Salin Artikel

Pakaian Adat yang Dipakai Farel Prayoga Saat Tampil di Istana Ternyata Seragam Sekolah

Pakaian adat dan penutup kepala atau udeng yang dipakai anak berusia 12 tahun itu ternyata seragam sekolah.

Saat menyanyikan lagu 'Ojo Dibandingke' tersebut, penyanyi cilik kelahiran 8 Agustus 2010, itu menggunakan baju adat khas Suku Osing.

Selain baju adat, Farel mengenakan udeng atau penutup kepala motif batik kuning. Pakaian itu merupakan setelan seragam SD Negeri 2 Kepundungan, Kecamatan Srono, Banyuwangi, yang biasa dipakai para siswa setiap Rabu dan Kamis.

Hal itu membuat para guru di sekolah Farel kaget. Mereka tak menyangka siswanya memakai seragam sekolah saat bertemu Presiden Jokowi.

"Kami tidak menyangka, pas waktu tampil kami kaget. Lho ternyata pakai seragam sekolah," kata Kepala Sekolah SD Negeri 2 Kepundungan, Ambarwati, kepada Kompas.com, Kamis (18/8/2022).

Ambarwati mengira, saat tampil di Jakarta, Farel menggunakan pakaian lain.

"Saya kira menggunakan pakaian lain, apa gitu, ternyata tidak. Kami kaget," cerita Ambarwati sambil menangis haru.

Ambarwati mengaku bangga melihat Farel memakai pakaian adat yang merupakan seragam sekolah itu saat tampil di Istana Negara.

"Tidak apa-apa, kami bangga. Tapi kami terharu melihat Fareh tampil luar biasa," ucap Ambarwati.

Saat Farel tampil di depan Presiden Jokowi dan sejumlah pejabat negara, Ambarwati beserta para tenaga pendidik di sekolah mengaku ikut deg-degan.

Para guru khawatir Farel salah mengucapkan lirik saat bernyanyi. Kenyataannya, penampilan Farel di luar dugaan mereka. Farel bisa membawakan lagu dengan apik.

"Alhamdulillah sukses, saya sampai nangis haru lihat penampilan ananda Farel," kata Ambarwati.

Bocah periang yang kerap ikut lomba menyanyi

Sosok Farel memang dikenal sebagai anak periang. Bocah kelas 6 tersebut dikenal supel dan mudah bergaul.

"Dia baik anaknya, bahkan juga berprestasi," ungkapnya.

"Beberapa lomba kami ikutkan, memang dia punya bakat seni," terangnya.

Selain menyanyi, Farel ternyata juga punya bakat menari. Farel beberapa kali tampil di sekolah dan diundang dari panggung ke panggung.

Ambarwati bercerita, saat hendak ke Jakarta sebenarnya Farel akan tampil mengisi acara menyanyi di kecamatan.

"Ibunya pamit ke kami, katanya Farel mau ke Jakarta ada undangan upacara HUT RI ke 77 sama Pak Presiden. Saya kaget, kami persilakan, kami dukung penuh," tutur Ambarwati.

Ternyata setelah tampil menghibur saat upacara kemerdekaan di Istana Negara, penampilan Farel di luar dugaan. Farel sukses meraih simpati publik.

"Sampai kemudian nyanyian yang dibawakan Farel viral di media sosial," ucapnya.

Meski demikian, Ambarwati tetap berharap Farel dapat terus mengutamakan pendidikannya.

"Kami berharap Farel tetap mengutamakan pendidikan, sesuai arahan juga dari Pak Jokowi. Karena yang utama, jangan putus sampai di sini," tutup Ambarwati.

"Saya masih tidak percaya"

Ibu Farel, Siti Mujayanah masih tak menyangka anak ketiganya itu diundang tampil di Istana Negara bertemu Presiden Jokowi.

"Saya masih tidak percaya, saya dengar dari cerita-cerita tetangga katanya Farel masuk TV, ketemu Presiden di Jakarta," ucap Siti.

"Pakai baju seragam adat sekolah, karena ndak punya baju adat lain. Jadi tidak ada persiapan khusus," ujar Siti.

Dia mengungkapkan, bakat Farel mulai terlihat sejak masih balita. Farel kecil sering menyanyi sendiri.

"Sering nyanyi sendiri dulu di depan TV, pokoknya kalau ada musik dia langsung spontan menirukan," ujar Siti.

Meski kini anaknya sudah banyak dikenal orang karena bakat bernyanyi, Siti berharap agar Farel tetap mengedepankan pendidikan.

"Bagi saya pendidikan tetap nomor satu, karena yang utama adalah itu. Tetap rendah hati dan jangan lupa shalat," tutup Siti.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/08/18/142954278/pakaian-adat-yang-dipakai-farel-prayoga-saat-tampil-di-istana-ternyata

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com