Salin Artikel

Ketabahan Andini Perjuangkan Anaknya yang Derita Hidrosefalus agar Bisa Bangun dan Berjalan

NGAWI, KOMPAS.com – Suara tawa Fadli Mukti Julianysah (3) terdengar ceria menyambut kedatangan Kompas.com di rumah sederhana berdinding batu kali tak berplester di Desa Karangrejo, Kecamatan Kendal, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, Senin (6/9/2022).

Balita yang tadinya tidur terlentang, berusaha untuk bangun dengan memiringkan tubuhnya. Namun, kepalanya yang membesar menahan upayanya untuk bangkit.

Fadli menderita hidrosefalus sejak lahir. Kepalanya membesar hingga membuatnya kesulitan bangun.

"Lagi senang dia. Kalau senang ya begitu, berusaha untuk bangun tapi hanya bisa nengel (setengah bangun),” ujar Andini (36), ibu dari Fadli, di rumahnya, Senin (6/9/2022).

Sesekali, Fadli memperlihatkan giginya di antara tawanya yang pendek-pendek. Matanya, yang sipit terlihat bahagia saat ibunya mengelus kepalanya yang gepeng melebar yang seakan melekat pada bantal yang digunakan mengganjal kepalanya.

"Sebetulnya dia mau bangun, tapi pasti tertahan karena kepalanya gepeng dan melebar sehingga sulit untuk bangun,” imbuh Andini.

Tiba-tiba, Fadli terdengar mengeluarkan suara seperti mendeham beberapa kali. Andini dengan sigap mengambil botol yang berada di atas bantal, mepet dengan dinding rumah dari tembok batu kali yang tidak diplester tersebut.

Sambil tersenyum, Fadli kemudian meminum susu di dalam botol dipangkuan ibunya.

"Tidak bisa bicara meski usianya tiga tahun. Kalau lapar nangis atau minta susu ya seperti mendeham kayak gitu,” ucap Andini.

Terdeteksi sejak dalam kandungan

Andini mengatakan, penyakit hidrosefalus yang diderita anak kedua tersebut telah terdeteksi ketika melakukan pemeriksaan kandungan usia 4 bulan. Namun, karena kurangnya pemahaman terkait hidrosefalus pada janin, Andini baru memeriksakan diri ke dokter kandungan di RSUD Solo ketika usia kandungan memasuki usia 9 bulan.

"Pas Covid-19 ramai sempat berhenti periksa kandungan. Baru periksa saat 9 bulan langsung disuruh rujuk ke Solo karena kepalanya terlalu besar,” katanya.


Setelah berhasil lahir melalui operasi sesar, Andini mengaku anak keduanya tersebut langsung dilakukan operasi penanaman selang. Pada operasi pertama, dia mengaku tak bisa menggendong anaknya selama 40 hari.

"Karena harus di ICU untuk pemulihan, tidak bisa sering dijenguk,” ucapnya.

Sempat satu minggu di rumah usai dioperasi, Fadli terpaksa dibawa kembali ke rumah sakit di Solo untuk menjalani operasi pembetulan selang yang ditanam dari bagian kepala hingga ke pembuangan di saluran urine.

"Fadli bahkan harus menjalani operasi sampai lima kali agar selang yang ditanam di tubuhnya bisa berfungsi dengan benar,” ujar Andini.

Orangtua kerja serabutan

Andini merasa beruntung mendapatkan BPJS untuk pengobatan anaknya, meski pada operasi sesar harus mengeluarkan biaya operasi sebesar Rp 6 juta.

Dia mengaku tak berharap banyak terhadap perkembangan anak keduanya tersebut.

"Bagaimanapun keadaannya saya bersyukur. Saya cukup bahagia kalau Fadli ini bisa nengel (bangun dari tidur) dan jalan," katanya berkaca-kaca.

Sayang, untuk membuat Fadli bangun dari tidur dan bisa berjalan bukan hal mudah. Fadli harus menjalan terapi. Namun, Andini mengaku kesulitan biaya untuk terapi anaknya agar bisa bangun dan berjalan.

"Bapaknya kerjanya serabutan, ya ngelas, ya nguli, apa saja yang penting bisa menghasilkan. Bantuan yang kita terima hanya BPNT, kalau pengobatan kita upayakan sendiri,” ujarnya.

Di tengah perbincangan Andini dengan Kompas.com, Fadli kembali mendeham sebagai upaya menjalin komunikasi dengan ibunya. Andini tanggap langsung beringsut ke dapur mengambilkan nasi yang telah dihaluskan melalui blender.

"Makannya dua kali sehari, hanya nasi yang di-blender, kalau lebih dari dua kali perutnya tidak mampu,” katanya.

Di tengah suapan ibunya, Fadli terlihat tertawa ketika adiknya yang baru berusia satu tahun mengelus kepalanya yang gepeng.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/09/06/112310278/ketabahan-andini-perjuangkan-anaknya-yang-derita-hidrosefalus-agar-bisa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke