Salin Artikel

Kisah Sukar, Pria Lulusan SD di Lumajang Beromzet Rp 500 Juta Sebulan dari Usaha Logam

Berulang kali ditipu orang dan memiliki banyak utang, tidak membuat Sukar jatuh. Bahkan, motivasinya semakin meningkat dan mengantarkan Sukar meraup kesuksesan besar.

Kini Sukar bisa meraup omzet Rp 500 juta dari usahanya sebagai perajin logam.

Belajar sejak kecil

Lahir dan tumbuh di sebuah desa yang dikenal sebagai sentra perajin logam mulia emas dan perak di Lumajang, membuat Sukar terbiasa dengan dunia pembuatan perhiasan sejak kecil.

Sukar mulai belajar membuat perhiasan saat usianya masih 10 tahun.

Saat itu, kondisi ekonomi keluarganya sangat sulit. Penghasilan ayahnya yang bekerja sebagai buruh tani tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga.

Sehingga, Sukar yang masih duduk di bangku kelas 4 Sekolah Dasar harus membagi waktunya antara belajar dan bekerja untuk membantu meringankan beban orangtua.

Saat itu, ia diajari oleh kakak ipar yang juga perajin perhiasan. Dengan peralatan yang serba sederhana, Sukar tekun mempelajari cara membuat perhiasan.

"Awal sekali itu yang bawa ilmunya namanya Mbah Sekak dari Sedayu Gresik, itu tapi di Desa Pulo, lima tahun saya belajar ke kakak ipar sekitar tahun 1976, alatnya sangat sederhana dan butuh tenaga ekstra untuk mengoperasikannya," papar dia, Jumat (12/8/2022).

Ia tetap menekuni dunia perhiasan hingga belajar ke Surabaya.

Saat itu, Sukar yang hanya anak seorang buruh tani bercita-cita ingin menjadi juragan emas.

Selama belajar di Kota Pahlawan, ia takjub dengan teknologi canggih yang digunakan.

Sukar menghabiskan waktu lima tahun lagi dengan bekerja di bengkel perhiasan orang lain sambil mempelajari ilmu sebagai perajin emas.

Dari sana, Sukar kemudian memberanikan diri membuka bengkel perhiasan di rumah dengan mengadopsi peralatan yang ditemuinya di Surabaya.

Karya pertamanya dibawa ke Bali untuk dijual. Sayang, saat itu bukan untung yang didapatkannya. Sukar ditipu dan barangnya habis.

Tidak menyerah, ia kembali memproduksi perhiasan di rumahnya. Kali ini, barangnya dibawa ke Surabaya. Nahas, lagi-lagi Sukar ditipu orang.

"Ke Bali, katanya mau dibeli WNA dari Kanada, saya titipkan barangnya ke teman, ternyata uang tidak kembali, barang juga hilang, ke Surabaya ditipu lagi," ceritanya.

Tahun 1995, Sukar berada pada titik terendah dalam hidupnya.

Saat itu, ia yang harus menghidupi istri dan satu orang anak harus menerima kenyataan bahwa usahanya bangkrut. Ditambah, istrinya tengah mengandung anak kedua.

Sukar juga menanggung utang yang tidak sedikit. Saat harga perak hanya Rp 400 per gram, Sukar memiliki utang sebanyak Rp 20 juta.

"Tahun 1995 harga rusak, tukang nakal jadi orang tidak percaya lagi sama saya, bangkrut sampai punya utang Rp 20 juta, padahal perak waktu itu masih harga Rp 400," terangnya.

Doa Sukar terjawab saat dirinya berinisiatif mempelajari ilmu tentang logam mulia melalui buku secara ilmiah.

Kegemarannya membaca buku sejak kecil membuatnya rindu dengan sentuhan ilmu pengetahuan. Saat itu, ia dipinjami buku Ensiklopedi Umum oleh salah seorang temannya.

Di sana, semua ilmu yang dibutuhkannya untuk meracik perhiasan termuat. Termasuk menemukan cara mengkombinasikan dua jenis logam.

Kemampuan itu ternyata mengantarkannya menuju kesuksesan hari ini. Sukar disebut-sebut satu-satunya perajin di Lumajang yang memiliki kemampuan meng-aloi atau mengkombinasikan logam.

Bahkan, para perajin lain menjadikan bengkel milik sukar rujukan membeli bahan campuran untuk membuat perhiasan.

Di tengah giatnya mempelajari ilmu logam dari buku, ia kembali dihadapkan dengan kenyataan bahwa ada keluarga yang harus dihidupi.

Terlebih, anak keduanya telah lahir. Sisa-sisa bahan yang dimilikinya dirumah, dirakitnya menjadi perhiasan dan dijual ke Bali.

Sasar turis hingga beromzet Rp 500 juta

Saat itu krisis moneter sedang terjadi di Indonesia. Sehingga pedagang lokal tidak mampu membeli emas yang harganya melonjak.

Ia menyasar turis asing untuk dijadikan target pasarnya.

Tipu-tipu dunia perdagangan yang telah menimpanya dulu, dijadikan sebuah pelajaran. Tidak disangka, hasil karyanya sangat diminati dan diminta untuk memproduksi lebih banyak.

"Dari baca buku ensiklopedi itu, masih saya simpan bukunya, saya dapat banyak ilmu, termasuk meng-aloi logam, ini jadi satu-satunya di Lumajang," tutur Sukar.

Hebatnya, meski hanya lulusan SD, kemahirannya dalam ilmu sains sempat mengantarkannya menjadi guru di beberapa sekolah di Lumajang.

Bagi Sukar, semakin ilmu dibagikan, maka akan semakin bertambah pula ilmu yang dimiliki.

Kini, Sukar telah menuai panen dari jerih payahnya merintis usahanya dari titik nol. Sukar memiliki enam orang pekerja yang membantunya setiap hari.

Pasarnya pun semakin luas. Tidak hanya daerah tapal kuda, tapi Pulau Kalimantan.

Dalam satu bulan, omzet Sukar bisa mencapai Rp 500 juta. Dari hasil itu, keuntungan bersih yang didapatnya yakni lima persen atau sekitar Rp 25 juta dalam satu bulan.

"Alhamdulillah sejak tahun 2000 itu mulai stabil, sekarang barang saya sudah sampai kemana-mana, kira-kira satu bulan bisa Rp 500 juta omzetnya dengan keuntungan lima persen," pungkasnya.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/08/12/101842778/kisah-sukar-pria-lulusan-sd-di-lumajang-beromzet-rp-500-juta-sebulan-dari

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke