Salin Artikel

Imbas Video Viral Kucing Mati Diduga Diracun, Warga Bertemu Polisi dan Pemkot Malang

Dalam pertemuan yang digelar Rabu (28/9/2022), mereka mencari titik terang dan solusi dari masalah tersebut.

Hasil pertemuan itu, para pemilik kucing tak mempermasalahkan kematian hewan peliharaan mereka. Selain itu, warga sepakat akan dilakukan sterilisasi untuk menekan populasi kucing liar di perumahan itu.

Kapolsek Lowokwaru AKP Anton Widodo mengatakan, polisi perlu mendalami penyebab kematian kucing yang diduga diracun seperti yang dijelaskan video viral tersebut.

Namun, kata dia, berdasarkan keterangan tiga pemilik kucing yang melihat hewan peliharaannya mati, tak ada tanda-tanda mencurigakan.

"Tapi dari postingan yang viral karena keracunan atau diracun, tanda-tanda dari tiga orang yang melihat matinya itu tidak ada. Kucing-kucing ini tidak muntah," kata Anton saat dikonfirmasi, Rabu.

Menurutnya, ada beberapa faktor yang menyebabkan kucing tersebut mati, seperti usia atau penyakit.

"Masih didalami, artinya kan belum tentu keracunan atau diracun," katanya.

Anton menambahkan, warga menemukan kucing-kucing itu dalam kondisi mati. Warga pun langsung menguburnya.

"Begitu ada warga yang melihat kucing itu mati langsung dikubur. Tahu-tahu mati. Itu langsung dimakamkan, ada yang dimakamkan di rumahnya," katanya.

Namun, pihaknya juga belum memeriksa secara langsung bangkai kucing yang mati.

Anton mengatakan, tiga pemilik kucing telah ikhlas dan menerima dengan lapang dada kematian hewan peliharaannya.

"Justru orang yang punya kucing ini menerima sudah takdirnya kucingnya mati, tidak ada komplain dari pemilik kalau kucingnya diracun," katanya.


Warga sepakat sterilisasi kucing liar

Untuk menekan populasi kucing di wilayah perumahan tersebut yang jumlahnya sekitar puluhan ekor, akan dilakukan sterilisasi atau pengebirian terhadap kucing-kucing yang ada.

"Salah satu jalan dengan sterilisasi kucing-kucing liar disini untuk menekan angka populasi. Itu kesepakatan warga dengan komunitas kucing untuk membantu sterilisasi. Prosesnya akan didata dulu," katanya.

Sebelumnya, sebuah video yang menjelaskan sejumlah kucing mati di perumahan tersebut viral di media sosial Instagram.

Ketua RT setempat, Wiratmono membantah pernah menginstruksikan meracun kucing-kucing.

"Saya tidak pernah menginstruksikan untuk meracun kucing karena saya penyayang kucing juga, Astaghfirullah, saya pernah punya 7 kucing warnanya hitam semua," katanya.

Dia mengatakan adanya informasi tersebut, pihaknya sudah bertemu dengan salah satu komunitas penyayang kucing di Malang.

Hasilnya, dari penelusuran yang dilakukan, hanya empat ekor kucing yang diduga diracun dan 11 ekor kucing lainnya hilang.

"Dari Cat Lovers Malang sudah bertemu dengan kami duduk bersama tadi malam (24/9/2022). Hasil pertemuan termasuk dari warga kami, yang mati empat dengan dugaan yang diracun, kami dapatkan video itu. Yang hilang 11 tapi belum tentu mati," katanya.

Pihaknya juga berjanji akan terus mencari titik terang dugaan kucing-kucing yang diracun itu.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/09/29/083311278/imbas-video-viral-kucing-mati-diduga-diracun-warga-bertemu-polisi-dan

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com