Salin Artikel

"Kami Turun ke Lapangan Cuma Mau Protes kepada Pemain dan Manajemen Arema"

KOMPAS.com - 130 Orang dinyatakan meninggal dunia akibat kerusuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10/2022).

Tragedi tersebut terjadi usai laga lanjutan Liga 1 antara Arema vs Persebaya yang berakhir untuk kemenangan tim tamu dengan skor 2-3.

Kerusuhan bermula ketika sejumlah pendukung Arema yang kecewa tim kesayangannya kalah dari sang rival, Persebaya, merangsek masuk ke lapangan usai wasit meniup peluit panjang tanda laga berakhir.

Aparat keamanan yang terdiri dari TNI dan Polri berusaha mengamankan situasi, termasuk dengan menembakkan gas air mata.

Nahas, kepulan gas air mata yang dilontarkan pihak kepolisian menyebabkan banyak orang di dalam stadion mengalami sesak napas.

Para supporter pun berusaha keluar dari dalam stadion untuk menyelamatkan diri. Nahas, korban kembali berjatuhan akibat sesak napas dan terinjak-injak.

Alasan supporter Arema turun ke lapangan

Riyan Dwi Cahyono (22), menjadi salah satu pendukung Arema FC yang selamat dari tragedi tersebut.

Warga Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, itu kini masih berbaring di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kanjuruhan karena mengalami patah tulang.

Riyan mengatakan, dia termasuk salah satu pendukung Arema FC yang akan turun ke lapangan usai laga berakhir.

Akan tetapi, dia mengaku, aksinya tersebut hanya untuk menyampaikan protes kepada pemain dan manajemen Arema usai tim kesayangannya dikalahkan Persebaya.

"Kami turun tujuannya memang untuk protes kepada pemain dan manajemen Arema FC, kenapa Arema FC bisa kalah? Padahal selama 23 tahun sejarahnya Persebaya tidak pernah menang melawan Arema FC di kandang Singo Edan (julukan Arema FC)," kata Riyan, Minggu (2/10/2022).

"Jadi tujuannya hanya untuk protes agar Arema FC bisa lebih baik lagi ke depannya," tegasnya.

Belum sampai melompati pagar, Riyan mengungkapkan, gas air mata yang ditembakkan polisi meluncur ke arah tribun timur.

Saat itu, Riyan terjatuh dan terinjak-injak para pendukung lain yang berebut untuk menuruni tribun.

"Saat itu saya tidak berdaya. Bahkan, teman perempuan saya yang bareng bersama saya dari Blitar hilang dan belum tahu bagaimana kondisinya saat ini," ungkapnya.

Terinjak-injak dan menghirup gas air mata membuat Riyan sempat mengalami sesak napas. Untungnya, ada supporter lain yang datang mengevakuasinya ke tempat yang aman.

"Kami kecewa dengan perlakuan petugas keamanan. Kami juga dipukul dan ditendang oleh petugas, hingga teman kami sampai kehilangan nyawa," ujar Riyan.

Instruksi Presiden Jokowi

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan beberapa instruksi usai tragedi yang menewaskan ratusan orang di Stadion Kanjuruhan.

Selain berbelasungkawa kepada keluarga korban, Jokowi juga meminta Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin, dan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, memastikan para korban yang saat ini masih menjalani perawatan di rumah sakit mendapatkan pelayanan terbaik.

"Saya juga telah perintahkan Menpora, Kapolri dan Ketua Umum PSSI untuk melakukan evaluasi menyeluruh tentang pelaksanaan pertandingan sepak bola dan juga prosedur pengamanan penyelenggaraannya," lanjutnya, dikutip dari channel YouTube Sekretariat Presiden, Minggu (2/10/2022).

Jokowi mengungkapkan, dia pun telah menginstruksikan secara khusus kepada Kapolri, Listyo Sigit Prabowo, agar polisi melakukan investigasi dan mengusut tuntas penyebab tragedi tersebut.

"Saya juga memerintahkan PSSI untuk menghentikan sementara Liga Satu sampai evaluasi dan perbaikan prosedur pengamanan dilakukan," ucap Jokowi.

"Saya menyesalkan terjadinya tragedi ini dan saya berharap ini adalah tragedi terakhir sepak bola di tanah air. Jangan sampai ada lagi tragedi kemanusian seperti ini di masa yang akan datang," pungkasnya.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Kabupaten Malang, Imron Hakiki | Editor: Khairina)

https://surabaya.kompas.com/read/2022/10/02/171537678/kami-turun-ke-lapangan-cuma-mau-protes-kepada-pemain-dan-manajemen-arema

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke