Salin Artikel

Perjuangan Robby Ansalni Perkuat Timnas Sepak Bola Amputasi di Piala Dunia

PAMEKASAN, KOMPAS.com - Tahun 2018, Robby Ansalni (21) pulang dari perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-91 klub sepak bola kebanggaannya, Persebaya Surabaya. Ia datang ke Surabaya dengan modal nekat. Selepas acara pesta HUT, Robby bersama rekan-rekannya pulang naik truk untuk sampai di rumahnya di Desa Kramat, Kecamatan Tlanakan, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur.

Belum tiba di rumahnya, Robby mengalami kecelakaan di daerah Kecamatan Blega, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur. Robby terjatuh ke jalan aspal. Paha kanannya terlindas ban truk hingga menyebabkan dia harus menjalani operasi amputasi kaki kanannya.

Setelah kakinya diamputasi, Robby nyaris menghabiskan waktunya di rumah bersama ayahnya selama setahun.

Meskipun lahir sebagai anak yatim yang sudah difabel, Robby memiliki jiwa besar dan tak ingin dikasihani. Ia ingin mandiri di tengah kondisi yang difabel.

Pada tahun 2019, ada turnamen trofeo sepak bola amputasi nasional di Jember, Jawa Timur. Robby bersama dua rekannya yang sama-sama difabel, berminat untuk ikut turnamen tersebut. Dengan alat seadanya, Robby mulai latihan.

"Waktu latihan sepak bola amputasi pertama kali, kita pakai tongkat ketiak. Padahal untuk sepak bola amputasi harus pakai tongkat lengan. Ya kita latihan," ujar Robby saat ditemui di Pamekasan, Rabu (21/6/2022).

Setelah berlatih keras, keinginan Robby untuk ikut turnamen gagal karena tak didukung peralatan. Selain itu karena terbentur dengan pandemi Covid-19, saat itu Madura masuk dalam zona hitam risiko penyebaran Covid-19.

Baru pada tahun 2021, dibuka lagi turnamen sepak bola amputasi di Jember untuk memperebutkan piala bupati. Robby bersama enam rekannya di Madura memulai pertandingan perdananya. Oleh panitia, tongkat tangan sudah disiapkan.

"Turnamen pertama pakai tongkat tangan, ya harus adaptasi. Kita di final lawan tim Jakarta hanya kalah 1-0," ungkap Robby.

"Senang sekali bisa main di piala dunia sepak bola amputasi. Tapi kami minim dukungan dari pemerintah," terang remaja kelahiran 12 Desember 2001 ini.

Terkendala biaya

Untuk mempersiapkan keberangkatannya ke Turki, Robby masih bingung biaya. Selama ini, setiap latihan dan ikut turnamen serta membeli peralatan, dari uang pribadi.

"Ada semacam diskriminasi kepada pemain sepak bola amputasi karena pemerintah Kabupaten Pamekasan tidak peduli," tandasnya.

Sementara itu, di balik kesuksesan Robby bisa ikut piala dunia sepak bola amputasi, ada sosok yang berjasa besar, yakni rekannya, Sugianto. Pria kelahiran Trenggalek, Jawa Timur, yang sama-sama difabel ini, yang membawa sepak bola amputasi ke Madura.

"Mas Sugianto yang melahirkan sepak bola amputasi di Madura. Bahkan dia yang jadi ketua Perkumpulan Sepak Bola Amputasi Madura (Persam). Dia mengajarkan bahwa orang difabel bukan untuk dikasihani, tetapi dibangkitkan kemandirian dan potensinya," kata Robby.

Sugianto sendiri berharap, Pemerintah Kabupaten Pamekasan memberikan perhatian kepada Persam. Sebab, selama ini tidak ada perhatian sama sekali kepada pemain. Bahkan, terkesan dapat diskriminasi.

"Kami saat mau silaturahim dengan bupati saja, tak dapat tanggapan. Baru ketika sudah mau berangkat ke Jakarta ikut pemusatan latihan ada perhatian dari Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Pamekasan," ungkap Sugianto.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/06/23/111631178/perjuangan-robby-ansalni-perkuat-timnas-sepak-bola-amputasi-di-piala-dunia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke