Salin Artikel

Cerita Relawan Evakuasi Ratusan Jasad Korban Tragedi Kanjuruhan: Banyak yang Langsung Diambil Tanpa Identifikasi

Kejadian pada Sabtu (1/10/2022) tersebut bak mimpi buruk berkepanjangan baginya.

"Hampir 70 persen jenazah usianya di bawah 18 tahun, masih seusia anak-anak saya," katanya, seperti dilansir dari Surya.

Tubuh ratusan orang korban, kata Achwan, dalam kondisi utuh.

Namun wajah mereka membiru. Beberapa di antaranya, mengeluarkan busa di bagian mulut.

Achwan menjelaskan mulanya mereka mendatangi RS Wava Husada Kepanjen untuk membantu proses evakuasi setelah insiden kerusuhan di Stadion Kanjuruhan pecah, Sabtu (1/10/2022) malam.

Suasana tampak kacau. Puluhan jenazah tergeletak di tempat tersebut. Petugas medis pun syok.

"Banyak Aremania melihat jenazah dan mencari keluarganya, petugas medis syok, banyak dari warga yang mengambil langsung jenazah tanpa diidentifikasi," tuturnya.

Dia dan temannya yang bernama Dhana kemudian membuat sistem agar ratusan jenazah dapat terindentifikasi.

"Jumlahnya di Wava yang kami hitung kasar atau manual itu ada 101 jenazah. Dari jumlah tersebut 17 sisanya belum teridentifikasi," tuturnya.

Korban yang belum teridentifikasi dipindahkan ke Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang.


Mereka lalu bergeser ke Rumah Sakit Teja Husada.

Achwan terkejut lantaran banyak jenazah belum terurus saat itu. Total ada 34 jenazah yang belum dievakuasi.

"Kami sempat syok melihat jenazah dibiarkan tergeletak di paving halaman rumah sakit. Sementara kondisinya di luar hujan," katanya.

Achwan lantas membawa jenazah ke RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang.

"Total dari kami yang berangkat dari Malang Kota itu ada enam ambulans," tuturnya.

Sistem identifikasi

Relawan dari PSC 119 Kota Malang Dhana Setiawan mengaku saat itu masih banyak jenazah yang tiba-tiba dibawa oleh teman, kerabat, atau keluarga mereka.

Jenazah itu diambil tanpa melalui proses identifikasi resmi lebih dulu.

"Jadi di awal kami belum datang itu sudah ada proses pengeluaran jenazah. Itu kami lemahnya datanya di situ," kata dia.

Relawan ketika itu fokus untuk mengevakuasi korban dengan cepat dan membentuk sistem sesuai prosedur.

"Sistem yang kami bangun ini berusaha mengambil komando untuk satu pintu, agar mekanisme sebelum diberikan kepada keluarga atau dari Wava menuju ke faskes yang lebih tinggi ke RSUD dan RSSA, terkomando," ucap Dhana.

Dia meminta warga yang menjadi korban untuk melapor ke posko.

"Jika ada korban yang masih di rumah, takut atau khawatir ada pembiayaan ke rumah sakit bisa menghubungi posko yang ada di Balai Kota Malang, Kota Batu dan Kabupaten Malang. Jangan takut, kalau masih ada gejala silakan lapor saja," tandasnya.

Dinas Kesehatan Kabupaten Malang merilis jumlah korban tewas dalam tragedi Kanjuruhan hingga Selasa (4/10/2022) adalah sebanyak 131 jiwa. Menurutnya enam orang sebelumnya belum teridentifikasi lantaran jasadnya telah diambil langsung oleh keluarganya.

Artikel ini telah tayang di Surya.co.id dengan judul Kesaksian Relawan Saat Evakuasi Korban Tragedi Kanjuruhan

https://surabaya.kompas.com/read/2022/10/04/160643278/cerita-relawan-evakuasi-ratusan-jasad-korban-tragedi-kanjuruhan-banyak-yang

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com