Salin Artikel

Curhat Peternak Sapi Perah di Tengah Wabah PMK, Produksi Susu Turun Drastis hingga Jual Murah Ternaknya

Dia mengaku memiliki 24 sapi yang semuanya terpapar PMK. Seekor dari jumlah tersebut mati, dan dua ekor lainnya terpaksa dijual murah untuk sapi potong.

"Saya jual murah Rp 3 juta per ekor untuk dipotong," kata Jafar melalui keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Selasa (5/7/2022).

Jafar dan peternak sapi perah di desanya mengaku sudah mengeluarkan banyak biaya untuk membeli obat PMK herbal untuk ternak sapinya.

Peternak di Desa Telogosari, kata Jafar, lebih memilih obat herbal karena dipercaya kebih manjur dibanding vitamin dan antibiotik yang disarankan pemerintah.

Obat herbal untuk satu ekor ternak menurut dia saat ini sebesar Rp 250.000.

"Kadang ada yang butuh tiga obat herbalnya untuk satu ekor jadi Rp 750.000," jelasnya.

Belum lagi untuk membeli konsentrat sapi per hari 2 karung yang harganya Rp 210.000 per karung.

"Sehari butuh dua karung. Per karung Rp 210.000," ucapnya.

Konsentrat, kata dia, penting untuk sapi karena jika hanya diberi makan rumput sapinya akan ambruk. Sebab, rumput mengandung karbohidrat.

Akibat terpapar PMK, sapi-sapinya tidak memproduksi susu. Kalau pun ada, pabrik tidak menerima karena disebut produksi susunya mengandung antibiotik.

"Otomatis ya di sini banyak susu sapi dibuang karena mengandung antibiotik, karena dianggap berbahaya," katanya.

Sebelum wabah PMK, kata Jafar, dulu 24 sapi perah miliknya bisa produksi 200 liter susu per hari.

Namun saat ini dia banyak mengeluarkan biaya untuk perawatan sapi, sementara pemasukan dari susu tidak ada.

"Kami sudah tidak memikirkan perut sendiri, kami fokus menangani ternak yang terpapar PMK. Harapan kami pemerintah bisa membantu pengadaan konsentrat untuk ternak kami," harapnya.

Produksi susu turun drastis

Pengurus Koperasi Peternakan Sapi Perah Setia Kawan Nongkojajar Pasuruan yang menaungi peternak sapi perah setempat menyebut produksi susu di wilayah Kecamatan Tutur menurun drastis sejak wabah PMK.

"Produksi biasanya 125 ton susu sapi per hari. Sekarang hanya sekitar 80 ton susu sapi per hari, bahkan sempat 50-60 ton sehari. Karena banyak sapi perah terpapar PMK," jelasnya.

Wakil Ketua DPRD Jatim Anwar Sadad mengaku berjanji akan meneruskan aspirasi peternak sapi perah di Pasuruan kepada Plt Gubernur Jatim Emil Elistianto Dardak.

Ketua DPD Gerindra Jatim itu menyebut, Pemprov Jatim harus memberikan terobosan dalam menangani PMK. Menurutnya, karena masuk kategori bencana, maka bisa menggunakan biaya tidak terduga (BTT).

"Sama seperti Covid-19, PMK juga masuk kategori bencana. Karena sesuai SK Gubernur masuk bencana, ya harus berani menerapkan BTT," terangnya.

Selama ini peternak mengatasi PMK dari uang pribadi mereka. Pemprov Jatim harus cepat bertindak, karena kasihan jika peternak meminjam uang yang berbunga untuk mengatasi PMK.

Menurut dia, Inmendagri untuk pengalokasian BTT menjadi landasan pengalokasiaan anggaran untuk penanganan darurat terhadap PMK.

Nantinya, Inmendagri segera ditindaklanjuti bersama kabupaten dan kota.

"Kami berharap segera ada instruksi yang spesifik yang memungnkinkan BTT dapat dipergunakan untuk penanganan bencana dengan prosedur sesuai dengan konsep kedaruratan," ungkapnya.

Di sisi lain, dia berharap semua pihak bersama-sama menyukseskan vaksinasi hewan yang terdampak PMK di Jatim.

Mantan Bupati Trenggalek ini berharap, sebelum Idul Adha, target vaksinasi bagi sapi perah di Jatim sudah dituntaskan.

"Sejauh ini sudah tervaksin sebanyak 180 sapi atau sekitar 51 persen dari target 364.000 vaksin," jelasnya.

Dia yakin target tersebut tercapai karena  Jatim memiliki total 950 dokter hewan dan 1.500 paramedic hewan.

"Semuanya memiliki ketrampilan untuk melakukan vaksinasi pada hewan," ucap Emil.

Hingga 3 Juli 2022, ada sebanyak 136.153 hewan ternak yang terpapar PMK di Jatim. Dari jumlah itu, sebanyak 106.663 ekor masih sakit. Sebanyak 27.721 ekor sembuh, 811 ekor mati dan 988 ekor dipotong paksa. 

https://surabaya.kompas.com/read/2022/07/05/162725778/curhat-peternak-sapi-perah-di-tengah-wabah-pmk-produksi-susu-turun-drastis

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke