Salin Artikel

Puluhan Tahun Hilang Kontak dengan Keluarga, Muhadi Kini Pulang, Kedatangannya Disambut Ratusan Warga

Diketahui, selama ini warga asal Trenggalek yang hilang kontak tersebut, tinggal sebatang kara di Kabupaten Labuhanbatu, Sumatera Utara.

Kedatangan Muhadi di kampung halamannya, Desa Ngadisoko, Kecamatan Durenan, Trenggalek, disambut meriah oleh ratusan warga sekitar.

“Selamat datang di rumah, Pak,” teriak salah satu warga di antara kerumunan, Selasa.

Warga memadati sepanjang jalan menuju rumah Muhadi. Rasa bahagia juga dirasakan warga, ketika Muhadi kembali pulang setelah selama puluhan tahun dinyatakan hilang, bahkan dianggap telah meninggal.

Warga bahkan mengabadikan momen bahagia tersebut, menggunakan telepon genggam, dan sebagian ada yang menayangkan secara langsung di media sosial.

“Alhamdulilah Pak Muhadi kembali dan sehat,” teriak seorang warga histeris.

Di rumah keluarganya, Muhadi di sambut oleh Kapolres Trenggalek, Danramil, Camat Durenan serta perangkat desa.

Ratusan warga yang berada di lokasi, bersorak bahagia ketika Surti (65), istri Muhadi bersama empat anaknya menyambut kedatangan pria tersebut di halaman rumahnya.

Secara bergantian, empat anaknya memeluk sosok sang bapak yang selama ini tidak ada kabar sama sekali. Sedangkan istrinya Muhadi tampak lebih banyak diam, menahan rasa bahagia yang tidak terungkap.

Di dalam rumah, sanak saudara sudah berkumpul dan memberi salam pada Muhadi. Dan pada saat itu juga, dilangsungkan syukuran atas kembalinya Muhadi bersama keluarga di Trenggalek Jawa timur.


Penuturan Muhadi

Muhadi menjelaskan, sekitar 30 tahun silam ia pamit kerja merantau ke Malaysia untuk mencukupi kebutuhan ekonomi keluarganya.

Karena di Malaysia pekerjaan tidak menentu, akhirnya memutuskan mencari kerja seadanya di Aceh.

“Saya pamit merantau pada tahun sekitar 1992 kalau tidak salah,” ujar Muhadi dengan logat khas warga Sumatera Utara.

Selama merantau di Sumetera Utara, Muhadi mengaku kerja di kawasan perkebunan. Pada awalnya, Muhadi Memiliki gaji yang layak dan mengirim sejumlah uang ke keluarganya di Trenggalek.

Seiring berjalan waktu, Muhadi tidak lagi mendapatkan gaji karena dicurangi salah satu staf perkebunan tempat ia bekerja. Rasa ingin pulang ke kampung halaman selalu tertunda, karena uang tiket tidak kunjung diberikan.

“Saya ingin sekali pulang. Dua kali uang tiket tidak diberikan ke saya,” ujar Muhadi.

Ketika Tsunami melanda Aceh pada tahun 2004 silam, Muhadi kehilangan pekerjaan.

Ia sempat memberi kabar ke keluarga Trenggalek selamat dari bencana tersebut, pada tahun 2006 silam.

Pada percakapannya waktu itu, Muhadi akan mencari pekerjaan baru. Niat Muhadi sempat dibantah oleh anak pertamanya, agar kembali pulang ke Trenggalek.

“Waktu itu anak saya melarang saya kerja lagi, Anak saya bilang, sudah tidak butuh uang bapak lagi. Kami ingin bapak pulang saja,” terang Muhadi.

Karena tidak mau pulang ke kampung halaman tanpa membawa hasil, Muhadi berusaha mencari kerja di wilayah Kabupaten Labuhanbatu Utara Sumatera Utara. Namun, Muhadi tidak mendapat pekerjaan tetap, dan bekerja seadanya.

“Jangankan untuk pulang, hasil kerja hanya bisa buat makan sehari-hari. Hasil yang saya dapat dari kerja serabutan hanya cukup untuk hidup,” terang Muhadi.

Mulai saat itu, Muhadi hilang kontak dengan keluarga di Trenggalek. Hingga akhirnya keberadaanya di ketahui oleh salah satu anggota Polres Labuhanbatu, dan dipulangkan ke Kampung halaman di Trenggalek.

“Terima kasih kepada Kapolres Labuhanbatu dan Pak Kapolres Trenggalek,” ujar Muhadi dengan nada bahagia.


Kapolres Trenggalek menjelaskan, selama perjalanan dari tempat perantauannya, Muhadi ditemani oleh seorang anggota Polres Labuhanbatu. Setelah tiba di bandara Juanda, Muhadi dikawal oleh anggota Polres Trenggalek hingga kampung halaman.

“Semoga kepulangan kembali di Trenggalek, membawa kebahagiaan keluarga,” terang Kapolres Trenggalek AKBP Dwiasi Wiyatputera di halaman rumah keluarga Muhadi.

Sedangkan satu anggota Polres Labuhanbatu yang ikut mendampingi Muhadi menjelaskan, pertama kali menemukan Muhadi melalui media sosial pada awal bulan Juni 2022 lalu.

Kemudian anggota Polres Labuhanbatu  Aiptu Haris Fadillah mendatangi lokasi sesuai informasi yang ia terima. Selanjutnya, ia melaporkan ke Kapolres Labuhanbatu dan ditindak lanjut untuk menelusuri keluarganya di kampung halaman.

“Beliau (Muhadi) tinggal di Desa Aek Korsik, Kecamatan Aek Kuo, Labuhanbatu Utara, Sumatera Utara. Dan lokasinya sangat jauh sekali dan tidak ada sinyal telepon,” ujar Aiptu Haris Fadillah di rumah keluarga Muhadi di Trenggalek.

Dijelaskan, selama di wilayah Labuhanbatu, Sumatera Utara, Muhadi kerja serabutan. Mulai membuat anyaman bambu, membuat kendang, hingga buruh cangkul.

Di wilayah tersebut, banyak orang tidak mengenal Muhadi. Namun warga menyebut Muhadi dengan nama lain yakni Wak Cangkol.

“Warga disana tidak ada yang tahu kalau Namanya Muhadi. Beliau ini lebih dikenal dengan nama Wak Cangkol. Karena sering mencangkul lahan garapan warga,” terang Aiptu Haris.

Selama puluhan tahun di Labuhanbatu, Muhadi membuat gubuk di samping rumah orang dan tinggal seorang diri. Jauh dari layak, tempat tinggal Muhadi berbahan bambu dan kayu, dengan lebar sekitar 1x2 meter.

“Tidak tinggal di rumah orang. Tapi membuat gubuk disamping rumah orang, dengan lebar kurang lebihnya 1x2 meter. Sempit sekali hanya bisa untuk tidur,” terang Aiptu Haris.

Sebelumnya, Muhadi hilang kontak selama puluhan tahun. Anak Muhadi sempat mencari, namun hanya sampai di Jambi karena kehabisan uang saku dan kembali pulang.

Karena penantian yang panjang dan tidak ada kabar sama sekali, pihak keluarga sempat mengira Muhadi sudah meninggal dunia.

Belakangan diketahui, Muhadi ditemukan selamat, dan sempat tatap muka melalui saluran panggilan video yang difasilitasi pihak Polres Labuhanbatu dengan Polres Trenggalek.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/06/29/052405178/puluhan-tahun-hilang-kontak-dengan-keluarga-muhadi-kini-pulang

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com