnya ada, setiap pasien yang meninggal di sini kita akan keluarkan surat kematian dan sebab kematian, ada itu harusnya," kata Syaifullah pada Selasa (1/11/2022).

Namun, dia heran juga bahwa surat yang diterima oleh keluarga pasien dari IGD atau bukan dari pelayanan di ICU. Dia berkeyakinan bahwa keluarga korban hanya salah persepsi saja.

Keterangan berbeda disampaikan oleh Dokter Spesialis Anastesi, dr Wiwi Jaya. Dia mengatakan bahwa keterangan penyebab kematian tidak tertera di surat kematian dari rumah sakit.

Namun, keluarga pasien dapat mengetahui status medik kematian pasien yang bersifat rahasia.

"Penyebab kematian tentu bukan pada surat itu, bukan. Tetapi, pada status pasien dan itu status rahasia medik yang hanya boleh diketahui oleh keluarga pasien," katanya.

"Jadi artinya memang di status itu lengkap, contohnya begini, ini kan kalau kasus-kasus berat ya, kenapa penyebabnya kematiannya gagal organ multiple, itu jelas semua, karena apa karena septic shock karena sepsis, itu ada semua," lanjutnya.

Lebih lanjut, status medik tersebut merupakan arsip yang disimpan di rumah sakit dan tidak boleh semua orang melihat, kecuali keluarga pasien dan dokter yang merawat.

"Tetapi itu di dalam status, status itu adalah arsip rumah sakit yang disimpan di rumah sakit, jadi pasti ada. Tapi, tentunya ini tidak boleh semua orang melihat. Karena ini berkaitan dengan rahasia jabatan, berkaitan dengan kode etik dan berkaitan dengan aspek medikolegal, karena hal-hal seperti ini sensitif," katanya.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/11/02/064441878/keluarga-korban-tragedi-kanjuruhan-mengaku-tak-mendapat-keterangan-penyebab

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com