Salin Artikel

Kesaksian Korban Banjir Blitar Selatan, Tinggalkan Rumah Saat Air dengan Cepat Meninggi

BLITAR, KOMPAS.com - Ratusan warga Kelurahan Sutojayan, Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, harus mengungsi akibat banjir yang merendam permukiman mereka, Senin (17/10/2022).

Kelurahan Sutojayan merupakan area terdampak banjir paling parah di antara sejumlah desa di beberapa kecamatan yang terdampak. Ketinggian air di Kelurahan Sutojayan saat ini berkisar antara 50 sentimeter hingga lebih dari 1 meter.

Salah satu warga yang ditemui di pos pengungsian di Balai Kelurahan Sutojayan, Agus Widodo, mengaku, ketinggian air di sekitar rumahnya mencapai 1,5 meter saat dia tinggalkan pada sekitar pukul 9.00 WIB.

"Waktu saya tinggalkan sekitar pukul 9 tadi sudah seleher orang dewasa," ujar Agus saat ditemui wartawan di pos pengungsian, Senin siang.

Kata Agus, air mulai memasuki rumahnya sekitar pukul 5.00 WIB, setelah subuh, di tengah hujan yang belum reda sejak Minggu (16/10/2022) malam. Ketinggian air tiba-tiba bertambah dengan cepat pada pukul 7.00 WIB. Tinggi air mencapai sekitar 1 meter.

Tidak lama kemudian, kata Agus, petugas dan relawan dari BPBD Kabupaten Blitar memberikan pertolongan dengan membawa perahu karet.

Agus bersama keluarganya pun segera meninggalkan rumah setelah menyempatkan diri menyelamatkan sejumlah perabot rumah tangga.

"Yang sempat kami selamatkan ya kami selamatkan ke rumah tetangga yang tingkat dua," tuturnya.

Menurut Agus, tempat tinggalnya yang terletak di Dukuh Gondanglegi merupakan yang paling terdampak di antara wilayah lain di Kelurahan Sutojayan, selain Dukuh Blimbing.

"Di sebelah barat rumah saya banyak rumah yang tenggelam, sudah tinggi banget airnya," kata Agus.

Warga lainnya, Sujarno, memberikan kesaksian serupa. Menurut Sujarno, air mulai masuk ke rumahnya sekitar pukul 4.00 WIB.

Kata Sujarno, sejumlah warga terpaksa meninggalkan hewan ternak mereka demi menyelamatkan diri.

"Saya katakan ke tetangga yang punya sapi, lepas saja talinya biar hewan berusaha menyelamatkan diri," tuturnya.

Agus dan Sujarno mengatakan bahwa Kelurahan Sutojayan memang sering dilanda banjir akibat meluapnya sejumlah sungai.

Banjir besar terakhir kali terjadi pada tahun 2019 dengan ketinggian air sekitar 1,5 meter, seperti yang terjadi hari ini.

"Kalau banjir paling besar sampai ke atap rumah tahun 2004. Kalau banjir tahunan itu selutut, itu sudah biasa," terang Agus.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Blitar, Ivong Bettryanto mengatakan, ratusan warga meninggalkan rumah mereka untuk mengungsi ke tempat yang lebih tinggi.

Di posko pengungsian Balai Kelurahan Sutojayan setidaknya sudah ada 150 warga yang mengungsi dan masih terus bertambah. Sebagian yang lain, kata Ivong, mengungsi ke rumah saudara di tetangga desa.

Ditemui terpisah, Camat Sutojayan Heru Pujiono mengatakan, pihaknya masih melakukan pendataan jumlah warga yang terdampak.

Heru belum menyebutkan jumlah pasti warga yang terdampak. Namun, dia pastikan jumlahnya mencapai ratusan keluarga, terutama di Kelurahan Sutojayan.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/10/17/145935078/kesaksian-korban-banjir-blitar-selatan-tinggalkan-rumah-saat-air-dengan

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com