Salin Artikel

Sepekan Usai Tragedi Stadion Kanjuruhan, 131 Orang Meninggal, 6 Orang Jadi Tersangka

Pada Minggu (2/10/2022), disebutkan korban meninggal mencapai 125 orang.

Namun hingga Selasa (4/10/2022) pukul 10.00 WIB, Dinas Kesehatan Kabupaten Malang merilis data baru. Total ada 131 korban tewas dalam tragedi tersebut.

Sementara lebih dari 320 orang luka-luka.

Awal kerusuhan Tragedi Kanjuruhan

Sabtu malam. Tepat pukul 20.00 WIB, pertandingan Arema Malang lawan Persebaya Surabaya dimulai.

Laga pertama berlangsung panas. Masing-masing tim saling menjebol gawang lawan dan tercipta skor dua sama.

Istirahat pertama saat turun minum, beberapa penonton di tribun 13 berkelahi dan sempat diamankan oleh aparat keamanan.

Babak kedua pun dimulai. Kedua tim saling mneyerang. Namun pada menit 51, Persebaya mencetak gol.

Penonton pun mulai memanas hingga akhirnya memasuki 10 menit akhir pertandingan.

Chndra, penonton dari tribun 14, beberapa penonton mulai melemparkan platik berisi air ke lapangan. Ada juga penonton yang melempar nasi bungkus dan kantong platsik.

Arema semakin menyerang. Namun selama 90 menit plus 7 menit waktu tambahan, tak ada gol yang disarangkan.

Pertandingan pun diakhiri dengan kemenangan Persebaya 3-2.

Usai pertandingan, polisi mengawal pemain Persebaya masuk ke ruang ganti. Sementara di lapangan, pemain Arema tertunduk lesu.

Mereka pun mendatangi tribun penonton untuk menyampaikan perminataan maaf. Kejadian tersebut sekitar 10-15 menit. Saat itu belum ada satu pun penonton yang turun ke lapangan.

Situasi pun cukup hening. Lalu seorang pemain Arema menuju depan Tribun 7-8 dan terlihat satu penonton yang diikuti 3 orang lainnya turun dari tribun 9 dan 10 ke lapangan.

"Penonton itu menghampiri pemain Arema, terlihat menunjuk ke pemain, seperti meluapkan kekecewaanya. Lalu ia dirangkul pemain itu. Tapi polisi datang, menghalau penonton, dan melakukan tindakan represif, ditarik bajunya, dipukul hingga jatuh," kata Fahryanto.

Tiga teman di belakangnya mencoba menolong, namun kembali mendapatkan hantaman keras dari polisi.

"Satu tergeletak, tiga di belakangnya dipukul polisi dan melawan," kata Fahryanto.

Melihat tindakan pemukulan polisi itu, ratusan penonton dari segala penjuru tribun, disebut melompat pagar pembatas tribun setinggi sekitar enam meter dan turun ke lapangan.

Fahryanto melihat, kumpulan penonton yang turun pertama kali berasal dari tribun 12. Lalu serentak diikuti oleh ratusan dari tribun lain.

"Di lapangan mereka bentangin poster, bentrok dengan polisi, menolong rekan penonton lain yang terluka," kata Fahryanto.

Sementara Dipo melihat, ratusan penonton yang turun pertama kali berasal dari tribun 7-8 yang berbarengan dari tribun 10 hingga 12.

Polisi bergerak mundur perlahan ke depan wilayah VIP. Tak hanya itu. Mereka juga mengeluarkan anjing pelacak untuk menghalau para penonton.

Tak lama, saksi menyatakan polisi menembakkan gas air mata ke tribun 10 hingga 14 di dekat gawang selatan.

Digambarkan seluruh tribun sepertu lautan awan putih.

Hal tersebut membuat kepanikan massal. Ribuan orang panik dan berdesakan keluar dari stadion.

Salah satu pintu yang dilewati adalah pintu 13. Namun sayangnya pintu tersebut tertutup.

Eko Prianto (39) warga Kecamatan Dau, Kabupayen Malang mengatakan ada puluhan penonton bergelimpangan di Pintu 13.

"Pintu 13, seperti kuburan massal. Banyak anak kecil, korban kebanyakan perempuan. Saya tak kuat," ujarnya dengan suara tercekat.

Belakangan terungkap bahwa sedikitnya 32 anak kehilangan nyawa di stadion tersebut dan ada yang masih berusia 3 tahun.

Di Pintu 13, sebagian penonton berusaha menjebol "angin-angin" alias ventilasi pada tembok di samping pintu. Mereka berusaha keluar dan berdesak-desakan.

"Semua pintu keluar tertutup, kecuali Pintu 14," kata dia.

Salah satu perwakilan, seorang perempuan berjilbab hitam mengatakan pintu 13 sempat terbuka saat pertandingan antara Arema Vs Persebaya memasuki menid ke-85.

Dalam kondisi terbuka, wanita tersebut sempat keluar terlebih dahulu. Ia kemudian kembali masuk ke dalam stadion lantaran mendengar adanya tembakan gas air mat

Namun ketika ingin keluar dari stadion, wanita itu melihat pintu 13 dari Stadion Kanjuruhan telah dalam kondisi tertutup.

"Terus saya kembali, pintu sudah tertutup," imbuh dia.

Seorang pria yang mengenakan jaket warna hitam menceritakan hal sama. Ia sempat keluar dari stadion melalui pintu 13.

Namun saat akan masuk kembali, ia melihat pintu 13 dalam kondisi terkunci dari luar dengan gembok berwarna hitam.

Menurut penuturannya, ia adalah sosok yang menjebol ventilasi yang berada di samping pintu 13 itu dari luar agar penonton yang terjebak di dalam bisa keluar.

"Saya yang menjebol (ventilasi di samping) pintu 13 itu. Saya sama tiga orang teman saya," ujarnya. Ketika berhasil menjebol ventilasi tersebut, pria itu mengaku langsung melihat penonton yang berdesak-desakan ingin keluar.

Sementara itu Komisioner Kompolnas, Albertus Wahyurudhanto mengatakan diduga pintu tersebut dikunci oleh panpel.

Belakangan diketahui panpel beralasan mengunci pintu tersebut agar tak ada suporter dari luar masuk kedalam.

Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo mengungkapkan, keenam tersangka itu adalah:

  1. Ir AHL, Direktur PT Liga Indonesia Baru (PT LIB)
  2. AH, Ketua Panitia Penyelenggara Laga Arema FC Vs Persebaya Surabaya
  3. SS, Security Officer
  4. WSS, Kabag Operasi Polres Malang
  5. H, Danki 3 Brimob Polda Jawa Timur
  6. BSA, Kasat Sammapta Polres Malang.

Keenam tersangka diduga melanggar Pasal 359 dan Pasal 360 KUHP serta Pasal 103 juncto Pasal 152 UU RI Nomor 11 Tahun 2022 tentang Keolahragaan.

Kapolri mengatakan, tim masih bekerja maksimal menelusuri kasus ini.

"Penambahan jumlah pelaku, pelanggaran etik maupun pidana, kemungkinan masih bisa bertambah," tambah Listyo di Polresta Malang Kota, Kamis.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/10/08/070700878/sepekan-usai-tragedi-stadion-kanjuruhan-131-orang-meninggal-6-orang-jadi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke