Salin Artikel

Viral, Pasar Splendid di Kota Malang Perjualbelikan Kucing Tidak Layak

MALANG, KOMPAS.com - Pasar Splendid yang berada di Kota Malang, Jawa Timur viral setelah adanya petisi di laman change.org untuk menyelamatkan kondisi kucing yang diperjualbelikan secara tidak layak.

Pembuat petisi di dalam web tersebut diketahui bernama Meigia Aisyah.

Kompas.com mencoba mengirim pesan ke pembuat petisi di Facebook, tetapu belum direspons.

Petisi tersebut pada Minggu (26/6/2022) sekitar pukul 15.20 WIB sudah ditandatangani oleh 8.890 warganet. Selain itu, juga viral setelah diposting di berbagai media sosial Instagram.

Isi dari petisi itu mendesak Pemkot Malang untuk menyelamatkan kucing-kucing yang diperjualbelikan secara tidak layak.

Dalam petisi yang dibuatnya, Meigia menjelaskan para pedagang telah memperlakukan kucing secara tidak layak. Salah satunya, kucing ditempatkan di kandang sempit dan kotor.

Kemudian, makanan dan minuman yang diberikan juga bercampur dengan kotoran, sehingga membuat kucing tidak jarang muntah.

"Banyak yang dalam keadaan sakit namun dibiarkan saja. Ada juga dalam satu kandang kecil di isi oleh induk dan anak-anaknya yang cukup banyak sehingga tidak bisa bebas bergerak. Keadaan kucing di sana mengenaskan," dikutip dari penjelasan petisi di laman change.org.

Meigia meminta Pemkot Malang untuk menindak tegas para pedagang yang tidak bertanggungjawab. Menurutnya, dengan kondisi tersebut dinilainya telah melanggar aturan yang ada.

"Hal ini juga sudah melanggar Undang Undang Perlindungan Hewan dan Peraturan Pemerintah tentang Kesehatan Hewan. Kami mengharapkan Pemerintah menerapkan standar kelayakan untuk pedagang hewan pada pasar Splendid Malang khususnya kucing dan pemberian sanksi," dikutip dari penjelasan petisi di laman change.org.

Perlu diketahui Pasar Splendid merupakan pasar yang menjual berbagai macam hewan untuk dipelihara. Selain kucing, ada juga ikan hias, burung, ular dan lain sebagainya.

Menanggapi hal itu, Ketua My Cats Malang Pongky Rahadi mengatakan belum mengetahui apakah pembuat petisi tersebut merupakan dari anggota komunitasnya atau tidak.

Pongky membenarkan tentang kondisi di Pasar Splendid. Pedagang yang berjualan kucing di pinggir jalan memperlakukan si pus tidak layak.

"Kucingnya kepanasan, sering saya lewat kandangnya itu banyak kucing sampai menjulurkan lidah artinya haus, kalau kita deketin ditegur sama pedagangnya, satu kandang sempit bisa lebih dari 10 ekor kucing," kata Pongky saat dihubungi via telepon pada Minggu (26/6/2022).

Pihaknya juga mendukung adanya petisi tersebut. Bahkan komunitasnya seringkali membeli kucing di Pasar Splendid dengan maksud untuk diselamatkan.

"Beberapa teman coba membeli untuk dirawat dengan baik, tapi enggak mungkin semuanya tercover, karena kita beli tapi besoknya mereka jual lagi yang baru, terakhir sebelum lebaran," katanya.

Menurutnya cara itu memang bukan solusi tetapi hanya menjadi upaya kecil dari pihaknya. Sebab, harus ada dana yang tidak sedikit yang dikeluarkan.

"Sementara kalau kita beli keluarkan dana, dulu satu dua kucing bisa kita bantu untuk kita lepaskan, tapi kita enggak bisa caranya dengan membeli, enggak mungkin mengatasi," katanya.

Selain itu, upaya lain yang dilakukan dengan memberikan makanan kucing ke para pedagang. Harapannya kucing-kucing yang ada bisa mendapatkan asupan gizi yang tercukupi sehingga tidak kelaparan.

Tetapi harapan tersebut rupanya tidak sesuai dengan kondisi sesungguhnya.

"Biar kucingnya enggak kelaparan, tapi dilihat besoknya enggak disediakan makan dan minum di kandang, jadi memang dibiarkan oleh pedagang, cuma ya itu tadi kalau caranya seperti itu enggak memberhentikan kegiatannya itu," katanya.

Dia mengatakan para pedagang kucing tersebut sudah ada sejak beberapa tahun lalu. Setiap kucing yang dibeli dengan harga puluhan hingga ratusan ribu rupiah.

Dia menduga kucing-kucing tersebut sebelumnya tidak dibeli oleh pedagang dari orang lain atau diperoleh dengan cara yang tidak benar. Terlepas dari hal itu, Pongky berharap regulasi yang ada dari pemerintah dapat benar-benar ditindaklanjuti.

"Kita sudah pernah menyampaikan ke Puskeswan tapi belum ada tindakan, harapannya ada upaya dari pemerintah, ada perhatian, misal kucing yang dijual harus tetap dirawat, ada makanan dan minuman, tidak terpapar sinar matahari," katanya.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/06/26/170451478/viral-pasar-splendid-di-kota-malang-perjualbelikan-kucing-tidak-layak

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com