Salin Artikel

Rekaman Suara Penjual Dawet Saat Tragedi Kanjuruhan Viral Dicari Aremania

Dalam rekaman itu ia mengaku sebagai penjual dawet di sekitar pintu keluar 3 Stadion Kanjuruhan, dan memberi kesaksian saat tragedi di Kanjuruhan pecah.

"Yang lebih parah itu, akhirnya mereka (Aremania) uyel-uyelan (desak-desakan), uyel-uyelan keluar karena menghindari gas air mata," ungkapnya dalam rekaman itu.

Kemudian ia menyebut bahwa dalam tragedi Stadion Kanjuruhan gas air mata tidak seberapa. Namun sebaliknya ia menyebut bahwa Aremania justru berdesak-desakan dan saling injak antar sesama suporter.

"Terus di pintu 3, sebelah kiri warung saya itu ada anak terjepit, ada anak kecil terjepit. Dari situ awalnya ditolonglah sama polisi, Pak Arif namanya, orang batu, polisi batu," sambungnya.

Lebih lanjut, menurutnya anak kecil yang terjepit tersebut dilindungi oleh seorang polisi bernama Arif.

Selain itu, ia menyimpukan bahwa Aremania minum alkohol. Termasuk korban yang mati berbau alkohol.

"Terus ditolong dia dilindungi, dibawa. Tapi wong suporter sakdurunge wes ngombe kabeh (sebelumnya supporter sebelumnya sudah minum (alkohol) semua). Yang meninggal itu banyak yang berbau alkohol."

"Nah, si Pak Arif ini nolong (anak yang terjepit), tapi dipukuli kepalanya. Kenapa saya tahu? Karena saya selamatkan di toko saya yang namanya Pak Arif ini. Polisi ini tak (saya) selamatkan. Malah saat itu dawetku iki, aku dodolan dawet, kate dikeprukne. Yo aku, 'lho, iki dawet, Mas, ojo, ojo, yo. Terus dideleh'. Habis itu anak kecil ini sama Pak Arif ini diraupi, dicuci mukanya," lanjutnya.

Rekaman itu kemudian mendapat berbagai hujatan dari Aremania, karena dinilai menggiring bahwa tragedi Kanjuruhan bukan akibat gas air mata. Tapi karena berdesakan dan saling injak antar sesama supporter.

Di sisi lain, penjual dawet itu disebut-sebut sebagai hoaks. Karena tidak ada penjual dawet di kawasan pintu keluar 3.

Kompas.com menelusuri ke pintu keluar 3 yang dimaksud, juga tidak ditemukan adanya penjual dawet di kawasan tersebut. Justru yang ada tepat di samping pintu keluar 3 hanya ditemukan toko meubel bernama Belarusia.

Kemudian di sampingnya lagi terdapat toko penjual kopi dan mie instan.

"Tidak pernah ada penjual dawet di sini. Hanya meubel ini dan penjual kopi dan mie instan di samping ini," ungkap salah satu pegawai meubel, Jaya.

Untuk penjual dawet di area Stadion Kanjuruhan, menurutnya memang ada, tapi menggunakan rombong kaki lima.

"Tapi penjualnya bukan perempuan, tapi pria. Kalau yang perempuan tidak ada," katanya.

Jaya memastikan bahwa rekaman yang beredar itu tidak ada alias hoaks. "Hoaks itu," tegasnya.

Sebagai bentuk protes atas rekaman itu, Aremania menempel selebaran di area pintu keluar 3 tersebut, bertuliskan "Wanted, Casual Dawet Gate 3".

Sementara itu, salah satu jurnalis, Ron Ron yang biasa meliput sepak bola di Stadion Kanjuruhan, dan juga meliput saat pertandingan Arema FC versus Persebaya Surabaya, Sabtu (1/10/2022) lalu, juga membenarkan bahwa tidak pernah ada penjual dawet di pintu keluar.

"Hoaks! Selama saya liputan di sini, tidak pernah ada penjual dawet di pintu keluar 3 itu," tegasnya.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/10/08/203606878/rekaman-suara-penjual-dawet-saat-tragedi-kanjuruhan-viral-dicari-aremania

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke