Salin Artikel

Kisah Pilu 2 Warga Banyuwangi Jadi Korban Penipuan di Kamboja, Tergiur Proses Mudah dan Gaji Besar

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Kisah pilu dialami DR (31), warga Desa Pesanggaran, Kecamatan Pesanggaran dan A (35), warga Desa Sumberberas, Kecamatan Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur. Ia menjadi korban penipuan dan perdagangan manusia di Kamboja.

DR dan A merupakan dua dari 129 warga negara Indonesia (WNI) korban penipuan dan perdagangan orang oleh perusahaan online scam di Kamboja yang telah diselamatkan pada Jumat (5/8/2022).

Penipuan yang dialami DR dan A itu berawal dari proses pemberangkatan yang mudah. Korban yang saat ini masih berada di KBRI Kamboja diiming-imingi pekerjaan yang mapan dengan gaji tinggi. Akhirnya, keduanya berangkat ke Kamboja.

Berbekal paspor yang mereka buat sehari sebelum penerbangan, keduanya memantapkan hati untuk berangkat ke Kamboja melalui Bandara Ngurah Rai Bali untuk merubah nasib.

Namun, bukan pekerjaan mapan yang didapatkan. Mereka malah dipekerjakan di tempat judi online yang tidak sesuai dengan janji awal agen penyalur.

Bahkan, mereka kabarnya juga tidak digaji oleh perusahaan. Beberapa di antaranya bahkan mengalami tindak kekerasan fisik.

Uliatin, perwakilan keluarga A mengaku, saudaranya itu berangkat ke Kamboja secara mendadak.

"Setelah pulang dari Bali dia langsung bikin paspor di Banyuwangi. Besoknya katanya berangkat. Saya kaget kok cepat banget," kata Uliatin kepada Kompas.com, Minggu (21/8/2022).

Keterkejutan Uliatin beralasan. Sebab, setahu dia, proses untuk pemberangkatan keluar negeri bagi para Pekerja Migran Indonesia (PMI) biasanya membutuhkan waktu yang tidak singkat. Sedangkan A, hanya proses dua hari sudah bisa terbang dan bekerja di Kamboja.

"Pas di Bali itu dia minta dikirim foto KK yang ada di rumah. Saya tanya buat apa, katanya persyaratan mau bikin paspor untuk kerja ke luar negeri," tutur Uli sapaan akrabnya.


Ditanya lebih lanjut soal agen perusahaan yang membawanya, dia mengaku berasal dari Desa Jajag, Kecamatan Gambiran.

"Katanya yang bawa orang Jajag gitu," terang Uli.

Bahkan, A sempat menolak tawaran ayahnya, Artamo (80), yang akan menjual beberapa ekor kambing peliharaan yang berada di kandang belakang rumah untuk tambahan uang saku.

"Katanya sudah punya uang saku. Tiket pesawat sudah aman enggak usah dipikirkan," ucap Uli menirukan A.

"Berangkatnya itu dadakan pakai carter mobil. La, terus dikabari kok berhenti di Ketapang lalu nyeberang ke Bali," ungkap Uli.

Kecurigaan Uli semakin kuat saat saudaranya itu langsung pergi ke Bandara Ngurah Rai dan terbang ke negara tujuan Kamboja, tanpa proses karantina terlebih dahulu.

"Saya sempat mikir kok aneh berangkatnya cepat. Tapi saya berusaha berpikir positif," ujar Uli.

Uli menerangkan, saudaranya itu berangkat dari rumah ke Kamboja pada Kamis 7 Juli 2022. A berangkat bersama 10 orang temannya.

Sekitar tiga hari usai pemberangkatan, Uli bermaksud menanyakan kabar dan kondisi pekerjaan yang dilakukan oleh A di Kamboja.

"Katanya A di sana kerjanya bikin pusing, pakai otak terus. Tanpa bilang detail pekerjaan apa di sana," ucap Uli.

Beberapa minggu berselang, Uli mendapat informasi bahwa pemerintah telah menggagalkan kasus penipuan dan perdagangan manusia di Kamboja. Uli pun khawatir.

"Jangan-jangan saudara saya juga jadi salah satu korbannya," ungkap Uli.

Ternyata dugaan Uli benar, tak lama setelah itu ada yang memberi kabar bahwa saudaranya menjadi salah satu korban penipuan dan perdagangan manusia di Kamboja.

"Saya sempat syok. Bagaimana cara memberitahu kabar ini kepada kedua orangtua, sedangkan kondisinya sudah renta," tutupnya.


Hal senada juga disampaikan oleh keluarga DR. Keberangkatan DR juga singkat.

"Kalau anak saya DR, berangkat pada Senin 4 Juli 2022," kata L, ibu kandung korban kepada Kompas.com.

Korban dikenalkan seorang teman dengan PL yang bernama Sella yang berasal dari Jember dan kos di daerah Jajag.

"Korban berangkat dari rumah menuju ke Denpasar bersama 10 orang temannya," terang L.

Korban bersama rombongan terbang menggunakan pesawat Lion Air tujuan Vietnam, kemudian melalui jalan darat menuju Kamboja.

Sampai di Kamboja, pada tanggal 6 Juli. Korban bersama rombongan dijemput oleh agen yang ada di Kamboja yang juga merupakan warga Indonesia.

DR dan rombongan akhirnya diantar ke perusahaan tempat bekerja yang dijanjikan oleh agen.

Perusahaan tersebut adalah perusahaan investasi yang baru berdiri. Korban beserta rombongan adalah karyawan pertama, sehingga waktu itu tidak menandatangani kontrak kerja.

Mereka harus mencari nasabah untuk berinvestasi di perusahaan tersebut. Berbagai aturan kerja pun diterapkan untuk mengikat mereka.

Karena tidak ada persiapan, para PMI akhirnya tidak menguasai pekerjaan. Sebab, tidak seperti yang dijanjikan di awal.

"Sampai sekarang anak kami masih syok dengan kondisi di sana," ujar L.

Para korban akhirnya melaporkan kejadian yang dialaminya ke KBRI Kamboja.

"Dapat kabar sekarang di KBRI Kamboja, Senin katanya balik ke Indonesia," tutup L.

Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Nihayatul Wafiroh, sempat menjenguk langsung keluarga A di rumahnya di Desa Sumberberas, Kecamatan Muncar.

Kedatangannya itu untuk memastikan dan mengabarkan kepada pihak keluarga bahwa saat ini korban dalam keadaan baik-baik saja.

"Kami ingin mengabarkan bahwa saat ini A sudah berada di KBRI Kamboja dalam kondisi sehat," kata Nihayatul kepada Kompas.com.


Nihayatul menyampaikan kepada orangtua korban untuk tidak khawatir terhadap kondisi anaknya. Sebab sudah dijamin oleh pemerintah.

"Insyallah Senin sudah kembali dari Kamboja ke Indonesia bersama teman-teman yang lain. Tapi masih belum bisa langsung ke Banyuwangi," tutur Nihayatul kepada kedua orangtua A.

Sebelumnya, sebanyak 129 orang WNI korban penipuan dan perdagangan orang oleh perusahaan online scam di Kamboja telah diselamatkan, Jumat (5/8/2022).

"Ada 129 WNI yang telah dapat kami selamatkan dan saat ini dalam penjagaan dari KBRI, kami telah siapkan akomodasi untuk 129 (WNI) tersebut," kata Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri Judha Nugraha, Jumat pagi.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/08/21/165446178/kisah-pilu-2-warga-banyuwangi-jadi-korban-penipuan-di-kamboja-tergiur

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke