Salin Artikel

Cerita Sopir Truk di Jombang yang Alami Kebutaan, Tak Dapat Bantuan meski Hidup Sebatang Kara

Namun, pengalaman Asnan menjadi pengemudi kendaraan angkutan barang lintas daerah tersebut, terhenti pada 2013. Matanya bermasalah, hingga kemudian mengalami kebutaan.

Pandangan Buram

Asnan menuturkan, pada awal 2013, dia merasakan matanya seperti kemasukan debu yang kemudian mempengaruhi penglihatan.

Kala itu, kenang dia, dirinya baru selesai mengantarkan barang dan hendak memarkir truk yang dikemudikan di kawasan parkir sebuah pabrik di daerah Sidoarjo.

"Awalnya, mata seperti kelilipan (kemasukan benda asing), habis itu pandangan (penglihatan) peteng (gelap)," kata Asnan, saat ditemui di kediamannya, Selasa (4/10/2022).

Merasakan matanya bermasalah, Asnan kemudian beristirahat di kawasan pabrik. Namun, setelah menunggu sekian lama, pandangan matanya masih buram.

Asnan kemudian menghubungi kerabatnya dan minta dijemput. Asnan lalu pulang ke rumah dan melakukan pemeriksaan mata ke Puskesmas keesokan harinya.

Dia mengungkapkan, berbagai tempat pelayanan kesehatan, baik swasta maupun milik pemerintah, telah didatangi untuk mendapatkan kesembuhan.

Namun, berbagai upaya medis maupun non-medis yang ditempuh Asnan, tidak membuahkan hasil. Pandangan mata yang awalnya buram, justru semakin gelap.

Terakhir, kata Asnan, dia berobat ke RS dr Soetomo Surabaya atas rujukan RSUD Jombang. Namun karena keterbatasan biaya, usahanya tidak dilanjutkan setelah melewati tiga bulan pengobatan.

"Sudah ke dr Soetomo Surabaya, tapi enggak sampai lanjut (selesai). Kendalanya ya biaya, di sana (Surabaya) tiga bulan, terus yang ngancani (menemani) tidak kuat, akhirnya pulang," ungkap dia.

Setelah tidak melanjutkan pengobatan di Surabaya, Asnan berusaha berobat ke berbagai tempat, baik medis maupun non-medis. Namun upayanya tidak membuahkan hasil dan pandangan matanya menjadi makin gelap.

Digugat Cerai

Di tengah penderitaan yang dialaminya, rumah tangga Asnan mendapat cobaan berat. Istrinya mengajukan gugatan cerai. Asnan dan istrinya yang telah dikaruniai satu anak, resmi bercerai pada 2016.

Pasca perceraian, Asnan tinggal sendiri di rumah yang sempat ditinggali bersama. Adapun sang anak, tinggal bersama mantan istrinya.

"Buyar (cerai) itu tahun 2016, sejak itu ya tinggal sendiri. Kalau makan, dikirimi sama kakak dan adik saya. Kalau enggak ada yang ngirim ya tidak makan," ujar Asnan.

Asnan tinggal sendirian di sebuah rumah sederhana, berukuran 5,5 x 12 meter. Rumahnya berada di sebuah gang sempit di kawasan padat penduduk.

Bapak satu anak tersebut, tercatat sebagai penduduk Dusun Menganto, Desa Menganto, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.


Tak Peroleh Bantuan

Menjalani kehidupan dengan kondisi mata buta, Asnan mengaku hanya bisa pasrah. Harapan untuk sembuh terpaksa dipendam karena terbatasnya gerak maupun biaya.

"Kalau ada yang ngajak (berobat) dan ada biaya, ya berangkat. Ingin sembuh, pastinya saya ingin sembuh, tapi kan harus ada yang menemani (berobat) dan ada biaya," kata Asnan.

Semenjak bercerai, Asnan menjalani kehidupannya sendirian, di rumah yang dibangun dari hasil kerja keras sebagai sopir beberapa tahun lalu. Untuk makan, dirinya hanya bisa dengan mengandalkan belas kasih kerabat dan tetangganya.

Meski hidup sebatang kara, Asnan mengaku tidak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah, dari berbagai program jaminan pengaman sosial yang disediakan untuk warga miskin.

"Bantuan apa, selama ini ya hanya dikirimi sama kakak dan adik-adik. Gak dapat dari pemerintah ya gak apa-apa," ujar dia.

Sri Ainun (45), kakak Asnan mengungkapkan, sejak ditinggal cerai oleh istrinya, Asnan tidak pernah menerima bantuan dari pemerintah, baik BPNT maupun program lainnya.

"Selama ini ya gak dapat (bantuan) apa-apa. Waktu (Pandemi) corona saja gak dapat, padahal waktu itu banyak yang dapat," kata Sri Ainun.

Terkendala Administrasi

Kepala Desa Menganto Yunus Ardiansyah mengungkapkan, Asnan merupakan warganya yang mengalami kebutaan mata sejak sembilan tahun lalu.

Asnan, sebut dia, diketahui memang tinggal sendirian sejak bercerai dengan istrinya. Adapun sang mantan istri, telah pindah ke rumah lain tetapi masih berada di desa yang sama.

Yunus mengatakan, salah satu warganya itu tidak ter-cover dalam program perlindungan sosial dari pemerintah karena terkendala administrasi.

Keluarga Asnan, jelas dia, sebenarnya telah rutin menerima bantuan dari pemerintah berupa Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT), hingga tahun ini.

Namun, bantuan tersebut diterimakan kepada mantan istri Asnan, karena masih tercatat dalam satu kartu keluarga, meski keduanya telah bercerai.

Menanggapi keluhan Asnan, Pemerintah Desa Menganto telah mengusulkan nama Asnan untuk masuk ke dalam data penerima program perlindungan sosial, awal 2022.

Proses tersebut, diawali dengan pembuatan KK yang terpisah antara Asnan dengan mantan istrinya.

"Sudah kami usulkan ke Dinsos dan Kemensos, semoga tahun depan sudah ter-cover," kata Yunus.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/10/05/053000478/cerita-sopir-truk-di-jombang-yang-alami-kebutaan-tak-dapat-bantuan-meski

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke