Salin Artikel

Debit Sumber Mata Air di Kota Batu Berkurang Setiap Tahun

Direktur Utama Perumdam Among Tirto atau PDAM Kota Batu Edi Sunaedi mengatakan, belasan tahun lalu jumlah mata air di Kota Batu sekitar 100 titik. Namun seiring berjalannya waktu, diyakini sumber mata air tersebut berkurang.

Berdasarkan kajian Perumdam Among Tirto ada beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi itu. Seperti pembangunan yang tak ramah lingkungan, kemudian anomali cuaca di musim kemarau berkepanjangan, dan pembangunan sumur bor yang tak terkontrol.

"Sumber mata air terus berkurang setiap tahunnya terutama debitnya, seperti Sumber Darmi dulu itu 19,7 liter per detik, kajian sekarang hanya antara 14-16 liter per detik, jadi berkurang," kata Edi saat ditemui pada Senin (5/9/2022).

Perumdam Among Tirto mengelola enam sumber mata air yang mengaliri 18.100 pelanggan. Di antaranya seperti Sumber Dandang, Sumber Ngesong, Sumber Gemulo, Sumber Banyuning, Sumber Kasinan, dan Sumber Terembulok.

"Tetapi yang visibel hanya beberapa sumber mata air terutama Banyuning dan Ngesong, untuk Kasinan dan Terumbulok ini dimanfaatkan dua pelayanan spam jadi PDAM dan Hipam," katanya.

Pihaknya juga berupaya mendekatkan masyarakat untuk merawat sumber mata air. Pihaknya khawatir jika tak ada kepedulian dan kontrol kebijakan yang tepat, potensi krisis air di Kota Batu mengancam.

"Kajian dari kami menjadi konsentrasi kritis bagi PDAM sendiri, bagaimana sumber air yang ada lima sampai 10 tahun ke depan apakah masih bertahan," katanya.

Edi mengatakan, Perumdam Among Tirto memiliki tujuan besar yakni penyelamatan sumber mata air di Kota Batu. Pihaknya sebagai perusahaan pelat merah bakal menginisiasi adanya Perda Penyelamatan Sumber Mata Air ke DPRD Kota Batu.

Perumdam Among Tirto mendorong Pemkot Batu memiliki kontrol terhadap maraknya sumur bor di Kota Batu. Sebab, pihaknya tidak memiliki kewenangan tersebut.

"Mendorong Pemkot Batu ke Pemprov dalam hal perizinan sumur bor tidak langsung bypass ke Provinsi, minimal Pemkot sebagai pemilik wilayah mengetahui, merekomendasikan apakah boleh atau tidak," katanya.

Lebih lanjut, rencananya pada 11-12 September akan diadakan kegiatan selamatan sumber mata air. Pendekatan budaya dilakukan sebagai pintu masuk dalam upaya pelestarian dan penyelamatan sumber mata air.

Pihaknya juga telah menjalin komunikasi dengan para tokoh masyarakat di Kota Batu. Kegiatan tersebut dilakukan dengan mengambil seluruh mata air yang ada di 24 desa/ kelurahan se-Kota Batu. Kemudian air dijadikan satu dan ditempatkan di tujuh kendi.

Kegiatan ini akan dipusatkan di Sumber Dandang, Junrejo dengan menggelar doa bersama. Nantinya air di dalam kendi dibawa ke Vihara Dhammadipa Arama, dilanjutkan ke Candi Songgoriti dan diakhiri ke Kantor Perumdam Among Tirto.

"Kegiatan ini sebagai simbol, tujuannya berdoa bersama-sama agar sumber air di Kota Batu tidak hilang, agar keberlangsungan air di Kota Batu tetap ada," katanya.

Selain itu, kegiatan pembuatan sumur resapan dan lubang biopori juga akan digerakkan.

"Kita gerakkan bersama-sama, satu rumah minimal dua biopori, biopori untuk menahan air agar air masuk ke tanah tidak ke jalan, untuk mengurangi banjir dan sebagainya," katanya.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/09/05/171115478/debit-sumber-mata-air-di-kota-batu-berkurang-setiap-tahun

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke