Salin Artikel

Ungkap Penyebab Mamalia Laut Terdampar di Banyuwangi, BPSPL Tunggu Hasil Nekropsi Paus Sperma

Petugas Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Kelautan (BPSPL) Bali, Wilayah kerja Banyuwangi, Bayu Dwi Handoko menyebut, masih menunggu hasil nekropsi paus sperma.

"Kita tunggu hasilnya, karena itu yang nanti menjadi acuan penelitian mengapa mamalia laut itu bisa terdampar di Banyuwangi," kata Bayu kepada Kompas.com, Selasa (9/8/2022).

Dijelaskan, nekropsi merupakan tindakan bedah bangkai hewan, sebagai bagian dari investigasi medis.

Tindakan ini dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan atau kelainan pada anatomi tubuh hewan secara keseluruhan.

Dalam hal ini, tindakan tersebut dilakukan secara runut dan sistematis baik dari anatomi luar maupun dalam tubuh paus sperma yang mati terdampar di Banyuwangi.

Tim yang meneliti tersebut berjumlah 15 orang. Mereka berasal dari Sekolah Ilmu Kesehatan dan Ilmu Alam (SIKIA) Universitas Airlangga (Unair) Banyuwangi.

"Memang kita belum tinjau lapangan langsung. Namun bisa jadi kemungkinan penyebab hiu tutul yang terdampar di Alas Purwo itu sama dengan paus sperma," tutur Bayu.

Bayu enggan berspekulasi lebih lanjut terkait penyebab terdamparnya hiu tutul sebelum hasil nekropsi paus sperma itu keluar.

"Apakah ada sesuatu di dalam laut atau ada fenomena alam apa disana, kita belum tahu. Yang pasti kita menunggu hasil penelitian," ucapnya.

Bayu mengungkapkan, hiu tutul merupakan ikan dengan spesies terbesar di lautan yang hidup di iklim tropis.

"Hiu jenis ini banyak ditemukan di seluruh perairan di Indonesia. Kalau di Jawa Timur biasanya di pantai utara, seperti Pasuruan, Probolinggo, Situbondo hingga Banyuwangi," ungkap Bayu.

BPSPL juga belum bisa memastikan apakah Selat Bali dan laut selatan Banyuwangi yang merupakan Samudera Hindia menjadi jalur migrasi mamalia laut tersebut.

"Sekali lagi kami belum bisa memastikan itu. Semoga saja segera terungkap hasilnya," tutup Bayu.

Seekor hiu tutul ditemukan mati di Pantai Ngagelan, Taman Nasional Alas Purwo (TNAP) Banyuwangi, Jawa Timur.

Hiu pemakan plankton dengan nama latin Rhincodon typus tersebut ditemukan mati terdampar di pinggir pesisir, sejak beberapa hari lalu.

"Memang benar kondisinya sudah mati di Pantai Ngagelan. Terdampar sejak Sabtu lalu," kata Kepala Seksi Pengelola Wilayah 1 Balai TNAP Probo Wresniaji.

Probo mengatakan, hiu tutul yang terdampar tersebut memiliki ukuran panjang 4,5 meter. Saat ditemukan beberapa bagian tubuh hiu tidak utuh.

"Sudah mulai membusuk," tuturnya.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/08/09/171900278/ungkap-penyebab-mamalia-laut-terdampar-di-banyuwangi-bpspl-tunggu-hasil

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com