Salin Artikel

"Tak Menyerah, Setiap Hari Saya Gali Pasir untuk Mencari Jenazah Anak Saya..."

Meski sulit dan harus mengeluarkan seluruh daya dan upaya, Zuhri tetap tak menyerah demi menemukan jasad putra tercinta, Ahmad Rendy Pratama (19).

Seolah tidak ada sejengkal tanah pun dilewatkan Zuhri. Hari demi hari, dia terus menggali, mulai matahari terbit hingga kembali tenggelam.

"Kalau menyerah (menemukan Rendy) itu tidak pernah saya, namanya juga mencari anak, setiap hari saya gali (pasir) terus berharap jenazahnya bisa ketemu," kata Zuhri di rumahnya, Dusun Kebon Agung, Desa Sumberwuluh, Lumajang, Selasa (2/8/2022).

Zuhri yakin, anaknya terakhir kali berada di sekitar sungai sebelum hilang pada saat erupsi Semeru, awal Desember 2021.

Rendy ketika itu hendak menjemput Zuhri yang bekerja di seberang sungai. Suasana saat itu gelap padahal hari belum malam.

Karena motor yang dikendarai ayahnya tidak memiliki lampu, sang ibu, Siti Maryam (45) pun meminta Rendy untuk menjemput ayahnya ke tempat kerja.

Ternyata kondisi gelap tersebut ialah pertanda bahwa Gunung Semeru akan meletus.

Beberapa saat setelah Rendy berangkat, Zuhri ternyata pulang ke rumah dan saat itu pula Gunung Semeru meletus.

Sang ibu sempat berteriak histeris mencari Rendy. Sejak saat itu putranya tak pernah pulang.

Demi mencari putra sulungnya, sang ayah rela meninggalkan pekerjaannya sebagai perajin gula jawa.

Zuhri bahkan mengeluarkan biaya yang tak sedikit.

Seperti untuk menyewa alat berat seharga Rp 400.000 per jam hingga membayar setoran kepada pemilik lokasi tambang seharga Rp 30.000 untuk satu truk pasir.

"Sampai sewa beko sendiri Rp 400.000 per jamnya, tapi tidak ketemu, untung waktu itu banyak yang kasih bantuan jadi tidak sampai bayar banyak," ucap Zuhri.

"Bayar setoran juga ke pemilik tambang karena saya ngeruk pasir di sana, satu rit Rp 30.000,"lanjut dia.

Namun bagi Zuhri, materi yang dikeluarkan tidak pernah sebanding dengan nyawa anaknya.

Menggali tanpa henti

Setidaknya, tiga hari dilewati Zuhri mencari dengan alat berat, tapi jasad sang buah hati tidak juga ditemukan.

Saat semua alat berat ditarik, Zuhri mencari Rendy secara manual dengan tangannya sendiri.

Berbekal cangkul dan arit, ia terus melakukan penggalian.

Zuhri juga mengumumkan ciri-ciri fisik dan pakaian yang dikenakan putranya ke semua warga, terutama para pencari pasir.

Saat hilang, diketahui Rendy mengenakan kaus berwarna hitam dengan tulisan Jogja dan memakai celana jin warna biru gelap.

"Baju itu, baju kesayangannya Rendy, itu pokoknya cuci kering pakai," jelasnya.

Pada awal Agustus 2022, salah satu pencari pasir bernama Said menemukan tulang dan tengkorak manusia dengan ciri-ciri pakaian seperti yang disampaikan Zuhri.

Ternyata sebelum penemuan tengkorak, warga juga sudah sempat menemukan sebuah helm yang diduga merupakan milik Rendy.

Warga pun menduga bahwa itu tulang itu berkaitan dengan hilangnya Rendy. Mereka kemudian menghubungi Zuhri, bahkan menjemput Zuhri ke rumahnya lantaran telepon tidak diangkat.

Mendengar informasi tersebut, seketika Zuhri berlari ke lokasi aliran sungai untuk memastikan bahwa jasad yang ditemukan adalah benar-benar anaknya.

"Ditelepon berkali-kali saya enggak dengar, terus dijemput sama orang-orang ke sini, langsung saya lari ke sana memastikan," ceritanya.

Zuhri berlari dalam kondisi perasaan bercampur aduk. Bingung, sedih dan bersyukur jika tulang-tulang tersebut adalah milik Rendy, putra yang selama ini dicarinya.

Ia kemudian memotret pakaian yang menempel di potongan tulang itu dan mengirimkannya kepada istrinya.

"Istri saya langsung bilang 'iya itu Rendy', kebetulan waktu itu pakaiannya masih utuh jadi dia langsung yakin," terangnya.

Keluarga juga menggelar tahlilan selama tujuh hari untuk mendoakan Rendy.

Meski merasa sangat sedih lantaran kehilangan buah hatinya, Zuhri mengaku bersyukur dan berterima kasih pada pihak yang membantu hingga anaknya ditemukan.

"Saya mewakili keluarga berterima kasih kepada semua pihak yang membantu, juga tidak lupa kami mohon maaf kalau Rendy punya salah, mohon doanya untuk almarhum," ujar dia.

Sumber: Kompas.com (Penulis : Kontibutor Lumajang, Jawa Timur, Miftahul Huda | Editor : Pythag Kurniati)

https://surabaya.kompas.com/read/2022/08/03/120041678/tak-menyerah-setiap-hari-saya-gali-pasir-untuk-mencari-jenazah-anak-saya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke