Salin Artikel

Soal Penertiban Bangunan di Sekitar Rel Kereta, Ini Saran Ketua DPRD Kota Malang

Kegiatan itu dilakukan di Ruang Rapat Kantor DPRD Kota Malang pada Rabu (29/6/2022). Rapat itu dihadiri oleh Ketua DPRD Kota Malang I Made Rian Diana Kartika.

Made mengaku lega setelah mendapat penjelasan dari PT KAI dalam pertemuan itu. Ia memberi beberapa catatan terkait rencana pembongkaran bangunan itu, khususnya komunikasi dengan masyarakat terdampak.

Menurut Made, beberapa masyarakat sudah menyadari lahan yang ditempati bukan haknya. Rencana penertiban didukung oleh pihaknya demi keselamatan masyarakat itu sendiri.

"Hari ini (29/6/2022) kami sedikit lega dengan penjelasan KAI terkait apa yang menjadi keluhan dari masyarakat. Nanti akan ada tim dari PT KAI bersama TNI, Polri, Pemkot dan sampai di tingkat camat dan lurah, saya rasa tinggal pola komunikasi saja," kata Made di DPRD Kota Malang, Rabu.

Made juga meminta PT KAI segera melindungi aset lainnya yang belum ditempati.

"Cuma kita tadi sampaikan, karena ada pembiaran itu, bagi aset-aset PT KAI yang sekarang belum ditempatkan agar segera ditertibkan," katanya.

Made berharap penertiban bangunan di sepanjang rel kereta itu diundur dari Juli menjadi Agustus. Sehingga, masyarakat yang terdampak bisa memiliki waktu lebih untuk bersiap-siap.

"Ini terlalu mendadak pasca Covid-19. Paling tidak ini (penertiban) setelah Agustus lah. Biarkan Juli ini pemulihan ekonomi," katanya.

Made menyarankan, masyarakat yang kehilangan tempat tinggal bisa ditampung sementara di rumah susun atau rusunawa di Tlogowaru. Made paham, tak mudah memindahkan masyarakat karena menyangkut faktor sosial dan ekonomi.

"Apakah mereka mau dipindah ke situ, karena tidak gampang. Karena terkait sosial-ekonomi juga, sehingga langkah-langkah alternatif nantinya pasti melalui kajian yang matang," katanya.

Perlu diketahui, ratusan bangunan dari 301 KK yang berdekatan dengan jalur kereta api di Kota Malang, Jawa Timur, bakal ditertibkan oleh PT KAI.

Sebelumnya, sosialisasi dengan mengundang perwakilan dari masyarakat sekitar sudah dilakukan di Stasiun Kota Malang pada Selasa (21/6/2022).

Nantinya, titik sasaran dari penertiban itu mulai dari jalur rel kereta api Kotalama, Jagalan hingga Depo Pertamina dengan panjang sekitar 1,3 kilometer.

Penertiban itu akan menyasar bangunan semi permanen atau tetap dari sebelah kanan dan kiri yang masing-masing sekitar enam meter dari rel kereta api. Namun belum diketahui kapan waktu untuk pembongkaran bangunan dilakukan.

Manajer Humas PT KAI Daop 8 Surabaya Luqman Arif mengatakan, penertiban bangunan di sekitar rel kereta api penting dilakukan mengingat membahayakan bagi nyawa manusia.

Apalagi, jalur rel kereta api yang akan dilakukan penertiban biasanya dilalui oleh kereta api pengangkut BBM. Dalam sehari, kereta yang lewat di jalur penertiban tersebut bisa tiga sampai empat kali.

"Sangat membahayakan baik itu warga yang tinggal maupun perjalanan KA dari sisi legal (hukum) sudah jelas tadi disampaikan aturannya. Nah disitu ada kegiatan dapur orang untuk masak, anak-anak main bahaya," katanya.

Dia juga mengapresiasi kepada warga di beberapa wilayah yang sudah kooperatif dengan melakukan pembongkaran secara mandiri. Nantinya akan ada bentuk biaya jasa bongkar senilai Rp 250.000 setiap meter untuk bangunan permanen dan Rp 200.000 per meter untuk bangunan semi permanen kepada warga terdampak.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/06/29/211256878/soal-penertiban-bangunan-di-sekitar-rel-kereta-ini-saran-ketua-dprd-kota

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com