Salin Artikel

Wayang Potehi Jombang Ikuti Festival di Belanda, Sempat 2 Kali Gagal Berangkat

Tong-Tong Fair & Festival merupakan ajang pagelaran seni dan budaya Asia-Pasifik yang tertua di Belanda.

Pada tahun ini, Wayang Potehi Fu He An diberi kesempatan oleh penyelenggara melakukan pementasan.

Wayang potehi merupakan kesenian dari Tionghoa yang belum cukup populer di kalangan masyarakat Indonesia.

Bentuk wayang berupa boneka kayu dengan kantong kain yang bersambung ke bagian kepala.

Pementasan wayang potehi dimainkan oleh satu tim yang terdiri atas lima orang, terdiri dari tiga pemain musik, satu orang dalang dan satu orang asisten.

Meski merupakan kesenian asli China selatan, kesenian itu berkembang di Indonesia melalui proses akulturasi budaya sejak 1 abad lalu.


Wayang Potehi Fu He An Jombang, berpusat di museum wayang potehi di Desa Gudo, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang.

Di Jawa Timur, Wayang Potehi Fu He An Jombang menjelma menjadi pusat berkembangnya kesenian tradisional dari Negeri Tirai Bambu tersebut.

Pimpinan Paguyuban Wayang Potehi Fu He An Jombang, Toni Harsono mengatakan, pementasan wayang potehi dalam Tong-Tong Fair & Festival merupakan kesempatan langka untuk menyampaikan kepada dunia tentang eksistensi wayang potehi di Indonesia.

Dia mengungkapkan, tahun ini merupakan undangan ketiga kalinya dari pihak penyelenggara. Dua kesempatan sebelumnya, mereka gagal berangkat karena terkendala dana.

“Kali ini undangan ke Den Haag sudah ketiga kalinya, dua kali sebelumnya gagal karena soal pendanaan,” kata Toni, di Museum Wayang Potehi Gudo, Minggu (28/8/2022).

Dia menuturkan, untuk keberangkatan ke Belanda diperlukan dana kurang lebih Rp 300 juta. Dana tersebut berhasil diperoleh dari donasi berbagai pihak.

“Jadi keberhasilan saat ini, setelah kami berusaha mencari dana ke berbagai perkumpulan, pengusaha, sehingga kami nyatakan dana tersebut cukup untuk berangkat ke Den Haag," ujar Toni.

Dia mengungkapkan, pada 2022, Wayang Potehi Fu He An Jombang menjadi satu-satunya wakil Indonesia dalam Tong-Tong Fair & Festival Den Haag.

Untuk pementasan di Belanda, pihaknya mempersiapkan beberapa lakon pementasan, antara lain kisah raja Lie Sie, Pendekar Lo Seng dan Sun Go Kong.

"Ada sekitar 5 hingga 6 cerita yang kami siapkan hari ini. Tidak hanya wayang potehi dari kami saja yang akan ditampilkan di sana, ada juga lainnya. Cuma dari Indonesia, dari Wayang Potehi Fu He An Gudo Jombang saja," ungkap Toni.

Dia menambahkan, rombongan Wayang Potehi Fu He An Jombang akan berangkat ke Belanda pada Senin (29/8/2022). Adapun pementasannya dijadwalkan pada 1 hingga 12 September 2022. 

https://surabaya.kompas.com/read/2022/08/29/063337678/wayang-potehi-jombang-ikuti-festival-di-belanda-sempat-2-kali-gagal

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com