Salin Artikel

Demam Citayam Fashion Week hingga ke Kota Malang

Keramaian itu disebabkan kegiatan Kayutangan Street Style yaitu gerakan membangkitkan dunia fesyen di Kota Malang.

Gerakan ini digagas para fashion stylist dan fashion designer yakni Rulli Suprayugo, Belinda Ameliyah, dan Reza Wu. Sebelumnya, informasi dari gerakan itu sudah tersebar di beberapa akun media sosial.

Kegiatan itu sebenarnya digelar di depan halaman salah satu diler. Sejumlah selebriti Instagram seperti D_Kador ikut memeriahkan gerakan tersebut dengan berlenggok seperti model fashion show.

Namun, dampak dari gerakan Kayutangan Street Style membuat sejumlah anak muda memilih untuk fashion show di zebra cross. Tepatnya di perempatan lampu merah Rajabali, Jalan Jenderal Basuki Rahmat.

Mereka melenggok sambil difoto sejumlah rekannya, seperti yang dilakukan anak-anak muda dari Citayam di kawasan Dukuh Atas, Jakarta.

Sejumlah kendaraan bermotor yang melintas pun terlihat merasa terganggu dengan aktivitas anak-anak muda itu. Beberapa kali, terdengar suara klakson ketika ada pemuda yang melakukan fashion show di zebra cross.

Bahkan salah satu pengendara sepeda motor saat lampu merah berhenti di zebra cross sehingga mengganggu para pemuda tersebut untuk lewat.

Salah satu pemuda yang melakukan fashion show di zebra cross adalah Mahesa Sapoetra (29). Mahesa sengaja membawa keponakannya, Viola (4), untuk melenggok di zebra cross itu.

Awalnya, Mahesa mengira kegiatan Kayutangan Street Style di zebra cross lampu merah Rajabali.

"Saya dari Lawang (Kabupaten Malang), pakai pakaian summer dan casual saja, tahunya dari Instagram, ikut memeriahkan saja, ngejar momen (seperti Citayam Fashion Week) belum tentu satu tahun sekali," kata Mahesa saat diwawancarai.

Namun, dia tidak menampik bahwa gerakan tersebut terinspirasi dari Citayam Fashion Week.

"Yang pastinya iya, itu salah satu inspirasi kita, tapi memang inisiatornya adalah fashion designer dan stylist-nya," kata Rulli saat diwawancarai.

"Jadi jangan takut berekspresi melalui fesyen, kita memilih Kayutangan untuk ramah akan fesyen," katanya.

Menurutnya, banyak dari para pelaku fesyen di Kota Malang yang belum dikenal banyak orang. Gerakan Kayutangan Street Style diharapkan membuat masyarakat luas membuka diri kepada para pelaku fesyen di Kota Malang.

"Jadi biar orang-orang lebih aware (peduli) aja bisa berfesyen di sini," katanya.

Rulli menambahkan, Kayutangan Street Style berbeda dengan Citayam Fashion Week. Hal itu terlihat dari penggagas gerakan Kayutangan Street Style yang merupakan para pelaku fesyen.

"Kalau di Citayam itu di mulai dari anak-anak yang ingin nongkrong, tidak ada latar belakang fashion, tapi ingin mengaktualisasi diri lewat fesyen. Kalau di Kayutangan, yang inisiasi adalah orang-orang yang paham dan mengerti fesyen," katanya.

Sebagian warganet ada yang menganggap kegiatan itu meniru perilaku dari anak-anak muda yakni fenomena Citayam Fashion Week di Jakarta. Kemudian juga ada yang menilai bahwa nantinya kegiatan itu tidak mengangkat pakaian tradisional dan akan menimbulkan kemacetan.

Menanggapi hal itu, Rulli menyampaikan bahwa gerakan yang digagas itu juga mendapatkan penilaian yang positif dari warganet.

"Kalau kami melihatnya yang positif akan jadi catatan, yang negatif ya enggak terlalu kami ambil hati. Aku tahu mereka ngetik enggak pakai hati kadang. Jadi ya banyak yang mendukung juga, kak go ahead," katanya.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/07/23/080149478/demam-citayam-fashion-week-hingga-ke-kota-malang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke