Salin Artikel

Mengenal Sutari, Nelayan Pelestari Penyu di Pantai Bajulmati Malang

MALANG, KOMPAS.com - Sutari (48) sedang mengecek puluhan anak penyu yang ditempatkan di kolam berdiameter 3 meter di area konservasi penyu Bajulmati Sea Turtle Conservation (BSTC) di Pantai Bajulmati, Desa Gajahrejo, Kecamatan Gedangan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu (20/8/2022).

Ia mengenakan setelan baju batik berwarna biru dan celana bahan yang mulai lusuh serta sandal jepit ala kadarnya.

Sutari memang warga biasa, bukan seorang lulusan perguruan tinggi yang mempunyai latar belakang keilmuan tentang konservasi alam.

Namun, kepeduliannya pada ekosistem penyu telah menyelamatkan ratusan populasi penyu di Pantai Malang Selatan. Dia aktif menyelamatkan telur-telur penyu dari predator di area pesisir Pantai Bajulmati, Desa Gajahrejo, Kecamatan Gedangan, Kabupaten Malang.

Penyu adalah salah satu ekosistem laut yang dilindungi oleh undang-undang sebagaimana tertuang dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumbar Daya Alam Hayati dan Ekositemnya, serta Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.

Penyu yang hidup di perairan Indonesia terhitung ada sekitar enam jenis. Yakni, penyu belimbing, penyu sisik, penyu hijau, penyu pipih, penyu abu-abu, dan penyu tempayan.

Dari enam jenis penyu itu, berdasarkan data Badan Konservasi Dunia (IUCN), penyu sisik masuk dalam daftar spesies yang sangat terancam punah. Sedangkan penyu yang lain terancam punah.

Sementara itu, jenis-jenis penyu yang hidup di kawasan Pantai Selatan Kabupaten Malang secara umum ada empat jenis, yakni penyu abu-abu, belimbing, sisik, dan penyu hijau.

"Tapi yang sering adalah penyu abu-abu. Tahun ini kita sudah menyelamatkan sebanyak 339 telur dan yang berhasil menetas sebanyak 332 ekor," ungkapnya kepada Kompas.com, Sabtu.

Terhitung, telah 13 tahun pria yang bekerja sebagai nelayan ini menggeluti konservasi penyu di kawasan BSTC Malang, Pantai Bajulmati, tepatnya sejak tahun 2009.

Pantai Bajulmati berjarak sekitar 68 kilometer dari pusat Kota Malang, dengan jarak tempuh sekitar 2,2 jam.

Meskipun tidak pernah mendapatkan imbalan atau keuntungan apapun untuk mendukung kegiata konservasi yang dilakukan, semangat Sutari untuk menyelamatkan penyu tak pernah surut.

"Di sisi lain, saya menyayangkan ketika melihat penyu yang bertelur di kawasan Bajulmati ini kerap tidak sempat menetas karena dicuri oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab sekaligus karena faktor alam yang rusak," jelasnya.

Karena itu, sejak 2009, Sutari mulai rajin berpatroli telur penyu di sepanjang pantai Bajulmati untuk mencari telur penyu yang ditelurkan induknya. Kemudian, telur-telur itu dimasukkan ke dalam ember berisi pasir pantai, lalu diletakkan di sebuah pekarangan khusus di kawasan BSTC Malang, sampai menetas.

"Setelah menetas, anak-anak penyu (tukik) itu akan kami masukkan ke dalam kolam hingga beberapa waktu, sampai anak penyu itu siap untuk dilepasliarkan kembali ke laut lepas," bebernya.

Patroli itu ia lakukan agar telur-telur penyu itu tidak hilang diambil predator atau diambil oleh orang yang tidak bertanggung jawab.

"Sebenarnya kebanyakan kalau predatornya adalah manusia. Selebihnya kalau di pantai selatan ini karena faktor alam yang kurang lestari," katanya.

Oleh karenanya, selain menyelamatkan telur-telur penyu itu, Sutari juga menjaga kelestarian ekosistem tumbuhan di kawasan BSTC Malang dengan cara pembibitan. Seperti pembibitan pinus, pandan laut dan mangrove secara rutin. Sebab, ekosistem tumbuhan menurut Sutari juga dibutuhkan untuk menjaga inkubasi telur penyu.

"Proses penetasan telur butuh suhu yang teratur, agar bisa menetas dengan baik. Makanya, vegetasi alam harus benar-benar dijaga," ujarnya.

Meski masih dalam kawasan Pantai Bajulmati, Sutari membuat batas khusus untuk kawasan BSTC Malang dengan pagar kayu. Tujuannya untuk menjaga terjadinya pencemaran di kawasan tersebut.

Di kawasan itu, dilarang ada aktivitas wisata, kecuali untuk keperluan akademik yang berkaitan dengan konservasi penyu. Bahkan, setiap orang yang masuk ke dalam kawasan BSTC Malang dilarang keras untuk membuang sampah sembarangan, terutama sampah non-organik.

"Kalau ada orang yang ingin masuk ke kawasan BSTC Malang ini, kita akan edukasi dulu terkait kawasan ini serta tentang seputar penyu. Sebab, kami khawatir ada orang yang tanpa sengaja menginjak telur penyu di kawasan ini," tuturnya.

Namun, Sutari mengaku terbuka lebar kesempatan bagi orang atau mahasiswa yang ingin belajar tentang konservasi penyelamatan penyu.

"Tidak ada biaya apapun untuk belajar konservasi penyu di sini. Mungkin hanya biaya masuk kawasan Bajulmati kepada pengelola," katanya.

"Tapi, saya tidak peduli. Saya tetap patroli untuk menyelamatkan telur-telur penyu ini, meskipun risikonya banyak dimusuhi orang," tegasnya.

Sembari itu, Sutari juga rajin memberikan edukasi dan pemahaman kepada warga sekitar tentang pentingnya menjaga kelestarian penyu.

Kegigihan Sutari saat ini telah membuahkan hasil. Dia telah memiliki relawan sebanyak kurang lebih 12 orang.

"Relawan BSTC Malang ini yang membantu saya melakukan patroli dan penyelamatan telur-telur penyu di kawasan Pantai Malang Selatan. Rata-rata mereka adalah anak muda," pungkasnya.

Wakil Administratur KKPH Malang, Hermawan mengatakan, kawasan Pantai Bajulmati merupakan kawasan hutan lindung petak 88 H milik Perhutani. Pihaknya mendukung penuh aktivitas konservasi penyu yang dilakukan di kawasan BSTC Malang.

Sebagai bentuk pemberian legalitas, Perhutani akan membuatkan perjanjian kerjasama non-profit dengan BSTC Malang untuk sub bagian kawasan Bajulmati sebagai kawasan konservasi.

"Nanti kami akan membuat surat kerjasama non-profit di kawasan ini. Jadi khusus untuk kawasan konservasi," pungkasnya.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/08/25/201100778/mengenal-sutari-nelayan-pelestari-penyu-di-pantai-bajulmati-malang

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com