Salin Artikel

Hari Jadi Pemkab Jombang, Bupati Luncurkan Busana Khas Bernama Jombang Deles

Busana khas yang diresmikan sebagai busana daerah, diberi nama ‘Jombang Deles’. Busana Jombang Deles terdiri dari busana laki-laki dan perempuan.

Secara umum, busana khas Jombang itu memiliki dua warna, hijau dan putih. Kemudian, terdapat perpaduan yang dinamis antara busana untuk laki-laki dan perempuan.

Bupati Jombang Mundjidah Wahab mengungkapkan, pembuatan busana khas Jombang yang diproyeksikan sebagai pakaian adat merujuk pada sejarah Kabupaten Jombang.

Pada bagian motif, desain maupun ornamen, terdapat unsur kesenian ludruk, cekdongan, hingga benda bersejarah peninggalan Majapahit.

“Hari ini kita launching busana khas Jombang yang kita beri nama Jombang Deles. Busana ini sarat dengan sejarah,” kata Mundjidah, Jumat (21/10/2022).

Dia menjelaskan, busana khas Jombang untuk pria disebut dengan Kudawaningpati. Komponen busana terdiri dari udeng blangkon sundul mego yang merupakan perpaduan dari udeng ludruk dan blangkon cekdongan.

Udeng blangkon tersebut menggambarkan bahwa masyarakat Jombang sangat egaliter, menghormati perbedaan, serta toleran.

Sedangkan sundhul Mego, penamaannya diambil dari nama Patih yang terdapat dalam Cerita Wayang Topeng Jatiduwur dalam lakon Wiruncono Murco.

Dalam busana ‘Jombang Deles’ terdapat baju model 'Jas Gulon Dwigatra'. Jas ini merupakan busana atasan pria yang dipilih karena mengikuti pola busana adat Jawa yang cenderung menggunakan jas untuk busana atasannya.

Bagian Jas Gulon Dwigatra ini menjadi titik pembeda dengan busana adat dengan daerah lain di Jawa Timur. Jas gulon bermakna memakai kerah tegak, untuk membedakan dengan model potong gulon atau pun desain teluk belanga.

Jas gulon ini juga dipakai oleh Bupati Jombang pertama RAA Soeroadiningrat. Jas Gulon Dwigatra sebagai pembeda dengan bentuk jas Mataraman dan jas Jawa Timuran atau sering disebut jas Basofi.

Sedangkan dwi gatra adalah bertemunya dua gatra budaya menurut pemetaan sejarawan dan budayawan almarhum Prof Ayu Sutarto, yaitu gatra budaya Mataraman (Pracima) dan gatra budaya Arek (purwa).

Adapun busana wanita dalam pakaian adat Jombang Deles dinamai dengan Kemodoningrat. Motif utamanya yakni, relief Candi Arimbi serta kubah Masjid Jami'.

Nama Dewi Kemodoningrat diambil dari lakon cerita Wayang Topeng Jatiduwur. Dewi Kemodoningrat merupakan nama lain Dewi Sekartaji atau Galuh Candrakirana, istri Panji Asmarabangun.

Dalam cerita Wayang Topeng Jatiduwur, Dewi Kemodoningrat juga dipercaya sebagai pembabat Dusun Kemodo, Desa Dukuhmojo, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang.

Sementara bagian bawah busana wanita Jombang Deles ini dari kain jarik yang memiliki sampiran kain penutup di bagian depan seperti jarik pada umumnya. Bagian depan dibuat bukaan samping kiri untuk menghadap posisi pasangan busana putra yang menghadap sebaliknya atau mengarah ke kanan.

Mundjidah mengatakan, busana khas Jombang Deles merupakan karya fenomemal putra daerah yang akan dijadikan sebagai pakaian wajib bagi aparatur sipil negara (ASN) di Kabupaten Jombang.

“Busana khas Jombang ini sarat dengan sejarah. Kami siapkan regulasinya agar busana 'Jombang Deles' ini bisa dipakai setiap Kamis,” ujar Mundjidah.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/10/21/222418178/hari-jadi-pemkab-jombang-bupati-luncurkan-busana-khas-bernama-jombang-deles

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke