Salin Artikel

Sosok Mbah Tik, Rela Menginap 25 Hari di RSSA Malang demi Dampingi Keluarga Korban Tragedi Kanjuruhan

Tetapi nurani pria yang akrab disapa Mbah Tik itu tergugah untuk mendampingi keluarga korban tragedi Kanjuruhan di Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Kota Malang, Jawa Timur.

Menginap di rumah sakit

Sudah 25 hari sejak tragedi Kanjuruhan terjadi pada Sabtu (1/10/2022), Mbah Tik sapaan akrab Sutikno, berada di ruang tunggu RSSA. Dia bahkan menginap di tempat tersebut.

Tujuannya untuk menenangkan dan mendampingi keluarga para korban.

"Jadi saya enggak tega, yang perlu diperhatikan keluarga korban, perlu pendampingan. Harus ada yang menenangkan, setiap keluarga korban setelah dipanggil dokter selalu menangis. Intinya mereka bertanya besok anak saya hidup atau mati," katanya pada Kompas.com, Selasa (25/10/2022).

Mbah Tik tinggal di Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar. Jarak rumah yang cukup jauh, tidak membuat niatnya membantu para keluarga korban terhenti.

Baginya, mereka sudah seperti keluarga sendiri. Mbah Tik juga memiliki kedekatan dengan Aremania.

Pria tersebut rutin menemui beberapa keluarga korban.

Ada yang kebingungan mengenai biaya hingga Mbah Tik ikut membantu.

"Ada keluarga korban yang bingung untuk biaya sehari-hari di sini, karena mereka itu kan mungkin ada yang kaget, sehingga ke sini enggak bawa persiapan yang cukup. Saya bantu komunikasikan dengan Aremania dan dibantu," katanya.

Dia juga membantu keluarga korban jika mereka tidak mendengar panggilan dokter jaga ketika malam hari.

"Ketika mereka tertidur, kalau dari speaker ada pemberitahuan ke keluarga pasien, saya bangunkan kalau tidak dengar, saya kan sudah hafal keluarga ini yang mana pasiennya," katanya.


Mbah Tik menuturkan, di hari saat tragedi yang menewaskan 135 orang itu terjadi, dirinya berada luar stadion.

Dia membantu Aremania asal Blitar yang menonton pertandingan Arema FC VS Persebaya.

"Saya memang di luar untuk menyambut Aremania dari luar kota, untuk mendata, membagi konsumsi," katanya.

Mbah Tik sigap membantu ketika para korban berjatuhan setelah kerusuhan pecah di dalam stadion.

"Terus saya lari ke tumpukan jenazah di pintu VIP, mengangkut jenazah dari dalam ke ambulans, dibawa ke RS Wava Husada. Ada korban dari warga saya sendiri, Blitar," katanya.

Detik demi detik kejadian memilukan itu membuat hati Mbah Tik tergerak. Dia tidak ingin tinggal diam.

Untuk biaya kehidupan sehari-hari selama menginap di RSSA, Mbah Tik awalnya menggunakan uang saku sendiri. Namun, Aremania juga membantunya.

"Saya dibantu sama teman-teman Aremania di sini, ada yang ngasih makan, rokok dan lainnya," katanya.

Keluarga Mbah Tik pun tak keberatan dan justru mendukung.

Selama 25 hari berada di Ruang Tunggu ICU RSSA, Mbah Tik melihat langsung air mata keluarga korban, terutama empat korban terakhir Tragedi Kanjuruhan yang meninggal.

Salah satunya, keluarga almarhum Reyvano Dwi Afriansyah.

"Saya mendampingi penuh keluarga dari Reyvano, itu sampai kedua orangtuanya enggak kuat (menerima kepergian anaknya)," katanya.

Mbah Tik selalu merasa, pengorbanan yang dilakukannya tidak pernah sebanding dengan jumlah nyawa mereka yang telah 'pergi'.

Kini, tersisa satu pasien korban tragedi Kanjuruhan di Ruang ICU RSSA.

Dia berharap, korban yang tersisa bisa selamat dan dapat kembali menjalani kehidupan normal.

"Pengorbanan mereka yang sampai meninggal yang menggugah saya. Sudah membeli tiket dan mereka meninggal," kata Mbah Tik.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/10/26/050500478/sosok-mbah-tik-rela-menginap-25-hari-di-rssa-malang-demi-dampingi-keluarga

Terkini Lainnya

Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com