Salin Artikel

Mahasiswa di Malang Geruduk Kantor DPRD Tolak Kenaikan Harga BBM, Pihak Dewan Tanda Tangani Tuntutan Demonstran

Mereka menolak kenaikan harga BBM bersubsidi karena dinilai menyengsarakan rakyat. 

Para mahasiswa berasal dari berbagai kampus seperti Universitas Negeri Malang, Politeknik Negeri Malang, Universitas Islam Malang, dan lainnya.

Mereka menamakan diri Aliansi BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) Malang Raya.

Massa aksi meminta kepada seluruh anggota DPRD Kota Malang ikut menyuarakan penolakan kenaikan harga BBM bersubsidi.

Mereka juga meminta bertemu langsung dengan perwakilan enam anggota fraksi dari DPRD Kota Malang.

Selain penolakan tegas kenaikan harga BBM bersubsidi, juga terdapat lima tuntutan lainnya dari massa aksi.

Yakni, mendesak pemerintah menerapkan kebijakan subsidi BBM yang tepat, kemudian menolak pemberian dana BLT sebagai dalih kenaikan harga BBM.

Demonstran menuntut pemerintah menstabilkan harga bahan pokok.


Pemerintah diminta fokus melakukan pemulihan ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Massa juga menuntut pemerintah untuk menunda proyek strategis nasional.

Sekitar pukul 13.00 WIB, para mahasiswa diterima oleh Ketua dan perwakilan anggota DPRD Kota Malang. Mereka menandatangani tuntutan dari massa aksi dan diberi waktu selama tujuh hari untuk menindaklanjuti.

Koordinator BEM Malang Raya, Zulfikri Nurfadhilla mengatakan, pihaknya berjanji akan menyuarakan aspirasi masyarakat hingga harga BBM bersubsidi turun kembali.

Menurutnya, kenaikan harga BBM juga mengakibatkan harga kebutuhan pokok ikut naik.

"Langkah kita tetap mengawal, mendalami kajian-kajian dan mencermati perkembangan informasi yang ada. Kalau tidak ada tindak lanjut, kita akan turun ke jalan lagi sampai pemerintah pusat mendengarkan," kata Zulfikri saat diwawancarai.

Dia mengungkapkan dampak kenaikan harga BBM juga dirasakan oleh para mahasiswa di Malang. Seperti adanya mahasiswa yang kerja sampingan sebagai driver ojek online.

"Banyak mahasiswa juga tidak semua merupakan orang yang punya, mereka juga kesulitan membeli bensin Pertalite, dampaknya kenaikan harga bahan pokok, kenaikan transportasi juga naik," katanya.

Pihaknya juga memberi solusi kepada pemerintah untuk melakukan penundaan proyek strategis nasional seperti pembangunan ibu kota negara (IKN) baru.

"Agar APBN untuk subsidi supaya dapat pulih, stabil kembali, salah satu proyek strategis nasional seperti IKN dan bendungan yang lain, kami rasa pemerintah punya langkah alternatif supaya kepentingan masyarakat didahulukan," katanya.

Ketua DPRD Kota Malang, I Made Rian Diana Kartika mengatakan pihaknya menerima aspirasi dari para mahasiswa. DPRD Kota Malang dan akan meneruskan aspirasi tersebut ke DPR RI.

"Agar diteruskan juga ke masing-masing fraksi di DPR RI. Kami sepakat dari DPRD Kota Malang menolak harga BBM. Kami juga menerima keluhan yang sama dari masyarakat. Kami yakin suara kita didengar pemerintah pusat," katanya.

Selain itu, dikatakannya bahwa Pemkot Malang bersama DPRD Kota Malang juga menyiapkan jaring pengaman sosial yang diharapkan dapat meringankan beban dari masyarakat. Seperti melakukan operasi pasar dan menyiapkan anggaran khusus lainnya.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/09/08/155634578/mahasiswa-di-malang-geruduk-kantor-dprd-tolak-kenaikan-harga-bbm-pihak

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com