Salin Artikel

Tari Remo: Gerakan, Pola Lantai, Properti, Iringan, dan Maknanya

KOMPAS.com - Tari Remo adalah tarian tradisional yang berasal dari Provinsi Jawa Timur.

Dilansir dari laman Kemendikbud, asal usul Tari Remo disebut berasal dari kecamatan Diwek di Desa Ceweng, Kabupaten Jombang.

Masyarakat setempat juga biasa menyebut Tari Remo dengan nama Tari Ngremo, yang dapat dibawakan oleh penari laki-laki maupun perempuan.

Tari Remo pada awalnya hanya berupa tarian yang ditampilkan sebagai pengantar pertunjukan ludruk.

Dilansir dari laman Gramedia, pencipta Tari Remo bernama Cak Mo yang pernah menjadi Gemblak dalam sebuah grup reog di Ponorogo.

Gaya Cak Mo yang memadukan banyak tari seperti mengadopsi gerakan Jathilan, Warok, Tayub, dan menyanyikan kidung tembang serta parikan itu kemudian disukai oleh banyak penonton.

Setelah bergabung dengan tim kesenian Ludruk, masyarakat pun lebih mengenalnya dengan tarian Reyoge Cak Mo atau kemudian disingkat menjadi Remo.

Walau begitu, pada perkembangannya Tari Remo akhirnya juga ditarikan terpisah dengan kesenian ludruk.

Fungsi Tari Remo kini juga digunakan untuk menyambut tamu, ditampilkan dalam upacara kenegaraan, dan pada berbagai festival kesenian daerah.

Gerakan Tari Remo

Gerakan Tari Remo bercerita tentang perjuangan seorang pangeran yang berperang dengan gagah berani.

Sehingga gerak Tari Remo akan menonjolkan sikap tubuh yang tegap dengan dada yang membusung untuk memberi kesan gagah dan berwibawa.

Selain itu, Tari Remo memiliki gerakan kaki yang rancak dan dinamis, yang bisa diamati dari bunyi lonceng yang dipasang pada pergelangan kaki.

Gerak kaki yang disesuaikan dengan iringan tari membuat suara lonceng tersebut dapat berpadu dengan musik pengiring.

Karakteristik lain dari gerak Tari Remo adalah gerakan sampur dengan menggunakan selendang, gerakan kepala, gerakan kuda-kuda, dan ekspresi dari wajah penari.

Pola Lantai Tari Remo

Dalam menyajikan Tari Remo, penari akan menggunakan pola lantai garis lurus yang meskipun terlihat sederhana namun menimbulkan kesan kuat.

Pada beberapa gerakan, pola lantai garis lurus pada Tari Remo akan berbentuk diagonal sehingga posisi tubuh penari akan sedikit menyerong.

Properti Tari Remo

Penari Remo akan menggunakan beberapa properti ketika melakukan pertunjukkan, meliputi pakaian, riasan, aksesori, dan terkadang menggunakan dekorasi panggung.

Untuk pakaian penari Remo biasanya mengadopsi busana prajurit gaya Surabayan.

Penari akan menggunakan baju atasan lengan panjang, rompi, celana sebatas betis, kain batik, sampur, dan penutup kepala.

Busana penari Remo di setiap daerah memiliki ciri khas tersendiri, seperti busana bergaya Sawunggaling, Surabayan, Malangan, dan Jombangan.

Untuk penari Remo perempuan akan dibedakan dengan mekak pada bagian dada, rapak di bagian pinggul hingga lutut, dan sampur yang dikalungkan di leher.

Sementara untuk aksesorisnya akan menggunakan gelang lonceng di bagian kaki.

Untuk riasan, penari Remo akan menggunakan riasan tebal dengan gaya gagah dengan alis dan jambang.

Adapun dekorasi panggung hanya digunakan jika Tari Remo dimainkan sebagai pembuka dalam kesenian Ludruk.

Iringan Tari Remo

Tari Remo disajikan dengan iringan tari yang berasal dari alat musik gamelan,yang berpadu dengan suara lonceng di kaki para penari.

Jenis irama dari iringan gamelan yang dimainkan biasanya adalah gending jula-juli atau tropongan.

Makna Tari Remo

Seperti tari tradisional lainnya, Tari Remo juga mengandung makna dan filosofi pada tiap gerakannya.

Makna Tari Remo adalah penggambaran perjuangan seorang pangeran dengan kesan tegas, kuat, dan maskulin.

Berikut adalah beberapa Tari Remo lengkap dengan makna serta filosofi dibalik gerakannya.

Gerakan gedrug atau gerakan menghentakan kaki memiliki makna yaitu simbol kesadaran manusia atas kehidupan yang ia jalankan di muka bumi.

Gerakan gendewa memiliki makna bahwa setiap pergerakan manusia yang sangat cepat seperti anak panah yang lepas dari busurnya.

Gerakan tepisan yang mengandalkan kecekatan serta kecepatan tangan ketika bergerak.

Gerakan menggesekan kedua telapak tangan yang memiliki makna sebagai suatu simbol penyatuan kekuatan yang ada dalam diri seorang manusia.

Gerakan Ngore Remo yaitu gerakan yang seperti merias diri, terutama pada bagian rambut.

Sumber:
https://petabudaya.belajar.kemdikbud.go.id  
https://www.gramedia.com  
https://www.tribunnewswiki.com  

https://surabaya.kompas.com/read/2022/10/25/081228978/tari-remo-gerakan-pola-lantai-properti-iringan-dan-maknanya

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com