Salin Artikel

Bunuh Ayah yang Stroke, Pria di Ngawi Mengaku Bosan dan Ingin Bekerja

NGAWI, KOMPAS.com -  Sebelum menikam bapaknya dengan pisau dapur di rumahnya hingga tewas, Fahri Agung Erfanto (19) warga Desa Gayam Kecamatan Kendal, Kabupaten Ngawi, Jawa TImur mengaku sempat berencana kabur dari rumah kontrakan yang selama ini ditempati bersama ayahnya.

Dia mengaku ingin kabur dari rumah karena merasa bosan dan ingin bekerja.

“Mau kabur karena bosan di rumah dan  mau kerja tapi dilarang,” ujarnya ketika jumpa pers di Polres Ngawi, Jumat (16/9/2022).

Fachri mengaku pada Jumat pagi pukul 09:00 WIB meminta tolong kepada temannya untuk mengantar ke Terminal Ngawi untuk kabur dari rumah.

Namun temannya tersebut menyanggupi pada Jumat pukul 14.00 WIB.

Saat pulang dari rumah temannya, dia mengaku mengemasi bajunya dan satu hari sebelumnya telah menjual beras.

“Berasnya laku Rp 75.000 dari celengan saya dapat Rp 16.000 untuk kabur," tambahnya.

Setelah mengemas baju ke dalam tas, Fachry mengaku menonton televisi bersama ayahnya yang menderita sakit karena stroke di ruang tamu.

Dia mengaku tidak sadar jika melakukan pembunuhan dengan menggunakan pisau dapur kepada bapaknya.

“Saya duduk di depan TV, saya tidak sadar tahu-tahu sudah pegang pisau tepat di atas dada bapak saya,” katanya.

Karena panik pelaku kemudian membersihkan pisau dapur yang digunakan untuk menikam dengan baju dan memasukkan ke dalam tas yang akan digunakan untuk kabur.

Dia kemudian mengambil topi milik tetangganya untuk menutup kepala bapaknya yang telah tewas agar tidak diketahui orang lain.

Sekitar pukul 13.00 WIB, temannya yang akan mengantar ke Terminal Ngawi datang sehingga pelaku buru-buru kabur meninggalkan rumahnya.

“Saya tutup kepala bapak pakai topi milik tetangga saya. Teman saya tidak masuk, hanya di luar kemudian saya pergi,” ucapnya.

Fachri mengaku sampai di Kota Solo sekitar pukul 18.00 WIB. Selama di Solo dia mengaku sempat bekerja membersihkan stadion untuk makan.

Selama beberapa hari, dia juga tinggal di sebuah masjid hingga akhirnya diusir oleh warga.

Fachri akhirnya diamankan oleh anggota Kepolisian Resor Ngawi pada Hari Rabu (14/9/2022) di sebuah masjid di Solo.

“Dia sempat bekerja di stadion dapat upah Rp 50.000. Kita amankan dia di masjid di daerah Pasar Kliwon,” ujar Kasatreskrim Polres Ngawi AKP Agung Joko Haryono.

Terkait apakah pelaku mengidap penyakit kejiwaan pihak Kepolisian Resor Ngawi mengaku masih akan melakukan pendalaman.

Pelaku akan dijerat dengan ayat 3 Pasal 44 UU PKDRT dengan ancaman hukuman penjara selama  15 tahun .

Sebelumnya, mayat Wachid (52) warga Desa Gayam,  Kecamatan Kendal, Kabupaten Ngawi ditemukan anak perempuannya yang berkunjung ke rumah kontrakannya tewas dengan luka tusukan pada dadanya pada Hari Jumat (9/9/2022).

Fachry anak korban yang selama ini tinggal bersama korban untuk merawat sakit stroke yang diderita korban turut menghilang. 

https://surabaya.kompas.com/read/2022/09/17/140950978/bunuh-ayah-yang-stroke-pria-di-ngawi-mengaku-bosan-dan-ingin-bekerja

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com