Salin Artikel

Kronologi Truk Tebu Dihantam Banjir di Blitar yang Berakibat 4 Orang Tewas

Truk bermuatan penuh tebu dengan 5 penumpang, terdiri dari sopir, kernet, dan 3 penebang tebu itu, sedang menyeberangi Sungai Kedung Cenit ketika tiba-tiba banjir bandang dari arah hulu sungai menerjang.

Tiga orang penebang tebu ikut menumpang truk setelah menebang dan memuat tebu di truk terakhir hari itu. 

Musibah itu mengakibatkan 4 dari 5 penumpang truk hilang terseret banjir bandang sungai tersebut. Mereka adalah sopir truk bernama Obet (18), kernet Riyanto (50), penebang tebu Andik (21) dan Yopi (23).

Satu penebang tebu bernama Pendik (32) selamat dari insiden tersebut.

Menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Blitar Ivong Bettryanto, banjir bandang yang menghantam truk merupakan air hujan yang mengalir ke sejumlah anak sungai di area hulu Sungai Kedung Cenit.

Menurut Ivong, truk tersebut sedang menyeberangi Sungai Kedung cenit melalui sabo dam ketika tiba-tiba dihantam banjir bandang.

Namun, lanjutnya, sebenarnya truk sudah sampai di ujung sabo dam dan hampir melewati area penampang Sungai Kedung Cenit sebelum banjir bandang itu datang.

"Jadi ceritanya truk ini tidak kuat menanjak di ujung sabo dam. Jadi sebenarnya tinggal beberapa meter saja truk itu bisa berada di posisi aman," ujar Ivong kepada Kompas.com, Kamis (27/10/2022).

Karena tidak kuat menaiki tanjakan di ujung sabo dam, ujarnya, Pendik yang berada di bak truk di atas muatan tebu melompat turun untuk mengganjal roda belakang.

"Pendik melompat turun untuk mengganjal roda belakang truk agar tidak mundur setelah gagal naik. Tapi justru karena itu Pendik selamat dari musibah itu," terang Ivong.

Beberapa detik setelah Pendik mengganjal roda belakang truk, ujarnya, tiba-tiba banjir bandang datang dari arah hulu sungai dan menerjang truk.

Pendik yang sudah berada di bawah dapat lebih leluasa berlari ke lokasi yang aman.

Sementara empat orang lainnya yang diduga semuanya berada di kabin truk, ujar Ivong, tidak dapat menyelamatkan diri ketika truk terguling.

Menurut Ivong, pada Selasa malam ketika insiden itu terjadi kondisi cuaca di Kecamatan Bakung dan sekitarnya sedang hujan.

"Sungai Kedung Cenit yang bermuara di laut selatan di Pantai Pasur merupakan salah satu sungai induk. Pada kondisi normal airnya dangkal, tapi banjir bandang dapat terjadi di sungai itu sewaktu-waktu karena limpahan air hujan dari sejumlah anak sungai," terangnya.

Dua hari pencarian korban

Usai kejadian pada Selasa malam, proses pencarian korban tidak dapat segera dilakukan karena kondisi gelap dengan medan perbukitan di wilayah Bakung.

Pencarian korban yang melibatkan personel tim gabungan sebanyak sekitar 50 orang baru dapat dilakukan keesokan harinya, Rabu (26/10/2022).

Komandan Basarnas untuk wilayah operasi Blitar Dian Susetyo Wibowo mengatakan regu penolong gabungan dibagi menjadi tiga tim pada hari pertama pencarian.

Satu tim bertugas menyisir penampang sungai dari lokasi kejadian ke arah hilir, ujarnya, dua lainnya menyisir daratan di kanan dan kiri sungai ke arah yang sama.

Menurut Dian, pencarian tim oleh tim sayap kanan dan kiri sungai cukup berat karena kontur tanah yang berbukit-bukit.

"Dan tim tidak hanya melakukan pencarian di area sekitar sungai tapi kadang harus melebar ke sawah-sawah. Kami harus mengantisipasi kemungkinan ketika air sungai banjir dan meluap ke sawah membawa jasad korban ke sana," tutur Dian, Kamis.

Pada hari pertama pencarian hingga sore, ujarnya, tiga korban berhasil ditemukan di jarak sekitar 10 kilometer dari lokasi kejadian.

Ketiga korban adalah Obet, Andik, dan Yopi. Sementara kernet truk bernama Riyanto, belum berhasil ditemukan pada hari pertama pencarian. Riyanto baru ditemukan pada hari kedua.

Nyaris hanyut ke laut selatan

Pada hari kedua pencarian, ujar Dian, tim dibagi menjadi dua.

Pertama tim yang menyisir kembali penampang sungai dari lokasi kejadian ke arah hilir hingga penemuan korban di lokasi terjauh. Tim kedua bertugas menyisir dari lokasi penemuan korban terjauh hingga ke arah muara sungai di Pantai Pasur, laut selatan.

"Nah, hari ini tadi tim kedua yang berhasil menemukan dan mengevakuasi korban terakhir atas nama Riyanto," ujarnya.

Kata Dian, jasad Riyanto pertama kali diketahui oleh nelayan Pantai Pasur dalam posisi mengambang di tengah sungai.

Menurutnya, tim beruntung karena jasad korban mengambang sehingga dapat segera diketahui oleh nelayan. Jika tidak, jasad korban akan masuk ke laut selatan dalam hitungan menit saja.

"Jadi beruntung karena belum sampai ke laut," ujarnya.

Dian mengatakan waktu pencarian harus diperpanjang selama beberapa hari lagi jika sampai jasad Riyanto masuk ke laut.

"Pencarian juga menjadi lebih melelahkan karena kita tidak tahu apakah jasad sudah sampai ke laut atau belum. Bersyukur jasad korban terakhir ini dapat ditemukan," tambahnya.

Sebelumnya, Kepala Seksi Humas Polres Blitar Iptu Udiono menuturkan bahwa dua penebang tebu yang ikut menjadi korban insiden itu merupakan warga Kecamatan Doko di wilayah Blitar bagian utara.

Bertiga bersama korban selamat Pendik, mereka bekerja menjadi kuli tebang dan muat tebu di wilayah Kecamatan Bakung yang berada di sudut barat daya wilayah Kabupaten Blitar.

"Jadi mereka ini 'boro' kerja tebang tebu dari pesisir utara ke pesisir selatan," ujar Udiono.*

https://surabaya.kompas.com/read/2022/10/27/180754578/kronologi-truk-tebu-dihantam-banjir-di-blitar-yang-berakibat-4-orang-tewas

Terkini Lainnya

Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com