Salin Artikel

Kisah Pilu Balita yang Tewas dalam Tragedi Kanjuruhan, Diduga Sesak Nafas karena Gas Air Mata

KOMPAS.com - Seorang balita umur tiga tahun meninggal dunia usai tragedi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Korban bernama M. Virdi Prayoga (3) warga Blimbing, Kota Malang ini dievakuasi ke RSUD Kanjuruhan sudah dalam keadaan tidak bernyawa.

Direktur Utama RSUD Kanjuruhan, Bobby Prabowo mengatakan, penyebab tewasnya balita tersebut sama seperti korban-korban lain, yakni diduga akibat hipoksia karena disebabkan tembakan gas air mata.

Hipoksia merupakan kadar oksigen dalam sel-sel tubuh yang rendah ditandai dengan gejala sesak napas.

"Sama seperti korban lain, yaitu diduga hipoksia," ujar dia melalui sambungan telepon, Selasa.

Dia memastikan balita itu diantar ke rumah sakit oleh pihak kepolisian dalam kondisi telah meninggal.

Namun, korban tidak lama transit di RSUD Kanjuruhan, karena segera teridentifikasi oleh keluarga dan langsung dibawa pulang.

"Orangtuanya yang membawa pulang," tegas dia.

Cerita ibu korban

Sementara itu, ibu korban yakni Elmiati (33) merasa terpukul dengan tragedi yang menewaskan ratusan nyawa tersebut.

Sebab, dalam peristiwa kelam itu dia tak hanya kehilangan balitanya tetapi juga sang suami, Rudi Harianto.

Saat terjadi kericuhan, dia harus terpisah dari suami dan anaknya.

Ketika itu mereka hendak menyelamatkan diri dari kepungan gas air mata yang mengarah ke tribun 13.

"(Lontaran bola gas air mata) iya ke arah tribun. Lontaran itu masuk ke kerumunan penonton. Suami saya mengajak pulang, ayo pulang aja selak adik keno gas (keburu anak terkena gas). Posisi itu sudah ricuh," ujar dia dikutip dari Surya.co.id.

Namun, keluarga kecil itu justru tak bisa keluar lantaran terjadi penumpukan di pintu yang tertutup sehingga harus berdesak-desakan.

"Posisi saya ada di pinggir di tangga pegangan biru-biru itu. Suami saya berada di dekat pintu gerbang. Suami saya berada di baris kedua dekat pintu gerbang (yang tertutup)," ungkap dia.

Pada momen itu, dia sudah tak lagi mengetahui keberadaan suami dan anaknya.

Dia sendiri berhasil selamat karena ditarik kembali ke tribun oleh seseorang.

Pencarian suami dan anak

Dengan berbekal foto dari kamera ponselnya, dia pun mencari keberadaan suami dan anaknya.

Foto tersebut dicocokkan oleh beberapa orang saudaranya yang berusaha membantu mencari keberadaan sang suami dan anaknya.

Elmiati berhasil menemukan keberadaan sang anak sekitar pukul 01.00 WIB atau tiga jam seusai kerusuhan tersebut.

Anaknya ditemukan telah terbujur kaku di dalam kantung jenazah di salah satu lorong kamar mayat RSUD Kanjuruhan, Malang.

Sedangkan, sejam kemudian, jasad sang suami berhasil ditemukan di kamar mayat RS Wava.

Kedua jenazah dibawa ke rumah duka Jalan Sumpil Gang 2, Purwodadi, Blimbing, Malang, sebelum azan Subuh berkumandang.

Berdasarkan data terbaru dari Dinas Kesehatan Kabupaten Malang, jumlah korban tewas dalam tragedi di Stadion Kanjuruhan mencapai 131 orang.

Sumber: Kompas.com (Penulis Kontributor Kabupaten Malang, Imron Hakiki | Editor Pythag Kurniati)

Artikel ini telah tayang di Surya.co.id dengan judul Pilu Ibu Muda di Malang, Suami dan Anak Balitanya Jadi Korban Meninggal Tragedi Stadion Kanjuruhan

https://surabaya.kompas.com/read/2022/10/04/224050978/kisah-pilu-balita-yang-tewas-dalam-tragedi-kanjuruhan-diduga-sesak-nafas

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke