Salin Artikel

Ribuan Santri Tapak Tilas Perjuangan Pahlawan Nasional KH As'ad Syamsul Arifin Saat Dikejar Belanda ke Madura

PAMEKASAN, KOMPAS.com - Lebih dari 1.000 santri dan masyarakat di Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, menggelar tapak tilas perjuangan pahlawan nasional KH As'ad Syamsul Arifin saat melarikan diri dari kejaran Belanda pada tahun 1944.

Tapak tilas dimulai dari Pondok Pesantren Al Falah Sumber Gayam, Desa Kadur, Kecamatan Kadur, Kabupaten Pamekasan, Rabu (10/8/2022).

Tapak tilas berakhir di Lembaga Pendidikan Riyadus Sholihin, Dusun Kadur Atas, Desa Kadur. Tapak tilas dipimpin langsung cucu Kiai As'ad, KH Azaim Ibrahimy, yang merupakan pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur.

Azaim dalam keterangannya menjelaskannya, tapak tilas digelar dalam rangka meneladani perjuangan Kiai As'ad untuk kemerdekaan Republik Indonesia sejak menjadi ketua Laskar Sabilillah wilayah Keresidenan Besuki, Jawa Timur, tahun 1943.

Dijelaskan Azaim, saat di Jawa, Kiai As'ad bersama pelopor perjuangan yang dibentuknya gigih berperang melawan Belanda. Karena kegigihannya, Kiai As'ad menjadi target Belanda untuk dipenjarakan.

"Kiai As'ad gigih sekali dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Maka, patut kita meneladaninya ketika menjelang HUT RI tahun ini," terang Azaim.

Ahmad Fudholi, panitia tapak tilas menuturkan, perjuangan Kiai As'ad selama di Jawa tidak semuanya berjalan mulus. Apalagi ketika jadi target penangkapan oleh Belanda. Tahun 1944, Kiai As'ad melarikan diri ke Pamekasan, tepatnya ke Pondok Pesantren Sumber Gayam, yang diasuh oleh KH Thoha Jamaluddin. Kiai Thoha merupakan komandan Laskar Sabilillah wilayah Madura.

"Pelarian Kiai As'ad dari Situbondo ke Sumber Gayam Pamekasan masih diketahui Belanda. Akibatnya, Kiai As'ad masih melarikan diri atas saran Kiai Thoha ke Dusun Pancoran, Desa Kadur," terang Fudholi kepada Kompas.com.


Fudholi menambahkan, sebelum Kiai As'ad tiba di persembunyiannya, Pesantren Al Falah Sumber Gayam dibom oleh Belanda. Keberadaan Kiai As'ad yang melarikan diri ke Dusun Pancoran terendus Belanda karena ada warga yang membocorkannya.

"Setelah persembunyian Kiai As'ad terendus, Kiai As'ad masih melarikan lagi ke arah utara menuju Dusun Kadur Atas. Di daerah itu, Kiai As'ad bersembunyi dan bertirakat selama dua bulan," imbuh Fudholi.

Setelah dua bulan bersembunyi, Kiai As'ad diperintahkan oleh KH Wahab Chasbullah, komandan pusat Sabilillah agar menyerahkan diri kepada Belanda. Saran disampaikan oleh Kiai Thoha. Kiai As'ad kemudian memilih menyerahkan diri dan menjalani hukuman penjara di Kabupaten Malang.

"Kiai As'ad menyerahkan diri karena laskar Sabilillah yang lain banyak ditangkap. Selain itu, pesantren Sukorejo dan keluarga Kiai As'ad dalam ancaman Belanda. Atas pertimbangan itulah Kiai As'ad menyerahkan diri," ungkap Fudholi.

Selama dua bulan berada di persembunyiannya, Kiai As'ad ditemani Kia Soleh di Dusun Kadur Atas. Tempat persembunyian itu kini berdiri lembaga pendidikan Riyadus Sholihin.

"Pembangunan lembaga pendidikan Riyadus Sholihin itu, atas petunjuk Kiai As'ad. Waktu itu Kiai As'ad menunjuk ke arah timur, bahwa di sana gelap agar diberi lampu. Isyarat lampu itu saat ini berbentuk lembaga pendidikan," terang Fudholi.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/08/11/084842878/ribuan-santri-tapak-tilas-perjuangan-pahlawan-nasional-kh-asad-syamsul

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke