Salin Artikel

Cerita 2 Wartawan Cilik di Surabaya Wawancarai Jokowi, Tunggu Berjam-jam hingga Diusir Paspampres

SURABAYA, KOMPAS.com -  Dua wartawan cilik (Warcil) mewawancarai Presiden Joko Widodo viral dan menjadi sorotan warga.

Mereka adalah siswa kelas 5 SD 4 Muhammadiyah Surabaya, Khalifah Fatima Ramadani dan Rafif Ahmad Rabbani.

Perjuangan keduanya untuk mendapatkan jawaban eksklusif dari Presiden Jokowi ternyata tak semudah sepeti mujurnya yang dibayangkan semua kalangan.

Ifa dan Rafif, sapaan lekat keduanya sudah standby di sekolah sejak pukul 11.00 WIB. 

Bersama siswa yang lainnya, Ifa dan Rafif mulai bergeser ke Pasar Pucang Anom setelah shalat dhuhur. 

Setibanya di lokasi, kedua warcil ini harus ekstra bersabar. Sebab, menunggu orang pertama di Indonesia itu butuh waktu berjam-jam.

Tak hanya cukup d isitu, kedua warcil ini juga berupaya agar mendapatkan rencana liputan.

Mulai dari memisahkan diri dari para wartawan profesional, hingga ikut bergabung untuk sabar menunggu presiden.

Saat presiden akan tiba, Ifa dan Rafif sudah standby ke barisan terdepan. 

Namun setelah diketahui oleh petugas Paspampres, niat dan rencananya nyaris pupus dengan alasan keamanan. 

Kendati demikian, rompi cokelat yang dipakai oleh Ifa menjadi modal mentalnya untuk berani selayaknya sebagai jurnalis profesional.

Upayanya itu akhirnya berbuah manis. Mereka berhasil mewawancarai orang nomor satu di Indonesia itu. 

Pengalaman terindah

Ifa dan Rafif mengungkapkan, keberhasilan mewawancarai Jokowi menjadi pengalaman terindah bagi keduanya. 

"Awalnya kita salaman dan memperkenalkan diri dulu, setelah itu saya tanya suka dan duka bertugas menjadi presiden," kata Ifa kepada Kompas.com saat ditemui langsung di ruang kepala sekolahnya, Selasa (23/8/2022).

Ifa sengaja melontarkan pertanyaan keduanya yang berkaitan tentang bagaimana cara menjadi presiden.

"Tapi Pak Presdien cuma jawab, belajar yang giat diulang-ulang," cerita Ifa.

Setelah presiden menjawab pertanyaan Ifa, Rafif langsung menyodorkan pertanyaan kedua, yaitu tentang motivasi kepada seluruh siswa di Indonesia tentang tips menjadi Presiden.

"Kalau aku tanya tentang motivasi kepada seluruh siswa agar bisa jadi presiden," ungkap Rafif.

Berkat mewawancarai Jokowi, Ifa dan Rafif terus menjadi perbincangan publik dan kalangan guru di sekolahannya.

Keduanya juga mengaku mendapat hadiah dari Iriana Jokowi. 

"Sama ibu Iriana kita dikasih hadiah buku tulis sama uang jajan, uang jajannya sudah tak buat traktir temen-temen buat beli jajan juga. Tapi sekarang masih ada sih," kata keduanya. 

Meski demikian, Ifa mengaku tak ada niatan menjadi jurnalis profesional. Saat disinggung soal cita-cita, Ifa ingin menjadi seorang game developer.

Menurutnya, aktivitas sebagai reporter hanya untuk mengasah kemampuan dalam berkomunikasi.

"Ini hobi saja ya. Presenter TV seperti Najwa Shihab itu kayaknya bagus banget, tapi cita-citaku jadi game developer," ucap dia.

Sedangkan Rafif berkeinginan menjadi penulis andal dan ternama di Indonesia.

"Aku penulis, tokoh favoritnya itu Andrea Hirata," cetus dia.

Kendati tugas untuk mewawancarai Jokowi terbilang sulit, keduanya mengaku tak kapok untuk bertugas kembali.

Ifa dan Rafif mengaku masih tertarik jika ada pejabat atau tokoh nasional yang akan berkunjung ke Kota Pahlawan.

"Lanjut lagi, masih mau, siapapun nanti yang akan datang kesini," ungkap keduanya.

Curi perhatian protokoler

Mulyanto, pembina ekstrakurikuler wartawan cilik SD 4 Muhammadiyah menuturkan, keberhasilan anak didiknya itu tak lepas dari kemampuan, rasa sabar, dan keberanian mental serta kekuatan tenaga berjam-jam menunggu di lokasi kunjungan Presiden Jokowi.

Di sisi lain, kedua warcil itu ternyata juga sempat mencuri perhatian petugas protokoler Kementerian Sekretariat Negara sebelum wawancara dilakukan.

"Di situ ada petugas, saya baca ID card-nya petugas dari mensesneg, namanya Pak Ikhsan.  Nah pak Ikhsan ini ternyata memperhatikan Ifa dan Rafif saat wawancara langsung juga dengan Pak Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi," ucap Mulyanto kepada Kompas.com.

Petugas tersebut akhirnya menghampiri Mulyanto dan menyampaikan kemungkinan Jokowi berkenan diwawancarai. 

"Beliau bilang, 'Ini nanti kemungkinan Pak Presiden berkenan diwawancara sama anak-anak, Pak'. Saya bilang terima kasih mohon dibantu," ungkap Mul. 

Sembari menunggu, ikhsan pun terus berbisik-bisik dengan Mul. Bisikan keduanya memberikan informasi bahwa presiden sudah akan tiba. 

Ikhsan juga sempat bertanya kembali, apa rencana pertanyaan dari warcil yang akan disampaikan kepada presiden. 

Mul spontan menjawabnya hanya hal dasar saja, suka duka menjadi presiden dan motivasi untuk anak-anak.

Namun setelah presiden tiba ternyata belum bisa bertemu langsung. Kedua warcil baru bisa bertemu setelah presiden akan kembali masuk ke mobilnya.

"Lampu hijau semakin tampak, akhirnya anak-anak diminta langsung merapat ke mobil presiden walaupun sempat tidak diizinkan sama Paspamres juga. Alhamdulillah berhasil," terang dia. 

Keduanya itu, tanpa ada briefing lebih dulu. Menurutnya, tiga pertanyaan yang disampaikan adalah pertanyaan dari kedua warcil tersebut.

"Malam harinya saya minta izin sama kedua orangtua siswa ini bahwa besok mereka akan bertugas mewawancarai pak presiden.  Justru para orangtua khawatir sanggup apa tidak.  Saya jawab insyaallah sanggup," ungkap dia. 

Mul pun sempat pesimis karena rintangan yang berat. Ia beranggapan mengadu nasib, jika ditemui dan dapat bersyukur, jika tidak pun tak masalah. 

"Dapat alhamdulillah, nggak dapat juga nggak apa-apa. Ini sebagai melatih diri keberanian anak didik saya, mentalnya, cara komunikasinya dan lainnya," beber dia.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/08/23/140751278/cerita-2-wartawan-cilik-di-surabaya-wawancarai-jokowi-tunggu-berjam-jam

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke