Salin Artikel

Cerita Orangtua Farel Tak Dampingi Anaknya di Istana, Mengaku Minder jika Harus Bertemu Presiden

Saat Farel menyanyikan lagu 'Ojo Dibandingke' di hadapan Presiden Joko Widodo, para tamu undangan bahkan jajaran menteri ikut berjoget.

Farel adalah penyanyi cilik asal Kabupaten Banyuwangi yang lahir pada 8 Agustus 2010. Ia saat ini tercatat sebagai siswa kelas 6 SD Negeri 2 Kepundungan, Srono, Banyuwangi.

Ia adalah anak ketiga dari pasangan Joko Suyoto (43) dan Siti Mujayanah (41). Farel dan keluarganya tinggal di Dusun Sumberejo RT 02 RW 01, Desa Kepundungan, Kecamatan Srono.

Orangtua tak dampingi saat ke Jakarta

Joko, ayah Farek bercerita ia dan sang istri tak mendampingin Farel ke Istana Negera dengan alasan minder.

"Kami hanya orang kampung biasa, kalau semisal ikut bersama ndak enak. Kasihan si Farel. Apalagi ketemu para pejabat negara, Pak Presiden," ujar pria yang bekerja sebagai pengepul buah pinang itu.

Ia sendiri mengaku tak menyangka penampilannya anaknya menjadi perhatian publik.

"Benar-benar tidak menyangka anak saya bisa sampai seperti ini. Saya kira pas diundang di Jakarta biasa saja, ternyata jadi ramai," ungkapnya.

Saat Farel bernyanyi, Joko mengaku melihat penampilan anaknya melalui YouTube karena tak memiliki televisi.

"Kita lihat lewat YouTube, TV kami tersambar petir. Jadi ndak punya TV," kata Joko saat ditemui Kompas.com di rumahnya, Kamis (18/8/2022).

Baru setelah penampilan Farel viral, mereka menyaksikan anak ketiganya melalui televisi milik tetangga.

"Kita lihat TV di tetangga, masih belum sempat diperbaiki soalnya," ujar Joko.

"Saya masih tidak percaya, saya dengar dari cerita-cerita tetangga katanya Farel masuk TV, ketemu presiden di Jakarta," ucap Siti.

Menurut Siti tak ada persiapan khusus untuk Farel saat tampil di Istana Negara.

Bahkan baju yang kenakan saat menyanyi adalah baju adat hitam dan udeng batik (penutup kelapa) yang sehari-hati digunakan sebagai seragam SD Negeri 2 Kepundungan.

"Iya pakai baju seragam adat sekolah, karena ndak punya baju adat lain. Jadi tidak ada persiapan khusus," ujar Siti.

Dia mengungkapkan, bakat Farel mulai terlihat sejak masih balita. Farel kecil sering menyanyi sendiri.

"Sering nyanyi sendiri dulu di depan TV, pokoknya kalau ada musik dia langsung spontan menirukan," ujar Siti.

Farel yang tampil mengenakan seragam sekolah juga membuat guru-gurunya terkejut.

"Kami tidak menyangka, pas waktu tampil kami kaget. Lho ternyata pakai seragam sekolah," kata Kepala Sekolah SD Negeri 2 Kepundungan, Ambarwati, kepada Kompas.com, Kamis (18/8/2022).

Ambarwati mengira, saat tampil di Jakarta, Farel menggunakan pakaian lain.

"Saya kira menggunakan pakaian lain, apa gitu, ternyata tidak. Kami kaget," cerita Ambarwati sambil menangis haru.

Ambarwati mengaku bangga melihat Farel memakai pakaian adat yang merupakan seragam sekolah itu saat tampil di Istana Negara.

"Tidak apa-apa, kami bangga. Tapi kami terharu melihat Fareh tampil luar biasa," ucap Ambarwati.

Saat Farel menyanyi, Ambarwati dan para guru di sekolah mengaku deg-degan dan khawatir Farel salah lirik lagu.

"Alhamdulillah sukses, saya sampai nangis haru lihat penampilan ananda Farel," kata Ambarwati.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Rizki Alfian Restiawan | Editor : Priska Sari Pratiwi, Dheri Agriesta)

https://surabaya.kompas.com/read/2022/08/18/161700178/cerita-orangtua-farel-tak-dampingi-anaknya-di-istana-mengaku-minder-jika

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com